Chapter 8

73 13 2
                                    

Kendall: Oh jadi ini yang katanya minjem buat ngehubungin temen.

Harry langsung tersenyum sedetik setelah melihat pesan itu masuk. Jika kalian berpikir Harry hanya beralibi untuk meminjam ponsel Kendall tadi, maka jawabannya adalah benar. Ia tidak benar-benar menghubungi temannya dengan ponsel Kendall. Yang ia lakukan adalah menulis nomornya dan menyimpannya di kontak Kendall.

Harry langsung berinisiatif untuk menelepon gadis itu dan selang beberapa detik panggilan langsung terhubung padanya.

"Hallo."

"Hai, Ken apa kabar?" tanya pria itu sambil menatap langit-langit kamarnya.

"Baik, lo sendiri?"

"Gue juga, akhirnya lo nyadar juga ada nama gue di kontak lo."

Gadis itu tertawa singkat. "Itu karena gue ga nyimpen banyak nomor di handphone gue. Jadi ya buat apa lo nyimen nomor lo?"

"Ngapain lagi? Kenalan sama lo lah."

Kendall cukup terkejut mendengar pengakuan jujur Harry barusan. Namun, ia hanya ber-oh-ria sebagai responnya.

"Lo kenapa belum tidur?" Suara pria itu kembali terdengar di telinga Kendall.

"Gue bentar lagi tidur."

"Perlu gue nyanyiin biar lo cepet tidur?"

"Hah?"

"Ga mau ya?"

Gadis itu langsung menggeleng pelan, padahal Harry jelas tak bisa melihatnya. "Eh mau mau," koreksinya.

Terdengar suara kekehan Harry jauh di sana. Ia pun menarik napasnya dan mulai menyanyikan lagu little things dengan sangat sempurna. Perlu Kendall akui bahwa suara Harry sangatlah indah. Itulah sebabnya ia menjadi seorang penyanyi, bukan?

"Suara lo bagus."

"Oh ya?" tanya pria berambut ikal itu.

"Hm."

"Oke? Ngomong-ngomong lo suka nonton ga?"

"Suka, kenapa mau ngajak nonton?" Awalnya gadis itu hanya berniat untuk bergurau, tetapi Harry benar-benar menanggapinya dengan serius.

"Kalo gue ajakin, lo mau?"

"Boleh, kapan?"

Senyuman di wajah pria itu mengembang seketika. "Besok, jam empat sore?" ujarnya terdengar seperti sebuah pertanyaan. Namun, tak ada respon apapun dari lawan bicaranya itu. "Kendall? Lo masih di sana, kan?"

Hening seketika sebelum akhirnya suara gadis itu kembali terdengar. "Iya gue di sini, bisa kok. Tapi gue harus tutup teleponnya dulu sekarang. See you." Tanpa menunggu respon dari Harry, ia langsung mematikan panggilannya.

"Siapa itu?" tanya Kris yang merupakan ibu Kendall. Sejak beberapa menit lalu ia terus saja menatap gerak-gerik putrinya dari ambang pintu dan Kendall seakan tahu bahwa ibunya pasti akan bertanya tentang hal itu.

Kendall hanya mengangkat bahunya dengan acuh. "Itu.. Cara."

Kris mengangguk sekali. Ia tidak menanggapi lebih lanjut lagi dan Kendall bersyukur karena itu.

"Tidur. Kantung mata kamu makin tebel," tegurnya sebelum melenggang keluar dan menutup pintu.

Kendall hanya menghela napas panjang dan memutuskan untuk memejamkan matanya yang belum mengantuk sama sekali.

❄❄❄

Keesokan harinya, tepat pukul tiga sore, Harry tampak sudah rapih dengan kaus putih yang dipadukan dengan celana jeans hitam. Setelahnya, ia meraih boots kesayangannya dan memakainya dengan cepat.

PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang