Chapter 13

62 11 2
                                    

Kendall mengerjapkan matanya berulang kali kala cahaya matahari menerobos masuk ke jendela kamarnya. Perlahan kelopak matanya terbuka sempurna, memperlihatkan iris cokelat karamelnya.

"Eh udah bangun."

Sontak suara itu membuat Kendall terperanjat. Kejutan macam apa ini? Bahkan ia baru sedetik membuka matanya dan tanpa diduga terdapat seorang pria yang sedang duduk sambil memandanginya.

"Lo ngapain disini?" Secara naluriah, Kendall menarik selimutnya lebih atas seraya menatap pria itu penuh kecurigaan.

"Gue cuma mau mastiin lo baik-baik aja," ujar pria berambut ikal itu sembari terkekeh ketika menyadari ekspresi Kendall.

Dahi gadis itu bergelombang seketika. "Emangnya gue kenapa?" tanyanya keheranan.

"Lo ga inget? Kemarin lo mabuk berat sampe gue harus gendong lo segala."

Mata gadis itu membelalak seketika. Namun, detik selanjutnya ia kembali menentralkan raut wajahnya. "Gue ga ngomong yang aneh-aneh, kan?"

Harry tersenyum mendengarnya, kemudian ia menggeleng sekali.
"Tapi lo masih inget gue, kan?"

Gadis itu berdecih pelan sambil memutar bola matanya malas. "Pertanyaan macam apa itu? Ya masih lah, ngaco!"

"Oh siapa tau. Kemarin kan lo bilang ga kenal sama gue," ujar Harry sekenanya.

"Oh, sorry." Ia mencicit.

"Iya udah, gapapa. Kepala lo masih pusing?" Harry berjalan menghampiri gadis itu dan duduk di tepi ranjang, matanya masih terfokus pada satu titik, Kendall.

Gadis itu menggelengkan kepalanya pelan. "Ga terlalu."

"Bagus. Sekarang makan dulu ya? Gue udah bawain sup buat lo. Kata nyokap lo, lo suka banget sup ayam, bener?" tukas Harry lembut sambil membawa mangkuk yang berada di atas nakas.

"Iya, gue suka."

"Sama gue?" tanya Harry membuat semburat merah di wajah Kendall semakin terlihat. "Bercanda," lanjutnya terkekeh sambil mengelus puncak kepala gadis itu perlahan.

"Lain kali kalau lo mau minum gitu, harus ajak temen lo juga, biar mereka bisa jagain lo." Harry berujar sambil mengarahkan sendok berisi sup itu ke mulut Kendall. Gadis itu hanya terdiam, ia justru bingung harus menanggapinya seperti apa.

"Kalau lo mau ajak gue juga boleh."

Secara tiba-tiba Kendall tersedak kala mendengar pernyataan Harry yang satu ini. Dengan pergerakan cepat, Harry memberikan segelas air dan Kendall segera meneguknya sampai habis.

❄❄❄

Harry merogoh saku celananya, ia mengeluarkan ponsel miliknya yang telah berdering cukup lama. Sebuah senyuman terpampang jelas di wajah Harry ketika membaca nama Taylor di layar ponselnya tersebut. Buru-buru ia menekkan tombol hijau dan menganggkatnya ke sebelah telinga.

"Ini pertama kalinya lo nelepon gue duluan."

"Lo dimana?" Tak lama terdengar suara gadis itu jauh di sana. Ia menilih tak menanggapi perkataan bodoh Harry barusan.

"Masih di bumi. Kenapa?" Jawabnya tak serius sama sekali.

Taylor berdecak pelan. "Serius! Lo bisa dateng ke sini ga?"

Harry mengernyitkan dahinya. Apa yang membuat gadis itu begitu panik, pikirnya. "Lo dimana? Gue ke sana sekarang."

Setelah gadis pirang itu memberitahukan lokasinya, Harry segera memutuskan panggilannya dan langsung melajukkan mobilnya.

PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang