Bagian 34

1.4K 134 9
                                    

-Happy Reading♥-

Siang ini cuaca sangatlah panas, hingga AC yang terpasang di semua sudut ruangan seakan tak cukup untuk mengatasi rasa panas semua karyawan.

"Aduhh... Panas banget sih... Mau ada apa ini? kok tiba-tiba jadi panas gini..." celetuk Ara sambil mengibaskan kedua tangannya tepat di depan wajahnya, karena sedari tadi ia kepanasan.

"Lu aja kali yang banyak dosa, Ra. Tuh liat si Ria pakai hijab syar'i anteng-anteng aja..." sahut Nando, salah satu teman kerja mereka sambil menunjuk wanita yang di sebut Ria itu.

"Eh kampret ya lu, Nan. Mirror dikit napaa... Dosa lu udah kayak Gunung Everest aja malah suka ngledekin orang." Balas Ara sewot.

"Udah deh... Pusing cecan denger perdebatan kalian berdua... Mana panas gobyos gini lagi..." sahut Tasya yang masih setia menatap layar komputernya.

"Aduh pikiran aku kok malah belok ke masa putih abu sih, biasanya pas SMA gini kalau kepanasan gegara AC nya mati tuh auto buka semua jendela yang ada di kelas, terus kalau yang udah ada doi tuh di kipasin sama doinya pake buku tulis gitu, uwwuu jadi kangen." Gumam Nadine sambil menyangga kedua tangannya di wajah dan memutar ingatannya pada masa SMA nya.

"Dan gue masih inget banget, dulu pas SMA si Nadine kalau di situasi kayak gitu selalu ngelihatin teman-temannya yang di kipasin doi nya, karena gue orangnya baiknya naujubillah, gue, Aldo, Rifal auto kipasin Nadine pake kipas angin yang berdiri, sampai si Nadine pernah tuh masuk angin, Hahahha." Balas Nando receh. Nando memanglah teman SMA nya Nadine yang baiknya melebih kadar batas. Oh tidak!

"Lu emang jahat, Nan. Untung emak gue namanya Siti Salikhah, Salikhah nya nurun sempurna ke anaknya kan?! gue di apa-apain lu and the geng  aja diem." Sewot Nadine.

"Permisi..."

Sontak, perhatian semua karyawan di tujukan kepada sosok wanita rekan kerja mereka yang tengah berada di ambang pintu sambil tersenyum.

"Marinka, ada apa?" tanya Nadine.

Perlahan, Marinka memasuki rungan tersebut.

"Oh ini, di luar sana ada mas kurir yang nyariin Tasya, kayaknya ada paket buat Tasya deh." Ujar Marinka.

Tasya pun mengerinyitkan keningnya, perasaan ia tak memasan apapun akhir-akhir ini.

"Yaudah, aku keluar dulu ya, Marinka makasih udah beri tau." Balas Tasya lalu melenggang pergi.

Sesampainya di luar kantor, Tasya langsung menerima paket tersebut, ia memutuskan duduk di salah satu bangku di dekat taman untuk unboxing paket yang di terimanya.

Tasya mengerinyitkan dahinya kala di dalam kotak tersebut banyak sekali foto-foto masa SMA Tasya di Jakarta bersama Zio.

Yang pertama, ada foto dirinya dan Zio saat di perpustakaan, foto itu menampakkan Tasya yang tengah tersenyum puas dan Zio dengan tatapan datarnya.

Perlahan, tangan Tasya terulur untuk membuka foto berikutnya, di foto tersebut, nampak Zio dan Tasya tengah bergandengan tangan dan mendapat makian dari teman-temannya.

Tasya terus mengamati foto-foto berikutnya, semua masa SMA nya selama di Jakarta ada di album tersebut.

Terakhir, Tasya mendapatkan sebuah pesawat kertas. Tasya jadi ketar ketir, paket ini berarti dari wanita yang sama atas kejadian penyekapannya kemarin.

Jemari Tasya membuka lipatan pesawat kertas tersebut.

'Indah sekali masa SMA nya ya... Hahhaa... Aku masih berbaik hati mencetakkan foto kenang-kenangan untukmu, sebelum Zio menjadi milikku... Hahhahahaaa, see u soon, dear.'

ZIOTASYA (Completed ✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang