Bagian 38|| Menunggu Tasya

1.3K 130 13
                                    

-Happy Reading ♥-

"ANAK SAYA KENAPA? APA YANG TERJADI HA? SIAPA YANG NGELAKUIN INI SEMUAA?!!!"

"Ma, Mama tenang dulu, Ma. Biarin Tasya ditanganin dulu sama Dokter. Mama percaya sama Papa kan kalau semuanya bakal baik-baik aja?!" Gunawan berusaha memeluk untuk menenangkan istrinya.

Mereka mengetahui hal ini setelah pihak Rumah Sakit menelponnya tadi.

"HIKKSSS PAA... TASYA DI DALEM LAGI BERTARUH NYAWA, PA. HIKSSS MAMA GAK MAU SAMPAI TERJADI APA-APA SAMA TASYA!!!" tangisnya. Jisa merasa gagal menjadi seorang ibu. Ia gagal menjaga putrinya. Ia memelorotkan tubuhnya di dinding. Dengan sigap, Gunawan pun meraih tubuh istrinya lalu mendudukkan tubuh lemah istrinya di kursi.

"Ma... Mama percaya kan kalau putri kita bisa lewatin semuanya? Putri kita kuat, Ma."

"Aku merasa gagal menjadi seorang Ibu, Pa. Luka Tasya udah terlalu banyak sedari kecil. Di masa kecilnya, ia kutelantarkan, ia selalu nangis menyaksikan orang tuanya bertengkar hebat, ia hanya butuh kasih sayang dan perhatian, Pa. T-tapi aku g-gagal menjaganya hikss..."

"Saya yang gagal Tante, saya gagal menjaga putri Tante. S-saya bahkan gak bisa selamatin Tasya waktu peristiwa itu."

Sepasang suami istri kompak menaikkan wajahnya, mereka mendapati sosok Zio dengan kondisi yang tak karuan. Mata sembab dan rambut acak-acakan.

"Maaf, maafin saya--" Tangis Zio pecah, ia bahkan sampai bersimpuh di kedua kaki Jisa.

Jisa mengusap pelan bahu Zio, "Berdiri, Nak. Jangan salahkan siapapun saat ini. Yang terpenting, kita harus banyak-banyak berdo'a supaya Tasya bisa terselamatkan."

Zio mendongak, ia tersenyum tipis lalu memeluk wanita itu, "Pasti, Tante. Pasti Tasya bisa lewatin ini semua."

***

"Setelah tindakan operasi, Alhamdulillah pasien ada perkembangannya. Ia hanya butuh waktu untuk melewati masa-masa komanya." Tutur sang Dokter.

"Alhamdulilah Ya Allah... Kira-kira berapa lama ya, Dok?"

"Menurut prediksi kami. Ia butuh beberapa hari saja. Namun kemungkinan lain juga bisa terjadi."

Mendadak semuanya lemas kembali.

"Ya sudah, kalau begitu saya permisi dulu. Dan, kalau ada yang mau menjenguknya boleh, tetapi satu persatu ya... Dan jangan terlalu mengganggu pasien nanti." Pesan Dokter itu.

"Baik, Dok."

"Mama mau masuk dulu, Pa." Sela Jisa.

"Yasudah... Tapi Mama harus ingat pesan dokter, ya?" Jisa pun mengangguk lalu memakai atribut untuk memasuki ruangan tersebut.

Air mata Jisa tumpah, kala menyaksikan nyawa putrinya yang bergantung pada alat medis itu. Ia sungguh tak tega menyaksikan ini.

"Kamu harus bertahan demi semuanya, Sya. Hiksss... Kamu gak boleh menyerah, di sini ada Mama. Kamu harus kuat." Bisiknya.

Penglihatan Jisa tertuju pada telapak tangan Tasya yang membuka, disana terdapat tulisan tinta. Perlahan, Jisa pun membaca huruf demi huruf di tangan putrinya.

Miss Papa♡

Dada Jisa begitu sesak kala membaca tulisan itu. Tasya merindukan papanya. Matanya terpejam merasakan sesak di dadanya.

"Kamu merindukan Papamu, Sayang? Apa Papamu masih peduli sama kamu jika Mama memberitahu semuanya?"

Jisa yang tak sanggup berlama-lama di dalam ruangan ini, ia melangkahkan kakinya keluar dengan diiringi tangisnya yang pecah.

ZIOTASYA (Completed ✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang