Bagian 39|| Akhir atau awal?

1.6K 139 13
                                    

-Happy Reading♥-

Semua yang dimilikinya menghilang entah kemana. Kekayaan yang selama ini ia agung-agungkan, kekuasaan yang bebas, hidup mewah, menjalin hubungan dengan wanita manapun yang disukainya.

Kini yang ada hanyalah penyesalan dan tangis. Saat ia diambang batas kehancuran, istri mudanya meninggalkannya demi lelaki lain yang lebih sempurna darinya.

Ia akui memang bodoh! Semua penderitaan yang ia beri pada orang yang dulu tulus menyayanginya kini menimpa balik dirinya. Hidup bukan kejam! Tetapi, terkadang adil saja.

Miko duduk di sebuah taman belakang Rumah Sakit. Perih sekali melihat keadaan sekarang. Tasya, anak semata wayangnya yang tak pernah mendapat kasih sayang darinya. Sekarang tengah berjuang melawan titik terendah dalam hidupnya.

Tak cukup dengan itu, hati Miko perih kala menyaksikan Jisa, mantan istrinya itu menggandeng suami barunya. Sepertinya, Jisa mendapat suami yang lebih baik darinya.

Miko tersenyum kecut mengingat wanita yang mengkhianatinya, wanita yang membuat hancurnya rumah tangganya dengan Jisa, sekaligus wanita yang membuat Tasya meninggalkannya dulu.

Elsa, dialah wanita itu. Wanita yang sangat ia percaya, hingga ia rela menyakiti Tasya setiap harinya hanya demi membela wanita tak tau diri itu.

Seharusnya ia mendengarkan lara hati Tasya, seharusnya ia tidak mempercayai orang baru begitu saja, dan seharusnya ia tak kehilangan semuanya.

Bagaimana lagi? Rumah beserta aset yang dimilikinya sudah dibalik nama oleh Elsa. Semua usaha yang ia bangun bersama Jisa dulu juga di rekrut habis oleh wanita itu. Dan sekarang, Miko memulai hidupnya benar-benar dari nol, tanpa ada yang menemani ataupun mendukungnya.

Ia semakin tua, tak ada yang merawatnya dan tak ada yang menemaninya. Ia sendiri, mungkin jikalau Tasya sadar nantinya, gadis itu tak akan pernah mengakui bahwa lelaki brengsek itu adalah ayahnya.

"Miko...."

Miko mendongak, ia melihat wajah damai Jisa beserta seorang balita cantik di gendongannya. Tanpa babibu, Jisa duduk di sebelah mantan suaminya.

"Aku tau semua tentang kehancuranmu, aku tau semuanya. Kamu tau? Dulu aku benar-benar memimpikan gedung itu adalah punyaku, tetapi sekarang? Sekarang sudah dibawa kabur oleh istri mudamu. Dulu, aku dan kamu bersusah payah mencari sumber dana untuk membangun gedung impian kita. Ingat kan betapa susah payahnya kita bekerja keras dulu hingga melupakan semuanya? Termasuk putri kita, Tasya? Hah... Ini memang pantas untukmu, kamu pantas kehilangan semuanya. Inilah akhir buruk hidupmu."

Miko mengaga tak percaya, ia kira Jisa datang menghampirinya untuk memberikannya semangat hidup, atau sekedar meminjamkan bahu untuk meringankan beban pikirannya. Namun ternyata tidak. Perih sekali ia mendengarnya.

Namun, ucapan Jisa sepenuhnya benar. Inilah akhir buruk dirinya.

"Aku sangat bersyukur, karena setelah kamu mengkhianati aku dengan selingkuhan jalangmu, aku mendapatkan suami yang tulus dan menyayangiku, tak hanya itu, dengan kemurahan hatinya, Tuhan mengembalikan Tasya putriku, hingga Ia memberikan anugerah terindah lainnya, yaitu putri kecilku bersama Mas Gunawan ini."

Miko semakin tersayat pilu, ia menyesali semuanya. Jika diizinkan, Miko akan memutar waktu untuk beberapa tahun lalu. Jika tau akhirnya begini, ia pasti tak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk membahagiakan keluarga kecilnya. Jika ia dulu tak menghancurkan keluarganya sendiri, mungkin sekarang ia bertiga akan bahagia, mungkin ia bertiga akan menjadi keluarga yang utuh.

"Om... Om jangan nangis, Om kenapa? Ada yang jahatin Om ya? Sini bial Jessie pukulin olangnya. Nanti aku minta bantuin sama Papa bial pukulin olang yang jahatin Om." Cetus bocah kecil itu sambil menghapus air mata Miko menggunakan tangan mungilnya.

Mendengar penuturan bocah tersebut, hati Miko tersentuh. Ia bisa melihat betapa tulusnya kasih dan sayang bocah kecil tersebut yang tengah menempelkan tangan mungilnya di pipinya yang berderaian air mata.

Nalurinya sebagai seorang ayah muncul disini. Apakah nantinya Tasya akan memaafkannya? Apakah nanti Tasya yang akan menghapus air matanya?

Miko tersenyum tipis, "Gak ada yang jahat sama Om kok, oh ya nama kamu siapa?" tanyanya.

"Nama aku Jessie, Om. Cantik kan namanya? Kata Kak Tasya sih gitu."

Miko semakin melebarkan senyumnya, "Iya, nama dan wajah kamu memang cantik, apalagi hatinya."

"Kamu beruntung, Nak. Masa kecilmu ada orang tua yang berada di sekitarmu yang menyayangimu. Tak seperti Kakakmu dulu. Di masa kecilnya, ia hanya mendapat luka, luka, dan luka dari biadab orang tuanya."

Jisa yang tak sanggup mendengar ucapan Miko tentang dosa antara dirinya dengan mantan suaminya pun langsung meninggalkan tempat tersebut bersama dengan Jessie.

***

"Hanny? Kok gak bangun-bangun sih? Khanza rindu sama Hanny. Hanny masih ingat nama panggilan khusus kita kan? Ini Bunny nya Hanny. Udah gede kan sekarang?"

Khanza terus meracau di samping ranjang Tasya. Ia berharap Tasya segera sadar. Ia sangat merindukan sosok tersebut.

Enam tahun lamanya, Khanza baru melihat lagi sosok Tasya, tetapi diluar ekspektasinya, ia malah melihat sosok Tasya yang tengah berbaring lemah, dan tak setegar dulu.

"Khanza... Kita harus banyak-banyak berdo'a ya supaya Kak Tasya bisa cepet bangun." Suara dari belakang mengejutkan Khanza. Saat menolehkan kepalanya, Khanza mendapati Zio tengah berdiri di belakangnya, Khanza pun memeluk Kakak kesayangannya.

"Kakak... Hiksss---siapa yang jahatin Hanny? Siapa yang udah bikin Hanny jadi kayak gini? Bilang sama Khanza!"

"Sssttt, Dek. Gak penting bahas siapa yang udah bikin Kak Tasya jadi gini... Ia sekarang sudah dipenjara kok. Tenang saja."

"Khanza gak mau tau, Kak. Setelah ini Kakak harus nikah sama Hanny. Emang Kakak gak kasihan sama Hanny digantung mulu?!"

Zio menghembuskan nafas lelahnya, ada benarnya juga yang dikatakan adiknya.

Tepat dengan seruan Khanza tadi, jari jemari lentik yang disuntik infus perlahan bergerak. Alat medis pendeteksi detak jantung seolah normal, alis saling bertautan, dan pupil mata perlahan membuka.

Kelegaan dan kebahagiaan bersarang bagi semua orang di dalam maupun luar ruangan. Korban terselamatkan, akhirnya do'a yang terus dilafalkan banyak orang pun terkabulkan. Semua bernafas lega dan tak henti-hentinya mengucapkan syukur.

"Terimakasih, terimakasih buat semuanya yang udah nungguin aku di sini. Terimakasih buat yang udah ngikutin perjalanan hidup aku. Dan terimakasih buat semua do'a-do'a kalian."

***

BELUM TAMAT!!!!!

MASIH ADA 1 PART LAGI YA SAYANGG  😖 DAN SELEBIHNYA INSYAALLAH ADA EKSTRAPART DAN BONUS-BONUS PART SPESIAL ZIOTASYA NANTINYA  😊

UNTUK ITU JANGAN LUPA TERUS PANTENGIN STORY INI!:)

Maaf banget kalau gak ngefeel huwaaa:(

Thanks for reading ♥

See u in next chapter  😊







ZIOTASYA (Completed ✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang