Kita akan bertemu lagi suatu saat nanti.
🌿🌿🌿
Dia kembali ke tempat ini. Tempat yang sangat dibencinya tapi selalu dia datangi 5 hari belakangan ini. Dia menaruh bunga mawar merah ke atas makam.
Ditundukkan kepalanya dalam-dalam, tangannya diangakat ke atas dan mulutnya sibuk melafalkan surah-surah pendek Al-Quran. Kak Jessi yang menemaninya pun melakukan hal yang sama.
"Hai Sak, gimana di sana? Enak gak? Pasti enak, kan gak sakit lagi," ujar Rachel saat sudah selesai berdoa.
Rachel sudah tahu kalau Sakti menginggal karena suatu penyakit yang menggerogoti tubuhnya. Dia berusaha tegar walaupun hatinya belum sepenuhnya mengikhlaskan akan perpisahan ini.
"Hai Sakti. Ini gue Kak Jes," sapa Kak Jessi sambil tersenyum getir.
Jangan kalian pikir hanya Rachel yang merasa kehilangan. Kak Jessi juga merasa kehilangan sosok adik laki-lakinya. Dulu sebelum Sakti pindah ke Jakarta untuk berobat, dia suka sekali mengganggunya saat sedang bersama Rachel. Dia juga sering bermain basket di lapangan dekat komplek perumahan mereka bersama Sakti. Dia juga sering memaksa Sakti untuk ikut menonton drakor bersamanya dan Rachel. Dan banyak lagi yang pernah dilakukannya bersama Sakti.
Kak Jessi menghela napasnya berat. Ah, dia merindukan adiknya ini.
"Besok gue sama Rachel udah harus balik ke Bandung. Lo yang tenang ya di sini."
Rachel mendengar perkataan Kakaknya pun ikut berbicara.
"Iya nih Sak. Gue udah harus balik aja padahal gue masih mau nyamperin lo setiap hari. Tapi kan gue udah mau masuk sekolah, jadi gak bisa Sak. Hehe." Kekehan yang terdengar menyedihkan itu keluar dari bibir Rachel tanpa disengaja.
"Udah belum Chel?" tanya Kak Jessi memerhatikan jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 17.30. Bukannya dia ingin segera meninggalkan makam ini, dia sangat ingin berada di sini. Tapi dia dan Rachel harus mempersiapkan barang-barang untuk berpulang ke Jakarta besok.
"Lo kalo mau ke depan duluan aja. Gue masih mau di sini sebentar," jawab Rachel tanpa menolehkan kepalanya pada makam Sakti.
"Oke gue duluan. Jangan lama-lama." Kak Jessi berdiri dan berjalan keluar makam.
"Sakti, maafin gue kalau gue banyak salah sama lo. Tapi kayanya gue gak punya salah deh, hehe. Lo yang banyak salah sama gue, belum minta maaf lagi," kesal Rachel memukul makam Sakti.
"Eh sorry Sak, sakit ya?" tanyanya yang ditujukan kepada gundukkan tanah.
"Iya gapapa Chel," lirih Rachel menirukan suara Sakti. Karena kalau bukan dia yang menjawab pertanyaannya sendiri lalu siapa lagi? Sakti? Mana mungkin.
"Tadi pagi tiba-tiba gue ke inget pas kita pertama kali naik kora-kora. Lo masih inget gak? Hahahaha semoga masih ya. Disitu muka lo lucu banget Sak. Muka lo kaya dugong terdampar, hahahaha. Lo kok bisa sih takut ketinggian? Muka lo yang keren itu jadi kaya banci-banci di pasar minggu Sak, hahaha." Rachel bercerita di depan makam Sakti sambil sesekali tertawa sumbang.
"Udah ya Sak. Gue balik ke rumah oma dulu. Kalau liburan gue pasti ke sini lagi. Jangan kangen sama gue ya. See you." Rachel mengakhiri dialognya.
Dengan kepala menunduk dan air mata yang tak kunjung surut.Rachel melangkahkan kakinya keluar dari makam ini dengan berat hati. Dia dipaksa harus pergi dari sini. Meskipun rasanya sangat berat.
🌿🌿🌿
Bandara Soekarno-Hatta selalu ramai dengan orang-orang yang berpergian atau berpulang.
"Jaga diri baik-baik Mba Mas." Kirana, Mama Rachel langsung memeluk Ibunda Sakti dengan erat.
Hari ini dia sekeluarga harus berpulang ke Bandung, karena lusa dia harus bersekolah dan juga hari libur bulanan Papanya esok hari telah usai.
Orang tua Sakti menemani mereka sampai bandara. Mereka sangat baik padahal Rachel tau mereka pasti sangat sibuk, tapi mereka menyempatkan untuk menemani mereka.
"Iya Na, kamu juga jaga diri. Semoga selamat sampai tujuan."
Pesawat GA 424 diharap segera menuju penggantian tiket. Terima kasih.
Samar-samar terdengar suara perempuan yang berkata pesawat yang akan ditumpanginya akan landing sebentar lagi.
"Kita berangkat ya Mba Mas."
"Gue berangkat dulu ya Run."
"Hati-hati Yo."
"Rachel balik Tan, Om." Rachel menyalimi tangan orang tua Rachel dengan perasaan campur aduk. Tuhan Rachel masih mau di sini.
"Om Tan gak mau ke Bandung lagi?" tanya Kak Jessi.
"Nanti kalau ada waktu. Kalau buat pindah gak bisa Jes, soalnya Sakti ada di Jakarta," jawab Ibunda Sakti tersenyum tenang.
Untungnya Rachel tidak mendengar akan hal itu, karena dia sudah berjalan bersama Mama dan Papanya terlebih dahulu, meninggalkan Kak Jessi.
🌿🌿🌿
"Selamat tinggal Jakarta. Jaga Sakti gue baik-baik ya," gumam Rachel memerhatikan padatnya kota Jakarta dari atas awan.
🌿🌿🌿
Tenang masih ada Naufal Chel, xixi.
Jadi gimana puas sama cast EIM?
Jangan lupa vote & comment!
KAMU SEDANG MEMBACA
EPIPHANY IN MEMORIES
Ficção AdolescenteSemua orang pasti memiliki kenangan yang indah di masa lalunya. Sama seperti Clarissa Rachel Putri. Gadis cantik itu juga memiliki kenangan yang sangat indah di masa lalunya. Kenangan yang dibuatnya berdua bersama sahabat laki-lakinya yang sangat is...