NICO - tujuh

12.5K 753 0
                                    

"Nic... lu ngapain di lobby berantem tadi? Ribut bener sampe gue kira ada tawuran di rumah sakit."

"Lu kira gue mau! Tuh, gara-gara suaminya pasien gue main nonjok ke muka gue seenak jidat. Lah istrinya juga yang genit dan kedip-kedip ga jelas gitu sama gue! Ck, rese emang. Salah gue apa coba?" Omelku menumpahkan semua kekesalan.

Leo dan Ello langsung tertawa terbahak-bahak. Sialan! Memang sih hal-hal seperti ini selalu dijadikan bahan guyonan kalau kami kumpul bertiga. Tapi tidak di saat aku berhasil kena tonjokan! Ck, suami ibu itu ternyata jago karate dan itu yang bikin aku kelimpungan menghadapi serangannya yang bertubi-tubi tadi!

Walaupun begitu, ini bukan sekali-dua kali suami pasienku mengajakku ribut. Ini berkali-kali dan aku pun sudah biasa! Untungnya sekarang aku sudah jarang kena pukulan, hanya beberapa saja yang memang benar-benar jago baru bisa berhasil memukulku. Dulu sih aku pasrah saja karena tidak mau membuat pihak rumah sakit repot, tapi kena pukul karena cemburu itu sakit! Jadi aku belajar untuk menghindar atau menangkis, TANPA membalas. Sedih sekali kan?

Tapi itu sudah bagus. Buat apa bisa bela diri, tapi tidak bisa membela diri??

"Makanya, kerjaan lu sih yang ngeliatin 'bawah' mulu! Daerah bahaya tuh! Enak sih, tapi kan risikonya man, bisa bikin muka bonyok! Hahahhaa..." Ledek Leo.

"Risiko sih risiko, tapi kan gue ga liatin pake tampang mesum juga tau! Emang kayak lu! Gue ga pengen kaleee!" Kataku membela diri.

"Tapi yang punya tuh pengen ... Pengen lu mesumin! Bahahaha... Yah mana ada sih cewek yang nolak lu? Dari dulu juga gitu kalee."

"Terus aja lu ngomong! Gue timpuk lu pake nih roti!" Kataku kesal lalu melempar secuil potongan roti yang ku makan ke arahnya.

Leo memang menyebalkan!

Tapi benar sih. Ini risiko pekerjaanku. Bukan! Lebih tepatnya, ini risiko pekerjaan kami bertiga sebagai dokter. Lucu bukan? Seharusnya risiko kami itu seperti tertular virus dari pasien kami, atau kena pisau bedah, dituduh melakukan malpraktek, dan sebagainya.

Tapi bukan itu yang kami rasakan!

Kalau kata perawat-perawat di sini, kami bertiga itu idola. Ya ya ya, terserah mereka. Kami bertiga sudah biasa dikejar dari bangku kuliah dulu, dengan kelakuan kami yang brengsek. Kami suka tidur sana sini! Apalagi kalau bukan untuk nananina.

Tapi itu benar-benar masa lalu.

Sekarang di antara kami bertiga tidak ada lagi yang berani tidur dengan wanita. Entah pengaruh dari malaikat mana yang sukses membuat kami bertobat. Mungkin ini jalannya takdir yang Tuhan berikan. Ck, kami tidak menyangka akhirnya tiba juga hari kami berkumpul di kantin rumah sakit, bukannya di club malam!

Leo sudah stuck dengan Alena. Cintanya sama Alena membuat dia tidak bisa melirik siapapun! Sungguh dahsyat, padahal Alena saja sedang koma dan tidak melihat. Wow!

Tapi kalaupun dia berani khianatin Alena, aku yang akan maju pertama untuk menghajarnya! Awas saja dia mempermainkan hati Alena.

Kalau Ello, memang bukan karena seorang wanita dia berhenti nananina, tapi karena dia sudah bosan dengan tidur sana sini. Yah, sedikit banyak aku mengerti, karena memang pada dasarnya manusia tidak hanya hidup untuk memuaskan nafsu birahi saja seperti binatang!

Aku...?

Ah, kalau aku tentu saja sudah lama berhenti. Tepat saat aku memutuskan untuk berpacaran, dan akhirnya menikah. Itu bertahan hingga detik ini!

Walau satu rumah sakit tahu kalau kami bertiga ini sudah memiliki seseorang yang tidak akan pernah tergantikan di hati kami, tapi masih saja banyak yang mengejar kami! Maksudku, satu rumah sakit itu bukan para dokter dan staff yang bekerja, karena mereka tahu dengan jelas kami akan menolak mereka mentah-mentah.

Masalahnya yang mengejar kami itu..... pasien!

Karena aku seorang dokter kandungan, aku sering sekali kena amukan para suami yang jelas mempunyai istri genit. Seperti hari ini contohnya. Padahal aku hanya melakukan tugasku sebagai dokter dengan baik! Memeriksa dan melaporkan keadaan. Istri mereka saja yang suka senyum-senyum, kedip mata, bahkan minta dipegang-pegang perutnya padahal tidak ada yang terjadi!

Salah siapa?!

Ada juga ibu-ibu hamil yang pura-pura mengerang sakit karena katanya perutnya terbentur. Bahkan kadang menyertakan keterangan berlebihan seperti keluar darah atau anaknya mau keluar. Aku menggeleng tidak percaya! Mereka melakukan itu semua untuk datang menemuiku. Mereka berbohong demi menemuiku!

Bukannya terlalu percaya diri, tapi dari gelagat mereka dan bisik-bisik perawat, aku yakin sekali ibu-ibu itu hanya modus untuk menemuiku!

Perawat yang bertugas jadi asistenku pernah cerita, ada juga ibu yang mau hamil berkali-kali atau ngebet buat hamil demi melihatku! Ya astaga... Yang benar saja! Program pemerintah itu mewajibkan aku untuk memberikan penyuluhan keluarga berencana alias KB! Bukannya memotivasi mereka terus-terusan hamil!

Ada juga ibu hamil yang ngidam melihat dokter kandungan. Yaitu aku! Pasienku sendiri yang mengaku begitu, dan hanya bisa aku tanggapi dengan senyum sopan.

Sulit dipercaya kan?

Lain halnya dengan Ello. Karena dia psikiater, pasiennya itu banyak sekali yang pura-pura gila hanya untuk bisa masuk dan konsultasi private berdua dengannya. Stres dikit, datang ke Ello. Tidak ada stres, datang ke Ello juga! Intinya... Mereka curhat apapun masalah yang tidak perlu itu sampai ke psikiater!

Tapi Ello itu sangat sabar, dan mendengarkan apapun. Namanya juga semakin banyak pasien semakin banyak uang yang berdatangan.

Dan untuk mencegah hal yang tidak-tidak, di ruangan Ello ada cctv. Pernah ada kejadian Ello dituduh berbuat macam-macam dan untungnya bebas. Berkat cctv!

Kami ini murni melakukan pekerjaan, tidak ditambah maksud lain walaupun kami ini dulunya para lelaki mesum dan gila seks. Profesionalitas di atas segalanya saat kami berada di rumah sakit!

Kalau Leo, pasiennya itu aneh pakai banget. Ya karena tidak mungkin menemui dokter bedah dengan pura-pura terluka parah, jadi pasiennya Leo itu bawa saudara dekat, jauh, keluarga, tetangga, lingkungan se-RT, atau siapa saja yang perlu dioperasi agar mereka bisa masuk ke ruang praktik Leo!

Konyol.

Tapi itu kenyataan. Tidak ada rekayasa!

Seorang perawat ngos-ngosan mendekati mejaku, Leo dan Ello. Kami hanya diam menunggu sampai akhirnya perawat itu sanggup berbicara. Dan aku yakin, perawat ini ingin memberitahuku tentang keadaan seorang ibu-ibu hamil.

"Dok... maaf. Itu... Ibu Mira mau melahirkan!"

Benar kan kataku?

"Sudah pembukaan berapa?" Tanyaku lalu meneguk air minumku.

Ck, lagi-lagi makan siangku harus terganggu dengan ibu-ibu yang ingin melahirkan. Yah, tapi ini risiko pekerjaan yang sesungguhnya. Risiko yang SESUNGGUHNYA!

"Delapan, Dok!"

Pekerjaan memanggil.

"Hati-hati bro... Tangan lu itu... Hati-hati nyentuhnya!" Kata Leo meledekku.

"Thanks peringatannya!" Balasku jengkel.

"Good luck menemui kehidupan baru, bro!" Ello menepuk bahuku.

Sepertinya Leo dan Ello juga berniat kembali ke ruangannya masing-masing. Oke, inilah tuntutan pekerjaan. Sayangnya, kami tidak menyesal sudah memilih.

"Gue duluan.." Kataku lalu berlalu dari sana.

I Love Her 3 : NicholasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang