"Anika.." Gumamku tanpa sadar menyebut namanya.
"Mm... Hai Nic... apa kabar?" Sapanya.
Aku tidak sedang bermimpi kan? Dengan jelas, aku mendengar suaranya. Mataku bisa melihat dirinya yang berdiri di hadapanku. Parfum yang ku rindukan juga tercium...
Tiga dari panca indera ku membuktikan dengan jelas wanita yang di depanku ini bukan halusinasi!
Tapi... Aku masih mematung tidak percaya.
Ini benar Anika kan? Anika yang sama seperti enam tahunan lalu ku lihat di rumah sakit kan? Anika yang pernah berucap sumpah di hadapan Tuhan untuk menjadi istriku kan? Anika yang membuatku jatuh cinta kan?
Oh my...
Dia benar-benar Anika???!
"Kamu....?"
Baru saja satu kalimat dari mulutku terucap setelah keheningan panjang, tapi aku sudah menarik semua kembali.
Otakku mendapat pasokan oksigen lagi. Pikiranku yang kosong sekarang dipenuhi berbagai pertanyaan-pertanyaan. Kenapa bisa seperti ini? Maksudku... Bukankah Amara bilang dia bertemu dengan Anika di Paris? Bagaimana mungkin sekarang Anika ada di sini! Atau... Mereka sudah pulang?
Nicky sudah pulang???
Aku mencari-cari sosok Nicky di belakang Anika. Mencari hingga ke pagar tetangga sebelah rumah. Di sekitar teras. Tapi tidak ada. Suaranya pun tidak ada.
Hanya ada... Seorang wanita dengan dress selutut motif bunga-bunga. Dan itu adalah Anika!
"Eh... Mm... Kalau kamu mencari Nicky, dia... dia dibawa Amara. Dan... dan..."
Mataku langsung menyipit tajam mendengar satu kalimat terbata-bata yang diucapkan Anika. WHAT! Dibawa Amara?!
Wanita itu!
Aku berterima kasih padanya karena mau menemani Nicky berlibur, tapi bukan artinya dia bisa memiliki anakku! Seenaknya saja dia membawa anakku pergi tanpa ijinku! Bahkan dia tidak membiarkanku menanyakan keadaannya selama dua minggu penuh ini.
Dia tidak berhak memonopoli anak orang! Dan Nicky anakku!
Dasar!
Bagaimana mungkin Ello bisa jatuh cinta sama wanita seperti Amara sih! Huh! Dia benar-benar bawel, egois dan menyebalkan! Kecantikannya minus karena kelakuan buruknya!
"Dan Amara menyuruhku memberikan surat ini kepadamu..." Kata Anika lagi. Dia menyerahkan surat yang sedari tadi di tangannya.
Aku bingung, tapi aku langsung mengambil surat yang diberikan Anika. Rasa penasaran berganti dengan kesal setelah membaca panjang lebar apa yang tertulis di sana.
Dear Nico,
Sorry ga ngasih kabar dua minggu ini, tapi gue ga mau lu merusak apapun. Lu bisa ngerusak apa yang udah bagus-bagus gue rencanain. Sorry banget!Oh, dan Nicky udah tau Anika itu ibunya. Di Paris mereka kenalan dan ga terjadi banjir air mata kok. Jadi tenang aja! Yang penting, lu ga usah mikirin Nicky dulu. Dia mau gue bawa jalan-jalan. Masih ada seminggu lebih dikit waktu liburannya, jadi kami memutuskan... kami itu gue, Ello dan Nicky... kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan keliling Indonesia!
Yey!
Dannnn... gue titip Anika di rumah lu ya! Dia ga tau mau tinggal dimana. Kasian kalau di hotel, soalnya dompet dan kopernya gue bawa serta bersama gue. Dia hanya punya baju yang nempel di badannya. Perhiasannya aja udah gue rampok.
Lu ga akan tega biarin dia di jalanan dan jadi gelandangan kan?
Hm... Gue tau, lu pasti ngerti maksud gue. Berbaikanlah! Kasiani Nicky. Gue ini dokter anak, dan banyak pasien gue ngerasa sedih karena ortunya kerja mulu. Sendirian itu ga enak, dan gue pernah ngerasainnya. Ello juga bilang ga baik kalau seorang anak punya ortu yang terpisah. Bisa menganggu kondisi psikisnya! Lu pasti ngerti lah..
Demi Nicky, bro... Semua ini demi Nicky!
Ah! Tambahan...
Karena lu tau gue ini anak direktur, dan gue ini anak yang ga tau diri menggunakan kekuasaan ayah gue sendiri, jadi lu diliburkan sampai lu berbaikan dengan Anika.
LIBUR!
Satpam depan rumah sakit juga udah tau. So... Take your time and...... happy holiday!
With tons of love,
Amara, Nicky and Ello. Also Leo as our driver!PS. Ello dan Leo yang menjemput kami dari bandara. Jangan lupa bilang terima kasih ke kedua temen lu itu.
WHAT THE.........
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love Her 3 : Nicholas
RomansaTrilogi 'I Love Her' Mengisahkan tiga orang dokter muda, tampan, dan pujaan di rumah sakit. Leonardo, Marcello, dan Nicholas. Mereka tidak mengenal cinta, sampai suatu kali cinta datang menyapa. Mengetuk pintu hati mereka dan meminta ijin untuk mas...