Dua minggu ini aku sungguh tersiksa. Tersiksa secara tidak langsung. Perlahan tapi terasa sekali sakitnya! Bukan sakit seperti hati diiris, tapi karena sakit kepala memikirkan bagaimana keadaan Nicky.
Huff...
Sekalipun aku ada seminar keluar kota dan terpaksa meninggalkan Nicky, aku akan tetap berkomunikasi dengannya. Setidaknya pasti meneleponnya sekali-dua kali untu menanyakan apa yang sedang dia lakukan dan apa dia sudah makan. Tapi sekarang....
Amara benar-benar mematikan ponselnya! Aku tidak bisa menghubungi Nicky sama sekali. Tidak bisa! Dan sepertinya, Nicky juga tidak ada tanda-tanda menghubungiku!
Aaaarrrggghhhh.... Kesal rasanya!
Ditambah lagi operasi malah semakin banyak! Padahal ini kan semakin dekat akhir tahun, tapi kenapa malah banyak yang mau melahirkan sih!!! Untung saja aku masih bisa bersikap profesional dan pikiran runyamku tidak menganggu jalannya operasi. Kalau tidak, entah berapa banyak ibu-ibu yang menangis darah karena aku melamun!
Huff...
Tapi apa yang bisa aku lakukan? Sekalipun aku rindu dan khawatir dengan Nicky, tapi apa yang bisa aku lakukan?!
Terbang ke Paris dan langsung membawa Nicky pulang detik ini juga?
Konyol! Itu tidak mungkin terjadi. Sangat tidak mungkin!
Aku tidak tahu keberadaan mereka. Siapa tahu mereka sudah tidak ada di Paris. Prancis kan luas! Hotel di sana juga banyak tak terhitung. Kalaupun aku terbang ke sana, yang ada aku hanya akan luntang lantung di jalan seperti orang bodoh!
Leo menyarankan agar aku berdoa saja, dan memang itu yang bisa aku lakukan dua minggu ini. Sedangkan Ello, malah menyuruhku bersemedi di bawah kucuran air shower biar aku lebih tenang. Ck! Saran macam apa itu!
Tapi.... Aku melakukannya juga. Aku harus menyadarkan diriku kalau Anika tidak mungkin menyakiti Nicky. Dia kan ibunya juga... Yah, ibu yang meninggalkan anakku...
Huff...
Mungkin kata-kata Ello kemarin itu benar. Selain mengguyur diri dengan air dingin, Ello juga membeberkan sebuah kenyataan yang menghantamku telak. Yah... Bukan Nicky yang tidak siap dengan semua ini. Tapi aku yang tidak siap untuk sebuah kenyataan akhirnya Nicky bertemu ibunya, Anika!
Ah Anika...
Sudah lima tahun...
Sudah lima tahun lebih dia pergi meninggalkan aku dan Nicky di sini.
Dia pergi...
Dia pergi demi mengejar impiannya. Dan aku melepasnya.. melepasnya pergi dan membiarkan dia mengejar impiannya sebagai desainer terkenal di Paris. Aku tahu dia di Paris. Aku tahu dengan pasti. Dia meninggalkanku dan anak kami untuk impiannya dan pergi ke Paris.
Miris bukan?
Tentu saja pernikahan kami bukan kesalahan, karena aku yakin pernikahan kami dilandasi dengan cinta. Anika mencintaiku... dan itu yang dia katakan di altar gereja. Hanya saja....
Hanya saja kehadiran Nicky di rahim Anika saja yang tidak terduga. Tapi itu semua masa lalu bukan?
Itu semua masa lalu tapi aku...
Aku masih tidak percaya dia masih di Paris.
Huff... Entah berapa banyak hembusan nafas yang aku keluarkan dengan kasar. Semua ini terlalu abu-abu untukku. Tidak jelas... Semua kejadian ini sangat tidak jelas bagiku!
Hanya saja aku tahu jelas satu hal.
Aku masih mencintainya...
Karena itu, aku tidak bisa disuruh mencari wanita lain untuk ku nikahi. Bahkan untuk sekedar ku ajak berkencan pun tidak bisa. Karena alasan itu, setiap hari Minggu, aku bisa langsung ditemukan di rumah.
Seperti hari Minggu ini.
Suasana rumahku sepi. Biasanya ada Nicky yang akan menarikku ke dapur dan memintaku memasakkan pasta kesukaannya. Atau... Nicky akan mengajakku untuk ke taman dan menikmati suasana rindangnya pohon. Ini hari Minggu, dan aku selalu mendedikasikan hari ini untuknya... Untuk putriku tercinta yang sangat ku manjakan.
Ahhh....
I miss my Nicky... my little princess... My angel...
Ugh! Padahal baru dua minggu, tapi malah membuatku sangat merindukannya. Memang selama lima tahun ini pasti aku akan menyempatkan diri untuk melihatnya, atau bahkan mendengar suaranya. Dia bagai nafas hidupku! Tapi dua minggu ini...
Nicky bertemu Anika...
Nicky bertemu ibunya... wanita yang akan dipanggilnya Mommy... Ah, apa Nicky mengenalinya? Tentu saja tidak! Pertanyaan bodoh. Ibunya bahkan pergi sebelum melihatnya baru lahir, mana mungkin Nicky tahu.
Tapi ada sesuatu dari dalam diri Nicky yang membuat dirinya dari hari ke hari semakin mirip Anika... Nicky mengingatkanku kepada Anika.
Dan otomatis... Merindukan Nicky artinya membuatku juga merindukan Anika.
Tok tok tok
Lamunanku langsung buyar karena ketukan pintu. Aku tersentak dan langsung bangkit berdiri, berjalan ke arah pintu. Siapa yang bertamu sore-sore seperti ini?
Leo dan Ello jarang ingin bertamu ke rumahku. Lebih tepatnya sudah lama sekali mereka tidak ke rumahku sejak Nicky berusia dua setengah tahun. Kalaupun kami ingin bertemu, pasti aku yang mengunjungi apartemen mereka.
Nesya? Dia masih di Kanada. Masa iya dia datang berkunjung lagi? Pemborosan sekali!
Tetangga?
Hm... Mungkin juga. Walau aku jarang di rumah, tapi aku kenal para tetanggaku. Mereka punya anak seumuran Nicky, dan sangat membantuku di saat Nicky butuh teman bermain.
"Ya tunggu sebentar...!" kataku setengah berteriak lalu membuka pintu.
Aku mendongak untuk melihat sosok yang diam saja setelah aku bersusah payah dengan kunci pintu yang tiba-tiba macet. Saat itulah mataku terkunci. Tidak bisa berkedip. Di saat yang sama, jantungku seperti berhenti meremas. Darah sepertinya tidak lagi mengalir ke kepalaku, sampai rasanya pikiranku pun kosong.
Deg.
"Anika..."
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love Her 3 : Nicholas
RomanceTrilogi 'I Love Her' Mengisahkan tiga orang dokter muda, tampan, dan pujaan di rumah sakit. Leonardo, Marcello, dan Nicholas. Mereka tidak mengenal cinta, sampai suatu kali cinta datang menyapa. Mengetuk pintu hati mereka dan meminta ijin untuk mas...