Damn!
Aku benar-benar ingin berteriak marah kepada kepala departemen obs-gyn! Damn damn damn! Hanya karena aku sudah sering mengambil cuti dan aku dokter paling muda, aku yang harus berjaga selama bulan Desember di saat dokter lain LIBURAN!
Damn!
Bagaimana aku harus bilang ke Nicky?!
"Dok, saya mohon. Kali ini saja. Saya sudah berjanji kepada anak saya untuk mengajaknya liburan. Tolonglah..." mohonku.
"Dokter Nicholas, saya bilang tidak bisa. Kalau membicarakan janji, dokter lainnya juga sudah berjanji dengan keluarga mereka. Lagipula, bukankah selama ini Anda juga mengambil cuti karena anak Anda sakit? Kali ini hanya liburan, dan pasti anak Anda mengerti."
Aku sebenarnya sangat anti untuk memohon. SANGAT ANTI! Tapi kali ini... Kali ini aku memohon. Please... kali ini saja.
"Saya mohon Dok, saya tidak mungkin membatalkan janji saya..."
Kepala departemen menggeleng tegas, dan aku tahu, itu artinya aku sama sekali tidak bisa membantah! Aaaarrrggghhh!
"Pa..." Aku menoleh ke asal suara. Mataku melotot besar melihatnya berada di sini.
Damn! Kapan Nicky bisa ada di sini?! Apa dia mendengar pembicaraanku dan kepala departemen???
"Maaf Nic, gue ga tau kalau... Gue mau ngasih tau rencana gue sama Nicky sebelum berangkat ke rumah gue. Sorry... Gue..."
Amara terlihat menyesal. Tapi ini juga bukan salahnya. Seharusnya aku menyelesaikan semuanya di ruangan kepala departemen, bukan di koridor depan departemenku seperti sekarang ini.
Huff...
"Thanks Amara... ga apa kok." Aku mengangguk, meyakinkan Amara kalau tidak akan ada masalah. Mataku kembali menatap Nicky. Matanya mulai berkaca-kaca.
"Nicky..." Panggilku.
"Pa, kan Papa udah janji sama Nicky!!! Papa udah janji sama Nicky buat liburan dan jalan-jalan. Papa udah janji sama Nickyyyy!!!" teriak Nicky penuh emosi.
"Nicky.. Papa..."
Ah, mau apa pembelaanku. Aku yang salah. Aku sudah berjanji dan memang benar, aku harus membatalkannya. Demi pekerjaan, aku harus membatalkan liburan kami. Melanggar janjiku yang baru saja semalam aku ulang agar meyakinkan!
Aku harus bagaimana?
"PAPA UDAH JANJI SAMA NICKYYYYY!" Jeritnya.
"Maafin Papa, Nicky..." kataku mendekatinya.
"Papa bohong lagi! Papa ga bisa ngajak Nicky jalan-jalan! Papa bohongggg!!!!"
Nicky mundur menghindariku. Aku berjongkok di depannya, menatapnya penuh penyesalan.
"Nicky..." kataku sambil mencoba meraih Nicky ke pelukanku.
Tapi Nicky menolak keras. Bersembunyi di belakang kaki Amara. Tak lama suara tangisannya semakin keras. Memekakkan telinga, dan mengiris hatiku. Oh my...
Putriku menangis karena diriku! Karena aku melanggar janjiku!
Ingin sekali aku memeluk putriku... Anakku... Tapi dia menolakku! Bahkan Nicky memilih untuk memeluk kaki Amara. Menangis di sana tanpa malu puluhan mata menatap ke arahnya kesal karena ribut di rumah sakit.
"Sayang... Papa minta maaf... Papa juga ga mau batalin janji kita, tapi Papa..."
"PAPA BOHONG SAMA NICKY!!! PAPA GA TEPATIN JANJI PAPA!!!"
Maaf Nicky... Maaf sayang.......
"Nicky..." panggil Amara.
Perlahan, pelukan Nicky melepaskan kaki Amara. Kesempatan itu langsung digunakan Amara untuk berjongkok dan memeluk Nicky. Tidak menolak dan tidak meronta, Nicky malah mengeratkan pelukannya pada Amara.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love Her 3 : Nicholas
RomanceTrilogi 'I Love Her' Mengisahkan tiga orang dokter muda, tampan, dan pujaan di rumah sakit. Leonardo, Marcello, dan Nicholas. Mereka tidak mengenal cinta, sampai suatu kali cinta datang menyapa. Mengetuk pintu hati mereka dan meminta ijin untuk mas...