NICO - duapuluhdua

10.1K 654 7
                                    

Aku sedikit terbelalak kaget saat melihat jam di nakas yang ada di pinggir ranjang. Astaga...

"Hei... kau tahu sekarang jam berapa?" tanyaku memotong cerita Anika mengenai perjalanannya di Paris bersama Nicky dan Amara.

"Sepuluh?" Tebak Anika ragu.

Aku menggeleng. Aku juga mengira sekarang masih jam sepuluh dan aku hanya akan terlambat beberapa jam ke rumah sakit. Tapi ternyata, waktu bersenang-senang selalu tidak terasa.

"Sekarang jam tiga sore! Kita seharian di ranjang ini, sayang. Berjam-jam kita berpelukan seperti ini. Kamu masih belum mau bangun? Hm...?" Godaku.

"Belum..." Anika masih terus memelukku. Bahkan menyusupkan kepalanya di dadaku. Ck, dia seperti Nicky yang bermanja-manja saja!

"Tapi kita butuh makan..." Bujukku.

Terakhir kali kami makan saja kemarin sore. Pasta yang dimasak Anika. Sarapan dan makan siang sudah terlewatkan. Tidak lucu kan kalau kami pingsan karena berpelukan seharian di ranjang?!

"Ga mau!" Tolak Anika manja.

Ck, benar-benar mirip Nicky! Atau Nicky yang mirip Anika??

Ah, terserah. Yang jelas, aku menyukai sikapnya ini. Manja padaku... Hanya saja, kami benar-benar butuh makan! Sudah berjam-jam kami seperti ini, dan bisa ku pastikan badan kami akan lemas jika tidak bergerak lebih banyak!

"Kenapa ga mau sih? Ayo makan, nanti kita balik ke kamar lagi habis makan. Ya?"

"Ga mau, Nic!"

"Emangnya kenapa sih?! Kok kamu kayak anak kecil aja?! Malu tau sama Nicky! Ayo makan dulu.."

"Nic!!"

"Anika!"

"Aku malu..."

Aku terdiam. Mencerna apa yang dimaksud Anika. Alasan macam apa yang Anika bilang tadi!

Malu?

Memangnya kenapa malu?

Apa yang perlu dimaluin???

Kami kan tidak telanjang!

Tunggu...

Tunggu tunggu tunggu....

Oh astaga!

KAMI TELANJANG!

Bagaimana mungkin seharian di ranjang ini dan aku tidak menyadarinya sama sekali?! Kenapa aku baru sadar sekarang!

Ya ampun, hanya karena kami bergelung di bawah selimut, aku tidak melihatnya dengan mata kepalaku sendiri. Ck! Padahal kulit ketemu kulit, dan aku yakin saraf-saraf di kulitku masih berfungsi dengan baik untuk membedakan mana kulit dan mana kain!

Dan kenapa aku bodoh sekali tidak ingat?!

Semalam kan aku buru-buru ke kamar ini setelah mendengar jeritan Anika. Sampai-sampai aku lupa berpakaian dan hanya menggunakan handuk. Bahkan aku sadar malam kemarin kan Anika baru selesai mandi dan hanya menggunakan handuk juga!

Oke, ini bodoh! Sangat bodoh! Kenapa kami tidak berpakaian dulu? Atau setidaknya memakai apapun untuk menutupi aurat kami?!

Oh my, aku benar-benar merasa seperti anak ABG yang baru bangun tidur dalam keadaan telanjang dan menyadari kalau semalam berbuat nekat bersama pacarnya! Walau... Aku juga tidak melakukan hal 'nekat' yang dimaksud sih!

Tapi... masa iya sih kami tidak menggunakan baju sama sekali semalam?

"Jangan lihat ke bawah Nic!" teriak Anika panik lalu merapatkan tubuhnya dengan tubuhku. Posisinya sungguh sangat menyulitkanku untuk menengok ke bawah!

"Well, aku udah pernah liat semuanya, sayang..." kataku menyatakan fakta.

"Nic!" Protes Anika.

Hei, aku benar-benar sudah pernah melihat semua! Bahkan menyentuh semua bagiannya! Lalu kenapa?

"Pleaseee...." Mohon Anika.

Aku mendengus pasrah. Terserah saja, yang jelas aku masih mengingat jelas semua lekukan dan tonjolan yang ada di tubuhnya!

"Oke-oke. Terserah kamu. Aku ga liat. Terus kamu mau kita begini terus?"

Dan membuat pikiranku kemana-mana??!

Hei, aku masih seorang dari keturunan Adam! Seorang yang normal! Pria dengan kebutuhan seksual, terlebih karena sudah puasa enam tahun! Masa iya aku tidak memikirkan apapun saat menyadari dengan jelas bagaimana keadaanku sekarang?

Di atas ranjang. Telanjang. Dengan seorang wanita yang telanjang. Well, apa yang harus aku tunggu-tunggu???

"Nic! Please buang pikiran itu jauh-jauh dan tahan hasratmu itu!" Tegur Anika.

"Hah, darimana kamu tau?" Tanyaku bodoh.

Anika tidak mungkin bisa baca pikiran kan? Dan tidak mungkin di wajahku sudah tercetak wajah mesum juga kan??! Masa iya hanya enam tahun di Paris, dia jadi mentalis???

"Di bawah terasa bodoh!" teriak Anika kesal.

Ha? Di bawah?

Bawah mana? Apanya yang teras-.....

Damn! Tentu saja terasa! Kenapa aku jadi bodoh mendadak seperti ini?! Harusnya tanpa Anika meneriakiku pun aku tahu maksudnya! Oh my, pusat gairahku mana mungkin tahan dengan situasi sekarang ini!

Tapi, aku tetap pria kan? Apa yang salah? Kenapa aku harus malu?? Aku tidak sedang memamerkan diri di hadapan publik. Dan ... Ini di kamarku!

"Jadi gimana? Kita sama-sama telanjang dan kita juga sah." tanyaku dengan suara serak.

Oh sial, aku benar-benar tidak bisa bohong! Waktu membuat aku tidak bisa menahan diri! Aku begitu menginginkannya!

"Nic! Jangan mulai..." kata Anika memperingati.

Aku tidak memulai apapun!

"Justru aku meminta ijinmu... aku sudah lama tidak melakukannya dan aku masih lelaki yang membutuhkan kepuasan." Jawabku jujur.

Anika terdiam. Wajahnya yang tepat di hadapanku terlihat bimbang dan ragu. Oh, please... Jangan menolak! Aku membutuhkan istriku...

"Bagaimana denganmu? Apa kau... tidak menginginkannya?" Tanyaku tidak rela.

Sial, Anika jangan diam saja! Aku butuh jawaban 'ya' sekarang juga! Sabar... Sabar... Kami baru saja mulai berbaikan pagi ini, dan jangan sampai aku mengacaukan segalanya. Jangan!

"Kau tidak menginginkannya selama lima tahun ini...." Tanyaku semakin serak. Oh my, setiap gerakan gelisah Anika, membuat seluruh sarafku mengirimkan impuls bertubi-tubi, membuatku merasakan getaran-getaran nafsu!

Damn!

"Oh Anika, c'mon... Atau kau pernah melakukannya dengan pacarmu?"

Damn Nicholas, pertanyaan macam apa itu! Aku ini sedang membujuknya untuk nananina bersamaku, bukan mengompori dan menyiram minyak ke dalam api! Bodoh, bagaimana mungkin Anika akan mengangguk dan menjawab 'ya'!

Dan ... kenapa juga aku sampai lupa dengan pacarnya Anika!?!

"Maaf... tapi ya... aku pernah melakukannya..." jawab Anika lirih.

Deg.

Perlahan pelukan Anika melonggar. Anika melepas pelukan kami, bahkan dia menarik selimut dan memunggungiku.

Damn!

Kenapa aku harus menanyakan hal itu dan membuat diriku sendiri seperti terhempas ke tanah?! Pintar sekali, Nicholas Hadinata! Pintar sekali! Aku yang membuat diriku jatuh dan sakit!

Tapi...

Kenapa Anika melakukannya dengan pria lain?! Anika mengakuinya tadi kan? Goddamit! Dengan lelaki lain katanya??! Dia pernah melakukan dengan..... Aaarrgghhh!

Anika melakukannya dengan lelaki lain! Damn damn damn! Bagaimana mungkin dia melakukannya dengan lelaki lain? Dan bagaimana mungkin dia masih memikirkan lelaki itu saat masih di ranjang bersamaku?! Di kamar dan dalam keadaan telanjang?!

Oh God...

Dia milikku! Bahkan belum ada kata cerai di antara kami!

I Love Her 3 : NicholasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang