Aku dan Anika terus mengobrol kesana kemari. Tidak peduli arah kemana, dan apa topik utama kami. Terus menerus bernostalgia. Mengingat setiap kenangan yang kami buat bersama...
"Hei... Saat bertemu Nicky, bagaimana kau bisa langsung tahu dia anakmu?" Tiba-tiba saja pertanyaan itu terlintas di kepalaku.
"Sebenarnya aku tidak bisa tahu Nicky anakku. Sama sekali tidak tahu." Jawab Anika jujur.
"Lalu?" Aku mengerutkan dahiku bingung.
Lalu bagaimana caranya Amara tahu kalau Anika itu ibunya Nicky? Tidak ada stiker petunjuk apapun yang membuktikan Anika ibunya Nicky kan?
"Menurutmu bagaimana?" Tanya Anika.
Aku menggeleng. Sungguh, aku tidak mempunyai tebakan apapun. Tapi Anika terus mendesakku untuk menjawab.
"Kemiripan Nicky dengan kamu?" Jawabku asal.
"Hm... itu tidak mungkin. Nicky tidak mirip denganku. Sama sekali tidak mirip malah! Dia lebih mirip denganmu, Nic. Terutama... Senyumnya. Senyummu itu terwariskan dengan sempurna padanya."
Benarkah?
"Tuhhh... Senyum kamu sekarang ini mirip banget sama Nicky!" Kata Anika sambil menunjuk bibirku.
Aku terkekeh geli. Ternyata tanpa sadar aku jadi tersenyum ya?
"Aku malah mengira itu anak Amara! Tapi ternyata bukan, dan memang tidak mirip Amara juga sih. Saat Nicky menyebutkan namanya, tepatnya nama lengkapnya, aku nyaris pingsan! Aku tidak menyangka sama sekali nama Nicky siapa walau aku teringat kamu saat melihat senyumnya. Dan aku pun bertanya nama ayahnya. Berapa banyak kemungkinan nama Nicholas Hadinata yang mempunyai anak bernama Nicole Stephania Hadinata?"
"Lalu?" Aku semakin penasaran.
"Aku menangis histeris karena kaget. Aku tidak menyangka, dan satu restoran sampai ribut karena ulahku. Saat itulah, Nicky memelukku. Sepertinya aku memang tidak peka, tapi Nicky peka. Dia seperti mengenaliku... Dia memanggilku Mommy tanpa tahu siapa aku!" Cerita Anika penuh haru.
Ternyata Nicky benar-benar menemukan Mommynya. Sekalipun dia sering asal sebut, tapi kali ini dia benar-benar menemukan Mommy yang dia cari-cari selama ini.
"Maaf aku bukan ibu yang baik. Meninggalkan Nicky begitu saja.." Sesal Anika.
"Ya, kau memang bukan ibu yang baik." Kataku jujur.
"Aku tahu..."
"Kau menelantarkan setelah melahirkannya..." Tambahku memojokkannya.
"Aku tahu..."
"Kau bahkan tidak pernah menanyakan kabarnya selama lima tahun."
"Ya... maaf..."
Anika semakin menunduk. Sepertinya dia akan menangis lagi. Ah, Anika...
"Tapi kau bisa belajar dari sekarang." Ucapku sungguh-sungguh.
Anika langsung mendongak dan menatapku kaget. Sepertinya dia tidak percaya apa yang baru aku katakan, tapi aku sungguh-sungguh!
"Kau tahu, aku nyaris gila saat mengurusnya sendirian. Mungkin karena aku bukan wanita yang peka terhadap perasaan. Dia butuh seprang ibu.." Kataku memberi alasan.
"Lalu bagaimana saat... saat-saat pertama kehidupan nicky? Kau memakai jasa babysitter?" Tanya Anika tertarik.
"Hm... babysitter hanya membantu sedikit. Lagipula sulit mencari babysitter yng baik! Mereka makan gaji buta yang ada! Aku malah lebih banyak terbantu Leo dan Ello." Kataku sambil mengenang enam tahun yang lalu.
"Leo dan Ello?!"
"Ya! Karena saat itu kami juga residen, jadi kami pun nyaris gila. Sulit mengatur waktu untuk bekerja dan mengurus Nicky. Untung saja kami ini pintar, jadi tidak akan ada efeknya belajar ataupun tidak. Leo dan Ello bahkan tinggal di rumah ini satu tahun pertama Nicky." Kataku penuh kebanggaan.
Tentu saja bangga. Aku berhasil membuat dua lelaki besar itu menampilkan sosok kebapakannya. Puluhan wanita pasti akan membayar mahal untuk melihat Leo dan Ello mengurus bayi! Hahaha...
"Aku tidak percaya!"
"Kamu bisa melihat albumnya. Di sana ada foto saat Nicky satu bulan, Nicky dua bulan, Nicky tiga bulan... bahkan sampai akhirnya satu tahun. Padahal Nicky anakku, tapi dia seperti mempunyai tiga orang ayah. Karena itu, Leo dan Ello juga dekat dengan Nicky." Jelasku.
"Wow... Sungguh ga bisa dipercaya! Ahh... pantas saja saat aku di antar ke sini, Nicky me-..."
"Memeluk Leo erat seperti permen karet. Lalu tidak berhenti bercerita sama Ello. Ya... itu pasti. Bagi Nicky, kami bertiga itu ayahnya. Jika dipersenkan, mungkin cinta Nicky yang seratus persen itu dibagi tiga puluh persen untuk Leo, tiga puluh persen untuk Ello, dan sisanya untukku. Aku hanya punya tambahan sepuluh persen!"
Kenyataannya seperti itu. Huff... Sedih sekali kan? Padahal aku ini ayahnya, dan aku yang berusaha keras 'membuatnya' ada. Ck!
"Hm.. pantas saja. Terus.... Kalau Amara?"
"Mungkin karena Leo dan Ello yang jadi temanku, dan mereka berdua cowok, jadi Nicky nyari cewek yang bisa dijadikan panutan. Amara ... dan Alena. Mereka berdua sudah dianggap ibu bagi Nicky. Oh iya, Nicky juga sempat bertemu Alena."
"Wow... ternyata Nicky mempunyai banyak orang tua." Anika takjub.
Ya. Nicky memang mempunyai banyak orang tua. Tapi dia paling menginginkan Anika. Dan setelah penantian panjang, Nicky berhasil menemui ibunya.
"Ah, for your information... Nicky naksir sama anak tetangga sebelah yang seumuran dengannya!"
"Benarkah?!"
"Yep! Benar sekali. Dan aku yakin kan itu hanya cinta monyet!" Tegasku dengan tawa yang membuat Anika melotot tidak percaya. Ya, aku tahu tawaku terdengar jahat!
"Jahat sekali!" Sindir Anika.
"Hahaha, demi putriku, tentu saja aku harus jahat, sayang!"
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love Her 3 : Nicholas
Roman d'amourTrilogi 'I Love Her' Mengisahkan tiga orang dokter muda, tampan, dan pujaan di rumah sakit. Leonardo, Marcello, dan Nicholas. Mereka tidak mengenal cinta, sampai suatu kali cinta datang menyapa. Mengetuk pintu hati mereka dan meminta ijin untuk mas...