Aku tidak bisa melanjutkan pembicaraan ini. Rasanya sia-sia sekali aku berusaha keras untuk bicara dengan Anika tapi Anika sendiri sudah menolakku dengan hanya jawaban 'ya'...
Dia sudah punya kekasih. Lalu apalah artinya aku ini?
Ingin sekali aku membentaknya karena dia lupa dengan janjinya di altar gereja. Ingin aku marah karena berani sekali dia berselingkuh di belakangku! Aku memang membiarkannya pergi, tapi aku tidak merelakan dia untuk siapapun!
Dia milikku dan aku belum menandatangani surat apapun yang membebaskan dia dariku!
Huff...
Lebih baik aku berhenti. Dengan memakinya, akan membuat diriku juga sakit. Daripada kami berdua sama-sama perih, lebih baik cukup aku saja yang menahan semuanya sendiri...
"Kamu mandilah.. di kamar masih ada bajumu yang lama. Tidur saja di kamar itu, nanti biar aku tidur di kamar Nicky." Kataku cepat tanpa melihatnya.
Aku hanya tidak sanggup melanjutkan apapun. Melanjutkan pembicaraan tadi hanya akan menguras tenaga dan perasaanku. Rasanya... rasanya begitu sakit karena aku mencintainya tapi dia sudah tidak mencintaiku sama sekali.
Oh bodohnya aku.. ya aku memang bodoh, mencintai wanita yang telah pergi meninggalkanku selama enam tahun, meninggalkanku dengan seorang bayi yang harus kurawat dengan kedua tanganku sendiri, mengasuhnya di saat aku masih harus belajar dan bekerja.
Aku...
Aku tidak tahu lagi harus bagaimana!
Tapi apa yang aku harapkan?
Bukankah saat Anika pamit meninggalkan rumah ini, aku tidak menahannya? Aku tidak mengejarnya? Aku tidak memaksanya tinggal bersamaku? Bukankah aku membiarkannya???
Bukankah aku yang memilih untuk tetap mencintainya padahal dia pergi meninggalkanku?!
Huff...
Aku yang bodoh...
Aku yang bodoh karena mencintainya...
Mencintai seseorang yang DULU mencintaiku...
Aku bisa mendengar suara pintu kamar tertutup. Kamar yang dulunya menjadi saksi bisu pagi dan malamku bersama Anika. Kamar kami...
Oh my...
Kalau tahu akan seberat ini mencintai, aku akan membuang perasaan ini. Membuangnya jauh ke laut dan menenggelamkannya ke dasar terdalam! Aku tidak tahan dengan rasanya sendirian dan kesepian jika orang yang membuatku tergila-gila pada cinta malah melepaskan diri dariku. Seakan aku sudah termanjakan dengan cinta, dan jika diambil rasanya SANGAT TIDAK RELA!
Sesulit inikah mencintai seseorang?
Beginikah perasaan Mama?
Aku kira, aku hanya akan merasakan kehilangan seperti Papa dulu. Bukankah kisah kami sama? Aku mencintai Anika dengan segenap hatiku. Mencintainya dan menjaganya seperti boneka kaca yang mudah pecah. Tapi sayangnya, Anika pergi. Meninggalkanku... Dan aku kira, selamanya aku tidak akan bertemu dengannya.
Sama seperti Papa, aku memilih untuk menutup hatiku rapat. Memerangkapkan diri pada satu wanita yang jelas-jelas tidak lagi melihatku.
Tapi ternyata, aku pun merasakan perasaan sakit seperti Mama. Anika punya kekasih. Bukan lagi aku yang dicintainya, bahkan di saat cincin masih terpasang di jari manisku!
Walau aku tahu dia pergi dan entah berapa lama baru akan kembali, tapi aku tidak menyangka kalau saat dia kembali dia malah mempunyai seorang yang lain!
Damn!
Aku berjalan ke arah kamar Nicky. Anika sudah di kamar, dan daripada membuat kepalaku semakin sakit, lebih baik aku beristirahat. Aku lelah dengan semua hal yang baru saja terjadi hari ini.
Bahkan aku masih tidak percaya nyonya rumah ini akhirnya kembali.
Huff...
Aku membuka kamar Nicky. Sepi sekali karena pemiliknya sedang berlibur sebulan penuh. Ahh... Rasanya aku jadi merindukan anakku. Bahkan warna ruangan ini mengingatkanku dengan semua hal tentang Nicky.
Pink-lover!
Enam tahun sudah berlalu dan ranjangnya bukan lagi boks bayi. Bahkan sebentar lagi dia akan masuk Sekolah Dasar. Rasanya tidak percaya aku bisa mengurus Nicky seorang diri. Memandikannya, memberinya susu, memeluknya jika kedinginan, membelikannya mainan... Bahkan membantunya mendekorasi kamar ini... Kamar Nicky.
Kamar anakku dan Anika... kamar anak kami yang sudah semakin besar.
Anak.....
Anak kami...
Huff...
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love Her 3 : Nicholas
RomanceTrilogi 'I Love Her' Mengisahkan tiga orang dokter muda, tampan, dan pujaan di rumah sakit. Leonardo, Marcello, dan Nicholas. Mereka tidak mengenal cinta, sampai suatu kali cinta datang menyapa. Mengetuk pintu hati mereka dan meminta ijin untuk mas...