NICO - tiga

16.1K 828 3
                                    

"Wow... lu punya kakak yang cantik banget." Puji Amara saat aku baru saja kembali masuk ke ruang perawatan Alena.

Aku hanya menanggapi pujian Amara dengan senyum, lalu langsung mengambil tempat di sofa. Nicky tertidur di sana. Pasti dia lelah sekali seharian ini terus-terusan mengobrol tanpa henti.

"Yep. Mantan model. Makanya cantik dan ga diragukan lagi." Kataku sambil terus mengelus Nicky sayang. Nesya memang cantik, tapi anakku juga semakin hari semakin cantik. Tentu saja cantik, dia kan anakku!

"Oh, pantes aja gue pernah liat."

Pasti pernah lihat lah! Wajah Nesya itu pernah muncul dimana-mana. Paling sering di billboard dengan memakai pakaian branded!

"Jangan-jangan dia Nesya Hadinata?!" Amara setengah berteriak karena baru sadar. Aku langsung memelototinya. Nicky sedang tidur tahu! "Hehe, maap Nic... Gue kaget."

"Iya iya. Tapi jangan teriak-teriak. Telinga gue masih bagus! Hm.. Sebelum dia menikah namanya memang gitu, tapi sekarang namanya Nesya Winata."

"Astaga! Jadi dia bener-bener si model cantik itu? Ya ampun, berarti tadi gue baru ketemu orang yang terkenal dong??! Kenapa gue malah ga minta tanda tangannya tadi! Bego banget gue... Lu juga kok ga bilang sih!" rutuk Amara.

"Loh, emang lu fansnya?"

"Yah engga sih, tapi gue dulu sering liat dia jalan di catwalk... sepuluh tahunan lalu. Di Prancis. Wajahnya agak berubah, jadi gue ga ngenalin. Ah, sayang banget ya gue ga sadar lebih cepet." Cerocos Amara tanpa rem.

Benar kata Ello. Amara bawelnya tidak tertolong! Kontras dengan Ello yang pembawaannya tenang, walau sebenarnya Ello itu bawel juga kalau sedang kumpul bareng.

Tapi tunggu. Sepuluh tahun yang lalu?? Bahkan sepuluh tahun yang lalu Nesya itu sudah keliling dunia! Hanya sebulan sekali dia pulang ke Indonesia mengunjungiku. Dan Amara bertemu dengannya di Paris?? Bukannya dia itu dokter?!

"Lah, lu ini dokter apaan sih? Kok tau Nesya??"

"Dokter anak lah, masa perlu diperjelas lagi. Gini-gini gue udah lulus! Yah, paling beda dua tahun sama umur lu. Gue kan seumur Alena. Intinya, gue bener-bener dokter anak. Emang lu mikir apa??"

"Habis, lu itu dokter tapi sering banget ke rumah sakit ini. Terus liat aja baju yang lu pake. Gue kira lu public figure..."

Bayangkan, mana ada dokter yang pakai baju rapi hanya kemarin saja. Satu hari yang membuat rumah sakit gempar karena jas putih yang membungkus tubuhnya! Satu hari dimana Amara memproklamasikan dirinya sebagai dokter! Cuma satu hari, dan Ello belum terlihat lagi batang hidungnya.

Setelah hari itu, Amara kembali hanya pakai celana jeans dan tanktop yang ditutupi jaket kulit. Ck!

"Don't judge a book from its cover!" Tegur Amara karena tahu aku menelitinya from head to toe.

"Tapi lu itu ga bisa ditebak. Gue aja masih ga percaya kalau lu itu anak direktur dan...."

"Ya ya ya.. gue adik tirinya Ello. Lu ga perlu perjelas gitu." Potong Amara cepat.

"Gue belum perjelas kaleee...." Padahal yang ingin aku katakan itu tentang kenyataannya dia seorang yang satu profesi denganku. Dokter. Ck, dasar bawel dan sok tahu!

"Udah deh. Rese ah lu... Terus lu tadi apa-apaan sih nyebut gue pacarnya Ello?! Gue ga pacaran sama Ello! Maksud lu apa?"

Aku hanya bisa menaikkan satu alisku. Amara langsung cemberut dan aku pun tertawa melihat wajahnya. Lucu sekali 'pacarnya' Ello ini!

"Hahahahaa... ga ada maksud. Tapi bukannya harusnya hubungan lu sama Ello itu begitu? Iya kan." Tanyaku berdasar fakta yang ada.

Amara diam. Aku bisa melihat matanya yang mendadak sendu.

I Love Her 3 : NicholasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang