Author takut kalian santet online, oleh karena itu, author lanjutkan. Jangan baper eoh?
Tiga kali bersorak untuk author!
Yip yip!
Yip yip?
Yip yip!
Jennie menatap kerumunan orang didepannya. Dia menangis, dia sangat kehilangan Rose. Kenapa dia pergi begitu mendadak dan Rose bahkan belum sempat mengucapkan selamat tinggal.
"Tteonajima..." lirihnya pelan.
Namun ada tangan seseorang yang menghapus air matanya.
"Uljima..."
Dia mendongkak. Terkejut setengah mati dengan apa yang dia lihat sekarang.
"R-Rosie?"
"Mianhae. Aku meninggalkanmu"
"Tapi... Kau akan pergi ke paris, kau... Kau ketinggalan pesawat, kau..."
"Kau mencariku. Kau menangis, mana bisa aku meninggalkanmu dalam keadaan seperti ini? I can't"
Jennie mencoba untuk menahan tangisannya, namun akhirnya dia menangis juga saat Rose mengusap pipinya.
"Tteonajima!" ucapnya memeluk Rose erat.
"Nee. Aku tidak meninggalkanmu. Maaf ya? Aku hanya berniat pergi tanpa memberitahumu agar kau mengijinkanku, namun ternyata aku salah, kau malah menangis seperti ini. Mianhae eoh?"
"Kita pulang, aku belum mandi" ucap Jennie.
Rose tersenyum lalu mengangguk. "Kau kesini dengan siapa?" tanya Rose.
"Dengan si beruang" ucap Jennie masih memegang lengan Rose super possesif agar dia tidak lari, seolah Rose hanya miliknya. Tidak boleh ada yang memilikinya namun dia juga memilih orang lain. Dasar serakah.
"Jangan pergi Rosie... Aku membutuhkanmu" ucap Jennie menatap Rose dalam.
"Aku akan pergi pada waktunya. Maafkan aku," ucap Rose.
"Kapan?"
"Molla. Aku masih bertugas menghiburmu. Aku masih harus menghilangkan duka mu. Setelah itu selesai kau bisa bahagia, meskipun itu dengan orang lain" Ucap Rose dengan berbisik di lima kata terakhir.
Rose menatap ke sampingnya. Disudut ruangan itu telah berdiri seseorang yang menatap dia dan Jennie dengan tersenyum.
"Gomawo" ucapnya tanpa bersuara.
Orang itu mengangguk lalu meninggalkan area itu.
Mau tahu kronologi nya kah?
Mau kagak?
Enggak ya?
Yaudah author kasih oncom
Flashback
Aku menatap jadwal pesawat. Tiga menit lagi aku harus berangkat. Tekadku sudah bulat, aku tidak ingin tersakiti terlalu dalam lagi.
Aku hendak melangkah namun sebuah pesawat kertas mendarat di kakiku. Aku mengambilnya lalu membacanya.
"Tuhan, tolong bahagiakan orang yang berada disampingku ini. Aku senang melihatnya bahagia, walau bukan aku alasannya berbahagia."
Aku sangat ingat dengan kata-kata ini. Ini adalah surat untuk tuhan yang aku tulis bersama Jennie tempo hari.
"Kau yakin akan meninggalkannya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend Triangle
أدب المراهقينsederhana saja. aku mencintaimu, kau mencintainya, sedangkan aku sendiri mengabaikan hati yang selalu terjaga untukku. Cinta itu gila.