Sia-sia

2.1K 337 81
                                    

Bugh

Aku terhuyung begitu sebuah pukulan mengenai punggungku.

Aku berbalik melihag Teman-temanku sudah tergeletak. Aku terkejut. Kami dikepung.

"Habisi mereka" ucap Kai.

Aku tidak bisa melawan mereka. Aku kalah jumlah. Aku hanya bisa memeluk Jennie. Melindunginya dari pukulan-pukulan yang terus menghujami.

Jennie menangis di dalam dekapanku. Kumohon Jen, jangan menangis.

Aku hanya bisa menahan rasa sakit begitu mereka tak henti memukuli dan menendangiku. Aku sudah lemas. Mungkun tubuhku mulai membiru.

Hingga aku mendengar sebuah gebrakan. Pintu terbuka memperlihatkan Lisa dengan Teman-temannya.

"Serang mereka!" ucap Lisa.

Teman-temannya Lisa yang memang atlet Taekwondo kebanyakan dengan mudah melumpuhkan Kai.

Aku melepaskan pelukanku. Lalu terbarin di lantai. Menghirup nafas sebanyak-banyaknya.

Kulihat Jennie berlari memeluk Lisa dan menangis. Aku meringis. Hatiku sakit melihat mereka.

Ternyata aku tidak dibutuhkan. Lalu kenapa aku kemari? Ah aku lupa jika Pahlawan Jennie hanya Lisa.

Aku mencoba terbangun. Hingga suatu tangan merangkulku. Aku melihat Irene dan Jisoo tersenyum kearahku.

"Kami bantu" ucap mereka.

Aku mengangguk. Mereka memapahku hingga para polisi datang. Aku duduk di mobil pengangut barang yang terbuka ini. Rasanya seluruh badanku perih dan ngilu.

"Lihat?"

Aku menatap Jisoo yang sedang membuka bajuku lalu dia meringis melihat banyaknya memar dan luka pukul disana.

"Wae?"

"Dia hanya membutuhkan Lisa. Kenapa kau terus saja mengutamakannya? Dasar bodoh" ucap Irene.

Aku terdiam. "Itu karna aku tidak bisa mempercayakan Jennie pada siapapun."

"Oh ya? Lihatlah, sekarang dia sedang memeluk Lisa, kau tqk lebih dari seorang pecundang yang sok jagoan. Mundurlah. Kau sudah kalah telak" ucap Irene.

Hatiku sakit mengetahui kebenaran ini. Beralih menatap Jisoo.

"Jangab menyerah" ucap Jisoo tanpa menatapku.

"Aku tahu kau akan memilikinya."

Aku menggeleng. "Tidak Ji"

Aku lelah.

Aku menyerah.

"Terlalu sakit. Ini bukan cinta. Cinta membuat bahagia" ucapku Lirih.

Jisoo memelukku.

"Jangan menyerah. Dimana Chipmunk ku yang pantang menyerah itu? Hum?"

"Aku menyerah saja. Lagipula mereka saling mencintai."

Jisoo terkejut.

"Apa maksudmu?"

"Lisa juga memiliki perasaan ada Jennie. Aku tidak bisa lagi mengelak. Jennie... Dia..."

Kudengar Irene menghela nafas. "Lalu apa tujuanmu?"

Aku menatapnya. "Aku tidak bisa berlama-lama lagi disini. Aku akan pulang"

"Jangan pergi Chaeng-ahh" ucap Jisoo.

Aku tersenyum mengusap pipinya. "Wae huh?"

"Jangan pergi" ucapnya.

Friend TriangleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang