Chapter 7 : Reuni

651 138 9
                                    

Semua anggota BULL:IES kini hanya bisa duduk terdiam di sofa ruang tamu mereka, menunggu kedatangan manusia bernama Jung Yerin yang belum tiba juga di markas.

Sudah setengah jam berlalu dan belum ada tanda-tanda kedatangan gadis Jung itu, hingga membuat Sowon terus merasa gelisah dan tidak bisa menghentikan kegiatan berjalannya yang menyerupai gerak sebuah setrika.

Yuju dan Eunha yang terus-menerus memperhatikan perilaku leader mereka, kompak menahan masing-masing pundak Sowon dan menariknya hingga terjatuh tepat di atas sofa.

"Yerin eonnie pasti baik-baik saja, jangan terus berjalan bolak-balik seperti itu, kepalaku pusing melihatnya" ucap Yuju frontal.

"Tapi ini sudah setengah jam lebih 5 menit" celetuk Sowon bak seorang ibu yang mengkhawatirkan kondisi anaknya,"Harusnya Yerin sudah tiba di markas"

"Kita tunggu saja 5 menit lagi. Kalau Yerin eonnie masih belum tiba juga, kita semua akan turun tangan untuk menolongnya" timpal Umji sembari ikut menenangkan anggota tertua BULL:IES tersebut. Memang di saat-saat genting seperti ini, Umji selalu terlihat tenang dan dapat diandalkan karena sifat dewasanya.

"Ok fine, fine, kita tunggu 5 menit lagi"

Mau tidak mau, Sowon kemudian menuruti perkataan anggota-anggotanya dan duduk diam menunggu kedatangan Yerin yang sejak tadi belum menampakkan batang hidungnya.

Memang gadis jangkung bermarga Kim itu selalu merasa khawatir dan gelisah jika ada salah satu anggotanya yang hilang atau terjebak di dalam bahaya. Rasanya seperti ada kepingan puzzle di dalam hidupnya yang lenyap dan menyebabkan rangkaian puzzle tersebut menjadi tak sempurna lagi.

Sowon telah menganggap semua anggota BULL:IES seperti keluarganya sendiri, karena sudah lama sekali gadis itu tidak pernah merasakan hangatnya kehidupan keluarga sejak masih kanak-kanak. Ada sebuah trauma yang membekas di dalam dirinya ketika mengingat hal itu, keluarga yang sebenarnya.

Ayah dan ibu, bahkan adik perempuannya. Semuanya menghilang dalam sekejap mata, direnggut dari hidup Sowon. Semuanya terekam dan tersimpan dengan sangat jelas di dalam ingatannya, ingatan yang sangat menyakitkan.

Hal itulah yang membuat Sowon terpuruk dan merasa bahwa hidupnya sudah tidak berarti lagi. Buat apa ia menjalani hidup di dalam dunia yang kejam ini seorang diri? Di saat semua kebahagiaan dan alasannya untuk hidup sudah tiada.

Sejak saat itu, Sowon sempat melakukan percobaan bunuh diri berkali-kali, tetapi semuanya gagal. Apalagi setelah mengingat kembali kejadian di hari itu, dimana ia secara tidak sengaja bertemu dengan mereka yang menyebabkan hidupnya menjadi hancur berkeping-keping.

Pada hari itulah, sebuah titik balik terjadi di dalam hidup Sowon.

Tangannya terkepal erat, melampiaskan rasa emosi yang selama ini selalu ia pendam. Keinginannya untuk membalaskan semua rasa sakit dan penderitaan yang telah ia alami kepada mereka kian kuat.

Tujuan hidup Sowon mulai nampak kembali.

Yaitu untuk balas dendam, untuk membunuh dan menghancurkan mereka semua dengan tangannya sendiri, dan memastikan bahwa para penjahat dan perenggut keluarganya itu tidak akan pernah merasakan kebahagiaan dan kelimpahan di dalam dunia ini.

Karena itulah, Sowon kemudian berusaha keras mempersiapkan diri guna untuk membalaskan dendamnya, yaitu dengan menjadi salah satu anggota kelompok gangster yang kuat dan cukup ditakuti pada saat itu di usianya yang menginjak angka 18.

Pasang surut kehidupan pun Sowon jalani, segala macam rintangan dan hadangan ia hadapi. Mengorbankan darah, keringat, dan air mata untuk bisa mewujudkan sebuah tujuan, yaitu semakin dekat dengan target yang ingin sekali ia lenyapkan dengan tangannya sendiri.

BULL:IES ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang