Chapter 34 : Teror si Penjaga Malam

394 84 31
                                    

Jarum pendek menunjuk tepat ke angka tujuh, menandakan bahwa sang malam telah siap bertugas menggantikan siang. Jalan raya kota Tokyo dipadati oleh ribuan kendaraan umum maupun pribadi yang membuat laju transportasi saat itu menjadi sedikit macet. Namun tak sedikit juga masyarakat yang lebih memilih untuk berjalan kaki, di tengah jajaran lampu neon yang menghiasi bangunan-bangunan pencakar langit disana.

Tokyo, bagaikan ibu kota yang tak akan pernah tidur untuk selama-lamanya.

"Mohon perhatian! Kereta A-21 dengan destinasi tujuan dari prefektur Yamaguchi ke Tokyo telah tiba di stasiun Tokyo Reel!"

Tak jauh dari sana, para petugas tampak bekerja keras membuka jalur untuk para penumpang dan kendaraan yang akan segera keluar dari kereta listrik tersebut.

Memang di era yang semakin modern dan canggih saat ini, stasiun kereta listrik kebanggaan masyarakat Jepang, Tokyo Reel, telah menyediakan layanan gerbong-gerbong khusus yang dapat digunakan oleh para penumpang untuk membawa kendaraan pribadi mereka seperti sepeda, motor, dan mobil selama perjalanan super cepat antar prefektur tersebut. Fungsi layanan tersebut hampir sama seperti kapal ferry tentunya.

"Pengumuman! Pengumuman! Kepada para penumpang gerbong nomor empat puluh tujuh, dipersilahkan meninggalkan gerbong kereta sekarang. Dimohon kepada penumpang yang membawa kendaraan roda dua untuk segera pindah ke jalur satu, dan kepada penumpang dengan kendaraan roda empat untuk segera pindah ke jalur dua. Terima kasih!"

Satu-persatu alat transportasi, baik roda dua maupun roda empat, melaju beriringan dari dalam gerbong besi tersebut layaknya pasukan kerajaan yang berbaris rapi saat mengikuti upacara kenegaraan.

Masing-masing dari para pengendara tidak ada yang berani menyerobot antrian atau melakukan hal gila semacamnya, karena banyak petugas keamanan yang mengawasi keadaan sekitar selama sesi itu berlangsung.

Jika ada yang nekat melanggar peraturan selama masih berada di stasiun, maka pihak tersebut akan dikenakan denda sebesar sepuluh ribu yen. Tentu saja tidak ada orang yang rela mengeluarkan uang sebanyak itu di jaman yang serba susah ini.

"Tiketnya, pak" Seru seorang perempuan muda yang bekerja sebagai petugas loket di ujung pintu keluar.

Sang lelaki pengendara segera memberikan tiket keretanya kepada si penjaga loket. Mesin scanner mulai bekerja memindai barcode untuk memasukkan data serta mengecek keaslian dari tiket tersebut. Tak berselang lama, palang pintu pun terbuka secara otomatis dan mempersilahkan van hitam itu untuk melaju keluar dari jalur dua stasiun Tokyo Reel menuju langsung ke jalan utama.

Kini, para penumpang van dapat bernafas lega karena tidak lagi merasa diawasi oleh petugas-petugas keamanan berwajah garang yang selalu mereka temui di stasiun.

"Gila! Aku harus menahan nafasku selama berada di dalam kereta" Heboh Yerin sembari menghirup oksigen sebanyak-banyaknya,"Kalian tadi bisa melihat kan, betapa menyeramkannya wajah pria-pria itu. Ya ampun jantungku, ya ampun!"

"Jangan merasa kalau kau adalah satu-satunya orang yang mengalami hal tersebut, eonnie" SinB menanggapinya kesal,"Aku sangat takut jika pihak Korea telah memberikan informasi kepada kepolisian Jepang, bahwa ada beberapa tahanan mereka yang telah melarikan diri ke negara ini"

"Benar juga. Sudah dua puluh empat jam berlalu. Seharusnya mereka sudah bergerak dan mencari keberadaan kita sekarang" Sambung Sowon mulai cemas, membuat Yunho lantas menanyakan hal ini kepada anggota BULL:IES,"Apa kita harus menyamarkan wajah dan penampilan agar tidak ditangkap oleh para polisi?"

Beberapa detik kemudian, pemuda itu menampar bibirnya pelan dan menyesal seketika,"Sial! Kita semua sungguhan menjadi buronan dua negara sekaligus" Mimpi buruk seorang Jeong Yunho telah menjadi kenyataan pada akhirnya.

BULL:IES ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang