Storm

9.5K 1.3K 400
                                    

Mengingat dirimu yang takut dengan petir...


Kelas tambahan berakhir membosankan saat kebanyakan siswa memilih untuk pulang.

In Indonesian si Pemantapan.

Dan jadilah kelas [name] dan Shinsuke disatukan. Namun ada yang mengejutkan.

Hanya mereka yang tersisa. Shinsuke sempat berfikir jika [name] akan pulang duluan atau mungkin mengabarinya terlebih dahulu. Dia berniat memijamkan jaketnya namun ternyata kenyataan tak sesuai dengan ekspetasinya.

Wanita itu duduk sendiri di dekat jendela dengan membaca novel di atas meja. Dengan kacamata yang baru saja ibu [name] belikan untuknya. Pastinya menambah kesan imut bagi [name].

Dan disinilah mereka. Terjebak di kelas berdua dengan badai di luar yang semakin lama semakin mengganas.

[name] yang takut dengan petir yang besar hanya bisa bersembunyi di antara lengan Shinsuke seperti kucing yang ketakutan dan bersembunyi di tubuh singa.


"sigh, kapan semua ini akan berakhir? Aku ingin pulang." ohh... Lihatlah mata yang memohon itu. Begitu menyentuh hati Shinsuke. Ditambah [name] hanya mengenakan seragam tanpa balzernya. Salahkan kakaknya yang membiarkan blazer [name] terbang terbawa angi ke atas pohon tetangga.

Dia jadi tak tega...

Mana [name] berusaha fokus pada pelajaran di hadapannya.


"[name]..."

"hm?"


Tanpa pikir panjang lagi, tangan Shinsuke melepas jaketnya dan meletakkannya ke bahu mereka berdua mengingat tubuh mungil [name] yang berada di antara lengannya.


"apa masih dingin?"


Butuh 5 detik sebelum wajah [name] memerah padam dengan menatap manik gold itu terus menerus.


"apa ada yang salah dengan wajahku?"

"umm... Tidak apa apa. Ini sudah hangat. Terima kasih."

"ya. Sama sa-..."



GLAAARRRR!!!...


Dan datanglah titan-...?!!! Gak deng. Salah server.

Dengan refleks yang cepat, [name] segera memeluk tubuh Shinsuke di sampingnya dan mengubur wajahnya ke lengan atas Shinsuke dengan teriakan yang terpendam di seragamnya.

Shinsuke memang sedikit terkejut dengan yang tiba tiba [name] lakukan.


"ka-kau baik baik saja?"

"y-ya. Ha-hanya sedikit terkejut-... *hiks*."

"tak apa... Aku ada disini. Bagaimana jika kita lanjutkan?"


[name] mengangguk kecil dan menatap kembali ke arah buku di atas meja. Tangan [name] juga sedikit bergetar ketakutan. Terlihat dari tulisan tangannya yang berubah.

Shinsuke pastinya peka terhadap suasana dan kemudian mengambil pergelangan tangan [name] yang mendingin. Jangan bilang dia akan mati. Nanti malah jadi sad dong.

Ibu jarinya mengusap lembut telapak tangan [name] yang memucat, membuat sang pemilik tangan harus menoleh ke samping dan kini kepala Shinsuke berada tepat di bahunya dengan tatapan lembut juga senyumannya.


"tanganmu... Sangat lembut..."


CPU USAGE 100000%

Bisa bisa [name] melesat dengan darah di hidungnya sebagai pendorongnya.


"tapi sedikit dingin."

"oh! Ya. Aku tahu. Mungkin... Karena aku masih ketakutan?"


Dan sekarang tangan itu perlahan menggenggam tangan [name] dan menyelipkan jari jarinya ke sela sela jari [name].


"tanganmu sangat kecil. Tapi tak apa. Aku menyukainya. Itu imut."

"hah! Gombal!"

"he? Go-gombal? A-aku tak menggombalimu."

"sama saja!"

"ahaha! Tapi lihat, tanganmu tak gemetaran lagi, kan? Juga sekarang menjadi lebih hangat."


Dan dia malah mengeratkan genggamannya, membuat [name] mencapai batas meronanya.


"kalau begitu bagaimana jika kita lanjutkan? Kau sudah mengerti materinya, bukan? Mungkin mendengarkan musik bersama dapat membantumu."

"tapi aku tak membawa earphoneku."

"tenang saja. Aku selalu membawanya. Mungkin saat kau badmood atau mungkin kehilangan earphonemu, kau bisa meminjam milikku."


Tebaklah darimana Shinsuke mengetahui hal ini.

Dia selalu mengikutimu kemana pun dan kapan pun. Bisa jadi dia adalah stalker yang hebat.

Dan terima kasih sekali lagi badai.


Dia akan selalu berada di dekatmu...

Kita Shinsuke As Your BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang