Other Side

7.3K 1.1K 607
                                    

Terkadang dia akan menunjukkan sisi lalinnya...


[name] berjalan gontay ke arah UKS hanya untuk mengambil selembar pembalut. Maklum... Hari ini masa periodenya.

Dan sejauh mata memandang ini tak telihat sosok kekasihnya sama sekali. Hmm... Jangan bilang kalau dia pergi membeli barang keramat itu untuknya.

Moodnya turun drastis dengan ulangan harian yang menyerang kepalanya bertubi tubi. Ditambah bisikan bisikan not have akhlak dari mulut tetangga yang selalu banding bandingin anaknya sama [name].

Masa kalah sama anak tetangga yang punya pacar perfect?

Baru saja kenop pintu akan diraih [name], seseorang menariknya dari dalam dan-...

Boom!...

Kalian bisa tebak siapa dia?


"[name]?"

"ya? Oh! Kau... Aku tak menyangka kalau kita akan bertemu di sini. Ngomong ngomong... Kau sakit?"

"tidak. Hanya... Ini tanggal periodemu jadi awalnya aku ingin membawakan-... Umm... Pembalut untukmu."


Gak baik buat ginjalmu, [name]-... Eh, paru paru deng. Ngiklan obat asma dulu dah.


"terima kasih. Aku akan ganti sebentar."


Dan [name] pun pergi meninggalkan si doi sendiri di ambang pintu. Gaya berjalannya seperti mayat hidup alias zombie walau masih hidup terkena cahaya matahari.

Dan kini Shinsuke berfikir keras...

Bayangkan Shinsuke sama rumus fisika yang bertebaran sana sini seperti di chapter sebelumnya.

Terima kasih sudah menciptakan karakter yang satu ini, Furudate-sensei.

Hidupku tak kosong lagi sekarang...


***************


Di ambang pintu kelas Shinsuke hanya menatap khawatir [name] yang tengah meletakkan kepalanya di atas meja belajarnya dengan kedua tangan yang diselonjorkan ke depan. Mana dia sendiri di dalam kelas lagi. Biasanya temannya akan datang dan mengganggu aktivitas berkhayalnya dan membuat [name] harus menahan kata kata mutiara Mas Uus dari Youtube got talent.

Tapi diperhalus, oke.

Tatapan datar, bosan, dan dingin baru pertama kali ia lihat pada [name]. Biasanya kedua pipinya akan memerah dan membuatnya ingin mencium kedua pipi itu.

Dan sekarang kedua mata [name] sudah terpejam. Mari kita sholatkan terus tahlilan malam ini-...//*ditendang ke gawang//

Perlahan namun pasti dan tak ingin membangunkan sang wanita idaman neneknya//ehem!//kursi ia tarik dan duduk di samping [name] sambil menatap wajah damai itu dengan senyuman kecil.

Ia tahu kalau sekali [name] tertidur, dia akan sulit untuk dibangunkan. Dan satu hal yang pasti.

Dia ingin mencubit pipi itu. Tidak, mungkin menciumnya.

Merasa kelas dan koridor kosong melompong, perlahan ia mendekatkan wajahnya pada [name] dan-...


Chu!~


Ya, ciuman lembut dan hangat itu berhasil mendarat di pipi [name]. Jantung Shinsuke berdegup lebih kencang saat ia melihat kedua manik [name] mulai menampakkan dirinya.


"hm? Shinsuke... Maaf aku tertidur tadi. Ada yang bisa kubantu? Dan kenapa pipiku rasanya mengenai sesuatu yang hangat tadi? Lembut..."

"kau sedang badmood?"

"begitulah. Maaf membuatmu khawatir."

"tidak. Tak perlu meminta maaf. Apa ada yang kau inginkan untuk memperbaiki moodmu?"

"hei..."

"???"

"jangan bilang kalau kau mencium pipiku tadi."


Ohh... Shit...

Dan kini Shinsuke yang merona sedangkan [name] dengan santuynya kembali menutup matanya. Hanya untuk menenangkan diri, bukan untuk bertemu Tuhan.


"maaf jika aku tak sopan."

"tidak. Aku menyukainya. Terima kasih. Aku menjadi lebih tenang sekarang. Walau hanya sedikit."

"umm... Mungkin aku tahu apa yang harus kulakukan untuk mengembalikanmu menjadi [name] yang dulu."

"benarkah? Apa itu-..."


Dan wajahnya mendekat! Untung bukan jumpscare. Tapi kalau beneran emang jumpscare kayaknya. Bikin jantungan.

Kedua tangannya menangkup kedua pipi [name] dan ditarik kearahnya hingga bibir mereka bertemu.

Hell ya! Si kembar melihat itu!


Setelah mungkin 5 detik, Shinsuke melepas ciumannya dengan beberapa semburat merah di pipinya.


"ba-baka! Apa yang kau lakukan?!"

"kau sudah kembali, kan?"

"tapi jangan dengan cara itu!"


Dan [name] menutup wajahnya dengan buku Fisika yang sempat ia keluarkan tadi.


"jangan menyembunyikan wajahmu seperti itu."

"tidak!"

"akan kubelikan [fav/food] sebagai gantinya."

"oke."

"dengan satu syarat."


'something's wrong I can feel it...'


"aku juga boleh memakanmu."


BOOM!!....

ITS DA LOVESHOTT!!...


Ya, sisi lainnya...

Bonus:

Oke, kayaknya Author kena penyakit jantungan.

Kita Shinsuke As Your BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang