Where

7.1K 1.1K 542
                                    

Dia selalu tahu...



Kaki [name] ia ketuk ketukkan pada lantai koridor dengan kotak makan siang di tangannya. Menunggu Shinsuke untuk keluar dan acara makan siang bersama akan dimulai.

Namun sayangnya si doi gak keluar juga.

Oke, jangan jadi sadgirl kayak Author, ya?


"dia... Sudah pergi? Mungkin dia ada di atap sekarang. Atau ada keperluan lain?"


Yahh... Daripada makanannya tak dimakan, lebih baik [name] pergi ke atap. Kali kali si doi ada disana nungguin.

Dan ini bukan kali pertamanya Shinsuke menghilang tanpa jejak. Tapi mungkin ada 3 hari yang lalu. Mereka hanya pulang bersama itu pun jika Shinsuke tak ada latihan tambahan.

Dan ini pastinya membuat [name] khawatir setengah mati. Apakah Shinsuke bosan dengannya? Sayangnya Shinsuke bukan tipe Fucekboy. Mungkin dia menemukan wanita yang lebih dari [name]?

Dan satu tamparan [name] daratkan ke kedua pipinya untuk menepis pikiran anehnya dan membulatkan tekad untuk berjalan ke atap apa pun yang terjadi nanti.

Dia juga tak dapat memaksa Shinsuke.

Baru saja pintu atap akan dibuka, suara tawa Shinsuke dengan suara wanita yang ia kenal terdengar dari luar.


'something's wrong I can feel it...'


Dan pada akhirnya [name] menempelkan telinganya pada pintu dan menyimak percakapan antara mereka berdua.

Tenang, jika sudah kelewat batas, [name] tak akan diam saja.

Dengan memakan sandwichnya, [name] mendengar setiap topik pembicaraan mulai dari keluarga, teman, hobi, kesukaan, dan...

Status hubungan...


"kudengar kau sudah memiliki pacar, ya?"

"ya. Memangnya ada apa?"


Telinga [name] makin tajem aja kayak rubah. Kan dia emang rubah.

Rubah ekor sembilan kalau lagi ngamuk.


"boleh aku tahu siapa itu?"

"[fullname]. Tunggu, jangan bilang kalau-..."

"aku menyukaimu, Shinsuke. Bisakah kau mengerti diriku? Kita sekelas, aku selalu membantumu, kita berdua juga sudah dekat dan mengenal satu sama lain. Saat kau memberiku coklat... Kukira itu memang darimu-..."

"tidak. Aku tak bisa. Aku sudah-..."

"kau terpaksa, bukan?"


'minta dipites bola matanya emang napah cewek...'--[name]


"tidak."

"jujur saja Shinsuke. Aku tahu kau terpaksa karena kasihan dengan wanita itu, kan?"


'gak. Bukan matanya. Lambung atau jantungnya sekalian. Tapi kalau emang-....'--[name]


"tidak."


Makin terpojok teman teman! Semangat Shinsuke! Jangan kasih kendor!! *teriak sambil lompat lompat pake pom pom*

Dan akhirnya [name] dapat menghela nafas lega


"dengar. Aku memang menerimanya karena aku menyukainya. Sekalipun aku tak menyukainya, aku sudah menolaknya dari dulu. Bisakah kau tak memaksaku untuk meninggalkan [name] begitu saja?"


SAVAGE!!...


"aku pergi dari sini. Terima kasih untuk waktunya. [name] pasti mencariku sekarang ini."


Nah kan [name] yang lagi makan aja langsung terharu sampai sampai air mata bahagia turun sampai Atsumu join di samping [name].

Maklum, gak bawa makanan dia.


"Kita-san memang laki laki langka, ya."

"ya."

"kau beruntung bisa menjadi kekasihnya."

"ya."

"jangan bilang ngambek."

"ya."


Jauh jauh dari [name] atau kena semprot sama [name] atau Shinsuke mampus.


**************


Bel pulang akhirnya berbunyi dan membuat semua siswa berhamburan keluar kelas. Tapi berbeda dengan [name] yang masih dihantui dengan pelajaran tambahan yang diberikan sebagai remedial.

Mana dia tak boleh pulang sebelum menyelesaikannya lagi.

Dan ini adalah hari dimana keempat pelajaran itu berhasil menghantam otak [name].

Salahkan temannya yang lupa membawa buku catatannya yang ia pinjam.

Sahabat kampret emang...

Mana [name] galau setengah maut tadi siang.

Dan disaat [name] sudah tak kuat lagi dengan rumus disana sini dan berakhir meletakkan kepalanya di lipatan tangannya, dia akhirnya datang...

[name] merasakan seseorang tengah mengusap puncak kepalanya pelan. Dan kalian tahu siapa dia?

Alhasil [name] langsung kaget setengah mati dan langsung pasang kuda kuda pencak silat, pelajarannya waktu SMP.

Dan setelah mengamati wajah lawan bicaranya selama 10 detik barulah [name] sadar dari lamunannya.


"Shinsuke?"


Baru ngeh dia.


"maaf mengejutkanmu. Apa kau butuh batuan?"


Dan senyuman ia berikan secara cuma cuma pada [name]. Ingat, jangan sampai mimisan atau kau akan digendong ke UKS olehnya.

Mungkin sampai pulang ke rumah.


"ya. Begitulah."

"remedial lagi?"

"ya."


Hmm... Mood [name] anjlok pemirsa.

Iya, anjlok. Gara gara temen kampret bin kutu kupretnya.

Untung Shinsuke selalu ada buat [name]. Satu kursi ia tarik ke hadapan [name]. Malaikat penolongnya [name] emang.


"tapi aku hanya akan memberitahu rumusnya saja."


Gak deng. Tarik kata kata Author tadi.


"[name], jangan bilang kau mendengarkan percakapanku dengan Reiko-san di atap."


[name] jadi keselek ludah sendiri sekarang, kan?


"ti-tidak! Aku tidak berada di atap tadi siang."

"kau ada di balik pintu, [name]."


Tadi rumus, sekarang harus cari alasan lagi. Kan jadi pusing 7 keliling.


"baik, aku mengaku. Tapi darimana kau tahu?!"

"hanya menebak."


Wait...

What?...

W-what?!...

WHAT THE-....


'Tuan Tanpa Celah memang mengerikan...'--[name]



Dimana kau berada...

Kita Shinsuke As Your BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang