( Third Person POV )
3 tahun berlalu semenjak peristiwa di hotel. Tidak terasa lama, tapi juga tidak terasa cepat.
Lalu bagaimana kelanjutan dari peristiwa itu? Tidak ada. Tidak ada sama sekali. Semua terkubur dalam-dalam. Seolah-olah hal itu bahkan tidak pernah terlintas dalam benak siapapun. Mungkin ini yang terbaik, biar hanya Tuhan dan kamar no 2045 hotel S yang menjadi saksi bisu atas hal yang masih menjadi misteri, setidaknya bagi Jihyeon.
Park Jihoon mengembangkan karirnya di dunia entertainment. Tidak hanya sebagai idol, dia menambahkan daftar pekerjaannya di biografi karirnya, sebagai aktor, produser bahkan sutradara. Penghargaan demi penghargaan diraihnya. Tidak sekali pun dia mengungkit peristiwa hotel itu. Entah, mungkin dia juga tidak memiliki ingatan sama sekali tentang hal tersebut.
Bagaimana dengan Jihyeon?
Pada akhirnya, Jihyeon pun berhasil menarik dirinya keluar dari keterpurukan. 1 tahun lamanya, dia menutup diri. Dia berusaha menjalani hidupnya senormal mungkin. Bahkan di 6 bulan pertama setelah kejadian itu, dia hidup dalam ketakutan. Kalau-kalau dia harus menghadapi berbagai kemungkinan; mulai dari tindakan lanjutan dari Park Jihoon atau terburuk dari yang terburuk; hamil.
Tapi, Jihyeon tetap berusaha menjalani hidupnya sebaik-baiknya. Bakat seninya berkembang seiring berjalannya waktu, bahkan berlipat-lipat kali ganda, karena dia menenggelamkan dirinya dengan segala kegiatan yang bisa dia lakukan, nyaris tanpa istirahat.
Lee Jihyeon sibuk dengan pendidikan S1nya, di saat yang bersamaan, design-design bajunya semakin berkembang. Mungkin belum setenar Chanel, Versace, Hermes atau Gucci, tapi dia punya clothing line sendiri dengan beberapa karyawan di bawah pengawasannya. Jihyeon mendesain baju, yang kemudian ditindaklanjuti oleh pekerja-pekerjanya menjadi pakaian-pakaian indah. Dipasarkan di toko miliknya di daerah Yongin dan secara online.
Di sela-sela kesibukannya sebagai mahasiwi dan designer, Jihyeon meluangkan waktunya menulis kata-kata indah dan menggubahnya menjadi lagu-lagu melankolis yang indah. Beberapa lagu, dipublish dalam vlog pribadinya dan lagi-lagi mampu menarik minat banyak orang. Beberapa produser dan penyanyi membeli lagu-lagu ciptaannya.
Pundi-pundi kekayaannya bertambah. Semakin sibuk dirinya, semakin cepat dia melupakan peristiwa hotel itu. Tidak sepenuhnya lupa, tapi paling tidak, dia bisa menyingkirkan ingatan itu di tempat paling dalam dari hati dan pikirannya.
Jihyeon pindah dari apartemen kecilnya, ke suatu apartemen yang lebih besar di Seoul. Tidak mewah, tapi lebih nyaman untuk ditempati bersama ayahnya. Juga karena kegiatannya lebih banyak berpusat di Seoul.
Gadis itu berubah. Dia menjadi sedikit lebih pendiam. Kalau dulu, rupanya terlihat hangat untuk orang yang bahkan tidak mengenalnya, kali ini rupanya terlihat begitu sendu sekaligus dingin. 3 tahun berlalu, dengan segala pergumulan yang dihadapinya sendiri, wajar jika Jihyeon berubah. Semua orang berubah.
( Lee Jihyeon POV )
Di tengah cuaca yang mulai dingin di Seoul, aku sedang berkutat dengan beberapa tumpukan buku Psikologi yang kujadikan referensi untuk bahan skripsiku.
Kurang lebih 1 tahun lagi hingga aku meraih gelar sarjanaku. 3 tahun yang tak mudah buatku.
Aku menyibukkan diriku dengan segala kegiatan yang bisa kutemukan dan tekuni. Aku nyaris tak keluar rumah selama 6 bulan. Hampir gila, mungkin itu keadaanku saat itu.
Setiap hari aku menangis sendiri. Dalam diamku, dalam kesendirianku, dalam kegelapan.
Papa mungkin menyadari bahwa aku sedang menghadapi masalah pelik. Beliau tidak bertanya apapun. Bahkan beliau tidak menyinggung satu hal pun yang menyangkut fansign hari itu. Padahal biasanya, kami pasti akan membahas hal yang menjadi kesukaanku selama berhari-hari, tapi kali ini tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
In Love With You
RomanceLee Jihyeon, gadis berusia 17 tahun, memiliki sifat ceria dan sikap hangat, menghadiri fan meeting idolnya untuk pertama kalinya. Debaran jantung karena akan bertemu seorang figur publik berubah menjadi sebuah ingatan yang ingin dikuburnya dalam-dal...