The Wedding

87 1 9
                                    

( Lee Jihyeon POV )

Aku masih merasa sedang bermimpi. Kehidupanku 3 tahun lalu, kehidupanku selama 3 tahun ini dan hal yang baru kudengar, semuanya terasa tak nyata. Aku seperti baru terbangun dari mimpi yang panjang.

"Kita sudah sampai."

Lamunanku buyar ketika suara Oppa terdengar. Aku mengalihkan pandangan ke sekeliling. Ngh, ini bukan kompleks apartemenku.

"Oppa, ini dimana?"

Tanpa menjawabku, Taehyung Oppa menggandeng tanganku, melewati lobby dan masuk menaiki lift. Tak lama, lift membawa kami ke lantai yang dituju.

Oppa menekan password pada kunci salah satu unit apartemen.

"Masuk." suara Oppa terdengar sedikit berbeda dari sebelumnya.

"Permisi." aku melangkahkan kakiku, memasuki unit apartemen bernuansa krem. Pintu menutup di belakang kami dan sedetik kemudian, tubuhku ditarik, memutar menghadap Oppa.

Satu sentuhan lembut menyentuh bibirku. Penuh dengan cinta juga rindu. Dan tak bisa kupungkiri, aku juga merindukannya. Aku menggerakkan tanganku, menyentuh dada yang semakin bidang semenjak terakhir kali kusentuh, naik menuju leher Oppa dan mengalungkannya dengan manja.

Bibir kami berdua terus menyentuh satu sama lain. Menolak untuk berpisah meski untuk setarik helaan napas, menyampaikan kerinduan setelah sekian lama berpisah.

Tangan Oppa bergerak turun menuju pinggulku dan mengarah ke belakang.
Seketika tubuhku terangkat dan Oppa menyatukan tangannya di dudukan tubuhku. Dengan sendirinya, kakiku melingkar di pinggang Oppa.

Sesaat bibir kami saling berjauhan. Sebagai gantinya, mata kami saling menatap dalam satu sama lain. Jariku bergerak, menyingkirkan poninya ke samping, memberikanku akses lebih leluasa untuk melihat wajah tak manusiawi yang sudah sangat kurindukan.

Tanganku menangkup wajahnya dan aku kembali meminta sentuhan lembut bibir Oppa pada bibirku. Bahkan kini Oppa mulai menyusupkan lidahnya, bertemu dengan lidah milikku.

"Hmm." sebuah gumaman terdengar dari pita suara bariton itu, menikmati permainan lidah yang baru saja tercipta.

Kami terus bertautan, sampai Oppa membaringkan tubuhku di suatu bidang datar empuk. Kulayangkan pandanganku dan aku mendapati kami sekarang berada di sebuah kamar.

Oppa menyentuh rahangku dan menggerakkannya, mengarahkan kepalaku kembali menatap pria yang saat ini sedang mengukungku.

Entah apa yang sedang merasuki kami berdua, tapi wajahnya yang mendekati wajahku bergerak bersamaan dengan tanganku yang kembali mengalung di lehernya. Ketika ciuman panas Oppa bergerak turun menuju leherku, tanganku ikut bergerak. Telapak tangan kiriku menempel pada dadanya sedangkan tangan kananku justru naik ke rambutnya, memegang kepalanya lembut, sedikit menekan dan pada saat yang bersamaan, memiringkan kepalaku, memberikan Oppa lebih banyak akses bermain di area tersebut dengan bibir dan lidahnya.

"Ngh." kali ini aku yang bergumam, seolah memberi tanda bahwa aku menyukai sentuhan-sentuhan kecil menggoda yang terjadi pada leherku.

Tapi sedetik kemudian, kami berdua sama-sama menghentikan aktivitas yang bisa berbahaya jika terus dilanjutkan.

"Nanti kita lanjutkan di malam pertama kita." ucapnya tersenyum lembut dan mencium keningku, sedikit lebih lama dari biasanya.

"Hmm." jawabku.

In Love With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang