Perasaan yang Menetap

38 1 43
                                    

( Lee Jihyeon POV )

Petualanganku dengan Taehyung Oppa berakhir di restoran ini. Kami memutuskan untuk kembali. Aku yang memutuskan, lebih tepatnya.

Aku ingin segera mengerjakan skripsiku dan Taehyung Oppa pun tidak seharusnya kumonopoli seharian penuh, bukan? Apalagi BTS hampir tidak pernah memiliki waktu pribadi untuk setiap member. Bukan berarti BigHit kejam, tapi jadwal idol di Korea Selatan, memang seperti itu adanya, terutama idol yang sudah dikenal banyak orang, dan BTS dikenal di dunia.

Oppa bersikeras membayar bill restoran. Alasannya adalah itu hadiah ulang tahunku, karena aku tidak meminta hadiah apapun dari Oppa. Sekaligus merayakan 7 tahun debut BTS.

"Susah sekali kalau mau mentraktirmu, Jihyeon-a." Taehyung Oppa menggelengkan kepalanya sesaat setelah memposisikan dirinya di kursi pengemudi.

"Mianhaeyo, Oppa. Tapi sama seperti Oppa menghasilkan uang yang banyak dengan kerja keras, aku pun juga begitu. Dan sama dengan kepuasan yang Oppa rasakan setelah menggunakan hasil kerja keras itu, aku juga begitu." jawabku sambil mengarahkan tubuhku sedikit ke arah Oppa, sedikit bersandar ke bagian pintu, mencoba membaca raut mukanya di kondisi jalanan yang mulai meredup ditinggal mentari yang bertugas ke belahan dunia lainnya.

"Kalau begitu, sampai kapanpun, gak akan ada yang bisa mentraktirmu donk."

"Kata siapa? Pasti akan ada orang yang kubiarkan untuk mentraktirku."

"Siapa?"

"Suamiku." jawabku sambil melempar pandangan keluar jendela.

Berpikir entah kapan, pria yang kusebut 'suamiku' itu akan datang. Sedangkan keadaanku seperti yang dikeluhkan Papa tadi pagi. Jangankan calon suami, teman pria yang kuanggap spesial pun tak ada.

Tsk, aku tersenyum miris pada pantulan wajahku di jendela.

"Kalau begitu, haruskah Oppa jadi suamimu?" lantunan suara bariton itu menggema di seluruh sudut mobil mewah ini dan juga di pikiranku. Mobil itu berhenti di belakang garis putih, bertepatan dengan menyalanya lampu merah.

Aku menatap lekat pria pengemudi di sampingku. Rambut blonde fluffy dengan wajah sempurna, berbalut kaus putih yang dimasukkan ke dalam jeans biru. Warna langit dengan sinar matahari yang mulai terbenam menjadi tema backgroundnya.

Taehyung Oppa membalas tatapanku dengan tatapannya yang tak bisa kuungkapkan dengan kata-kata. Tak ada satu pun kata yang terlontar dari mulutku, maupun Oppa setelah terucapnya pertanyaan yang tak pernah kusangka, bahkan terlintas dalam pikiran pun tidak.

Kami memalingkan muka satu sama lain ketika lampu lalu lintas berubah hijau. Aku pun kembali mengarahkan pandanganku keluar jendela. Mencoba menata kembali pikiranku yang berhasil dirusak tatanannya dengan satu kalimat.

Sedetik kemudian, sebuah tangan dengan jari panjangnya menyusup masuk dalam sela-sela tanganku yang saling bertautan, layaknya orang berdoa, di atas tas yang bertengger di pangkuanku.

Aku menoleh ke arah Taehyung Oppa yang tetap memfokuskan pandangannya pada kemudi dan jalan yang terbentang di depannya. Tangan kami bertautan satu sama lain, jari jemari kami pun saling mengisi ruang kosong di sela-sela jari tangan satu sama lain.

In Love With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang