Best Father I ever had

37 1 2
                                    

( Third Person POV )

Satu minggu berlalu dari peristiwa menegangkan yang tak pernah terpikirkan akan terjadi di depan mata sepasang kekasih tersebut. Taehyung kembali pada kesibukannya sebagai idol keesokan harinya, tapi selalu menanyakan kabar kekasihnya, memastikan dirinya baik-baik saja, aman dan tenang. Tidak hanya untuk kepentingan Jihyeon semata, tapi juga untuk dirinya sendiri. Dia perlu merasa tenang untuk menjalankan kegiatannya seperti biasa.

Serangan panik bukanlah hal yang bisa dianggap sepele. Untuk orang awam, kasus tersebut mungkin hal yang sangat jarang ditemukan karena tak banyak orang yang menyadari bahwasanya mereka memiliki gejala-gejala serangan panik. Tapi di dunia idol, serangan panik adalah hal yang sangat sering ditemukan. Tak banyak dari idol yang akhirnya melalui kemungkinan terburuk yang dinyatakan Dokter kemarin. Dan Taehyung tidak mau gadis yang paling dia inginkan untuk menemaninya mengarungi bahtera kehidupan, berakhir dengan kemungkinan terburuk.

Seperti saat ini, Taehyung datang ke apartemen Jihyeon hanya untuk memeriksa keadaannya sebelum bekerja.

"Aku tidak apa-apa, Oppa. Semua baik-baik saja. Tidak ada yang aneh atau menggangguku hari ini, bahkan sejak peristiwa itu. Pergilah bekerja dengan tenang. Ada Papa bersamaku."

Taehyung menatap gadisnya lekat-lekat. Tangannya terus menggenggam tangan Jihyeon dan Jihyeon pun terus mengelus lembut tangan yang pernah memasangkan sebuah cincin indah pada jari manis sebelah kirinya, meyakinkan dirinya bahwa tak ada yang perlu dikhawatirkan.

"Iya, pergilah bekerja, Taehyung. Saya akan menjaga Jihyeon selama kamu bekerja."

"Abeonim, bisakah saya percepat pernikahan saya dengan Jihyeon? Bagaimana bila besok? Ah, mungkin terlalu cepat, akhir minggu ini."

"Hahaha, buat saya tidak masalah, Taehyung-a. Justru buat saya, semakin cepat akan semakin baik, jadi saya merasa tenang meninggalkan putri tercinta saya sepenuhnya dalam pengawasan dan perawatanmu. Sudah cukup selama 20 tahun ini, saya menjaga dan merawatnya. Saya mau istirahat." kekeh Ayah Jihyeon atas usulan calon menantunya itu.

"Hush, ini kok pada ngawur semua. Oppa, kita masih harus konseling dulu. Papa juga, masa bilang begitu ke anaknya. Gak boleh lho. Ingat, semua perkataan yang keluar dari mulut itu seperti sebuah doa. Memangnya Papa mau meninggalkan Jihyeon sendirian? Papa gak sayang Jihyeon nih, lebih sayang Mama ya?" gadis itu merengut, mendengar ucapan Ayahnya.

"Ya iyalah. Papa lebih sayang Mama. Kamu khan juga nanti lebih sayang pada Taehyung dibanding Papa." goda pria setengah baya itu pada putrinya lagi. "Saya tinggal ke kamar dulu ya. Semalam saya sedikit kurang tidur." lanjutnya lagi meninggalkan kedua anaknya di ruang tv.

"Sayang, Abeonim kurang tidur? Wajahnya sedikit lebih pucat dari biasanya, tapi semakin terlihat bercahaya di saat bersamaan." Taehyung memperhatikan sosok calon mertuanya yang berjalan memasuki kamarnya.

"Iya. Belakangan Papa sedikit mengalami insomnia. Sesekali juga seperti mengalami mimpi buruk. Aku mendengarnya ketika mau ke toilet tengah malam. Paginya kutanya, Papa mengiyakan. Katanya; Papa bermimpi kami diganggu hantu, Papa bergulat dengan hantunya, hingga akhirnya menang."

"Hmm." perasaan Taehyung sedikit tidak enak mendengarnya. Tapi dia coba mengesampingkan hal tersebut karena mungkin itu hanya perasaannya. Pandangannya teralih pada tunangannya. Menatapnya lekat-lekat tanpa berbicara sepatah kata pun.

In Love With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang