Pertengkaran Pertama

44 1 7
                                    

( Lee Jihyeon POV )

Aku terbangun oleh nada dering khas yang dihasilkan ponselku. Kugerakkan tanganku, meraih untuk menjawabnya.

"Ya, Oppa?"

"Pagi, sayang." sebuah suara yang lembut diikuti dengan senyum kotak ciri khasnya tampil di layar ponsel.

"Pagi, Oppa." jawabku memicingkan mata, mencoba membiasakan diri dengan sinar matahari pagi yang mencoba masuk dari sela-sela gordyn.

" Suaramu.. Bagaimana keadaanmu?" tanya Oppa.

"Tenggorokanku sedikit sakit. Ehem." aku mencoba menjernihkan suaraku yang terdengar sedikit serak. Tubuhku menyerah pada cuaca dan kesibukanku mempersiapkan pernikahan.

Cuaca mulai menghangat memasuki bulan Maret. Tapi ternyata tubuhku masih terkejut dengan perubahan suhunya, dan langsung drop semenjak 2 hari lalu.

"Ke dokter ya, sayang." saran Taehyung Oppa khawatir padaku.

"Sudah, kemarin. Tuh." jawabku mengarahkan kamera ponselku pada obat serta vitamin yang berada di nakasku bersebelahan dengan 2 pigura berisikan foto Papa dan foto selfieku bersama Oppa saat kencan bioskop kedua kami.

"Istirahat saja hari ini. Pesan makanan online saja, gak perlu masak, ya? Atau nanti Oppa minta tolong Eomma ke apartemen bawakan beberapa makanan."

"Aniya. Aku maunya Oppa yang ke apartemen." Oppa memanyunkan bibirnya mendengar permintaan manjaku.

"Aaah, sayang. Jangan menggoda Oppa." rengek Oppa sambil mengubah posisinya, mengikutiku. Seolah-olah kami sedang melakukan pillow talk.

"Hehehe." Oppa sedang berada di luar negeri untuk seminggu ke depan. Itulah kenapa dia khawatir dengan keadaanku. Kesehatanku mulai drop setelah kepergian Oppa ke luar negeri. Mungkin sebenarnya, terpisah jauh dari Oppa seperti ini, mempengaruhiku secara mental yang akhirnya berpengaruh pada kondisi fisikku.

"Jaga kesehatan ya, sayang. Kalau sudah terlalu lelah, istirahatlah. Pernikahan kita memang penting, tapi kamu yang terpenting buat Oppa."

"Hmm."

"Hhhh. Oppa kangen, sayang." Taehyung Oppa membenamkan kepalanya di bantal hotelnya, menunjukkan rasa frustrasinya.

"Kalau begitu, aku yang ke sana." dan kepala Oppa terangkat seketika dari bantal.

"Kamu mau kesini? Benarkah?"

"Hm."

"Andwae!! Tak perduli seberapa besar keinginan Oppa untuk bertemu saat ini, kamu tidak boleh kesini. Perhatikan kesehatanmu, tubuhmu sedang tidak fit."

"Hmph." dengusku kesal dan memalingkan muka, menolak melihat ke arah layar.

"Sayang."

"Hm?" merasa kesal, aku menjawab dengan malas. Dan kurasa Oppa menyadarinya.

"Sayang."

"Hm?!"

"Sayang."

"Iya?!" jawabku, masih merasa kesal.

"Lihat Oppa. Sayang?"

"Apa?" masih dengan perasaan kesal karena ideku langsung dimentahkan, aku mengembalikan pandanganku pada Oppa.

In Love With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang