Page 18

895 137 31
                                    

Jangan lupa vote dan komen sayang...
Berkicaulah sebagai penyemangat...
___________________________________

Happy Reading!








Langit pagi yang biru cerah dengan sedikit awan melayang, tak secerah hati Yujin yang mengalami kemendungan. Sakitnya tamparan Gyuri tak sesakit saat ia harus menjauh dari Wonyoung, ia benar-benar tak bisa berjauhan dari gadis itu.


Semalaman ia terjaga tanpa merasakan kantuk, wajah Wonyoung terus menyerang pikirannya. Sesekali wajah menangisnya juga terbayang Yujin , itu juga cukup membuat hatinya tercabik.


" Engh—, Wony.Apa aku pria yang buruk? "


Yujin menidurkan kepalanya di atas kedua lengan yang ditumpu kakinya, menatap ke arah luar jendela duduk di atas kasur.


Ponsel berdering dengan malas Yujin meraih ponselnya lalu menjawab panggilan tersebut.


" Halo "


" Kau kenapa? Terdengar lesu "


" Wonyoung "


" Lebih baik kau kemari dan ceritakan semuanya, Yena dan Chaeyeon juga akan kemari "


" Aku tidak ada semangat Chaewon "


" Ayolah, jangan buat kami khawatir. Kami temanmu, kami akan menghiburmu "


" Ugh—, oke aku kesana "


" Jangan lupa beli bir dan cola "


" Hm "


Yujin turun dari ranjangnya dan pergi ke kamar mandi untuk bersiap.






















Di dalam ruangan sempit dan sedikit pengap, hanya tersedia wastafel dan ranjang kecil. Wonyoung duduk di pojok ruangan, mengetuk-ngetuk dinding dengan jari telunjuknya.


Ia terkurung sejak kemarin , di isolasi semalaman karena terus mengamuk. Sebenarnya ia masih merasakan perihnya mengingat kejadian kemarin, tanpa orang tau semalaman ia juga menangis sedirian dan beberapa kali tidak terkedali.


" Ryu jahat, Ryu jahat, Ryu jahat " Yang terus di gumamkan Wonyoung.


Bibirnya bergetar dan matanya kembali mengeluarkan air mata, badannya lelah namun sakit yang terus menghujam membuat ia harus kembali mengeluarkan tangisan.


" Aaaarggghhh " Teriak Wonyoung menenggelamkan kepalanya di antara dua kaki.


" Bodoh, kau bodoh Jang Wonyoung " Ia memukuli kepalanya sendiri.


Terdengar suara kunci di buka membuat sedikit cahaya masuk ke ruangan tersebut saat pintu terbuka, Eunbi masuk membawa sebuah nampan berisi semangkuk bubur lalu menghampiri Wonyoung.


" Wonyoungie " Eunbi menaruh nampan di lantai lalu mengusap lembut kepala Wonyoung.


" Makan dulu, dari kemarin kau belum makan. Kau pasti lapar "


Wonyoung hanya menggeleng dan terus menatap ke arah tembok.


" Ini bubur buatan unnie, kau pasti menyukainya. Unnie suapi oke? "


" Tidak mau "


Eunbi menghela nafas, ia kasihan melihat Wonyoung seperti ini. Eunbi menyayangi Wonyoung seperti adiknya sendiri, ia juga akan merasa sakit saat melihat Wonyoung semurung itu.


Be Side YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang