Cinta itu tak berbentuk, tak bisa diraba, tak bisa dilihat. Tapi entah mengapa bagi Ipang rasa sakit akan cintanya itu melebihi sayatan pedang tempaan pandai besi terbaik. Ipang mencintai seorang gadis yang tak lebih hanya sosok hasil ciptaan imajinasinya. Gadis itu tak pernah benar-benar nyata.
Tapi bagi Ipang gadis itu hidup, dalam pikirannya, dalam benaknya dalam setiap langkahnya gadis itu selalu ada. Tuturnya jika gadis itu tidak pernah benar-benar ada lalu untuk siapa semua syair dan sajak yang tertuang dalam buku keramatnya. Siapa tuan dari semua rindu-rindunya?
_________
Pagi hari di kota industri, jangan bandingkan dengan suasana kampung yang segar, sunyi, kicauan burung, ayam dan bebek yang berkeliaran di pekarangan rumah-rumah berdinding bilik, atau sinar matahari yang menerpa pepohonan, atau beningnya embun yang memenuhi rerumputan. Tidak ada. Yang ada manusia-manusia yang berlomba-lomba memburu waktu, kendaraan-kendaraan yang meraung-raung menjemput para pemburu rupiah, hiruk pikuk yang sangat jauh dari representasi pagi yang sejuk.
Seperti biasa setiap pagi sebelum berangkat sekolah dengan motor tua pemberian bapaknya Ipang mengantarkan dua kakak-beradik anak orang kaya depan rumah kontrakannya. Biasanya mereka diantar tukang ojek pangkalan yang sudah tua dengan jaket usangnya yang bau kadal busuk. Salah satu dari anak orang kaya itu mengeluh tidak tahan dengan bau itu.
seperti kebanyakan tukang ojek pangkalan memang biasanya hanya mengenakan jaket yang itu-itu saja dari hari kehari bahkan mungkin setahun sekali baru dicuci. Suatu pagi anak yang paling tua yang baru kelas 1 SMP menghampiri Ipang yang sedang memanaskan motor tua nya sekaligus mengelap tangki dan bodinya.
"Abang berangkat jam berapa?"
Ipang menengok dengan heran. Pasalnya selama dua tahun dirumah itu Ipang tidak pernah komunikasi dengan mereka. Diantara rumah besar dan gubuk bilik kontrakannya ada jurang pemisah yang sangat jauh. Ada pagar tinggi yang bahkan maling profesional pun tak akan sanggup memanjatnya.
"Gak lama lagi, kenapa?"
"Mau gak bang anterin saya dan adik saya tiap pagi?" anak yang paling tua mengutarakan maksudnya tanpa ragu-ragu dan tangannya menunjuk adiknya yang umurnya agak jauh dengannya.
Tak buru-buru menjawab Ipang mengedarkan pandangan kesekitar mencari sosok ojek pangkalan yang biasa menjemput mereka.
"Pak picak kemana emang?" adalah panggilan untuk si tukang ojek pangkalan yang matanya picak sebelah. Rumornya matanya dipatuk ayam jago semasa dia muda dan sering judi sambung ayam. Ah mungkin tiu hukuman baginya.
"Adik saya gak mau, bau nya gak sedap."
"Dia gak akan marah?" Ipang masih ragu untuk menerimanya, takut mengambil hak orang lain. Ah tapi pikirnya salah sendiri gak apik.
"Kalo marah saya yang ngomong nanti. 5 ribu sekali antar, kalo sore pulang sekolah bisa jadi 10 ribu gmna bang?"
Dalam hati Ipang "wah lumayan ini bakal bensin jadi bisa lebih hemat, toh sekalian jalan kesekolah"
"Oke, tapi gue juga gak pake parfum" jelasnya sambil mengibaskan kemeja putihnya yang lusuh.
"Pastikan aja mandi tiap berangkat sekolah bang" sambil tertawa kecil anak itu tak terlalu serius menanggapi dan melambaikan tangannya pada adiknya supaya mendekat.
"Yasudah ayo berangkat" Ipang melonggarkan tengkuknya sebelum menunggangi motor kesayangannya tak lupa ia mencium tangki bensinnya sebagai ungkapan rasa syukur karna telah memberinya uang saku tambahan.
__________
Hari senin, hari pertama masuk sekolah di tingkat baru. Kelas 3 yang artinya tinggal satu tahun lagi dan akan berakhir semua perjuangan dimasa putih abu-abu dan harus siap menyambut dunia yang lebih keras daripada sekolah. Permasalahan yang lebih kompleks, tantangan yang lebih berat dan perjuangan yang lebih besar lagi menanti didepan sana.
Jika selama ini permasalahan yang ada hanya sebatas pe-er matematika, tugas gambarnya nainggolan yang harus presisi dan akurat ukurannya, atau kejahilan senior yang rajin memalak dan memaksa ikut tawuran maka didepan sana ada banyak hal lebih besar untuk ditaklukan.
Upacara bendera yang lebih mirip upacara militer sudah biasa bagi anak-anak STM termasuk Ipang yang sempat pingsan di hari pertama upacara. Pasalnya disekolah ini upacara bendera punya durasi yang lebih panjang daripada upacara bendera biasa. Dipanggang diterik matahari yang lagi naik-naiknya adalah bentuk latihan yang harus dijalani setipa senin.
Belum lagi push up dan beragam ritual lainnya yang menguras fisik. Tidak sedikit yang terlambat dan menjadi bulan-bulanan Osis dan Guru Piket sebagai bentuk pendisiplinan. Tapi yang namanya karakter memang kadang susah diubah. Tidak pernah ada kata jera meskipun dihukum seberat apapun bagi mereka yang sudah terbiasa terlambat.
Pernah suatu senin pagi Ipang dan Lintang masih duduk di kelas 1. Ada kejadian yang menjadi sejarah suram disekolah ini. Upacara tengah dilaksanakan dengan khidmat seperti biasanya. Bendera baru saja selesai bertengger di puncak tiang tiba-tiba barisan peserta upacara dihujani batu kerikil tepat mengenai kepala Ipang. Beruntunglah ia memakai topi.
Hujan batu itu semakin banyak mengenai anak-anak lain. Seketika barisan yang super rapi itu berserakan tak karuan. Satu dua tiga anak berlumuran darah, sementara yang lain berusaha menghindar dan berlarian seperti anak ayam kehilangan induknya. Berlindung pun percuma karena lapangan jauh dari bangunan. Benar-benar jadi sasaran empuk.
Itu adalah perbuatan anak STM seberang yang merupakan salah satu musuh bebyutuan sekolah Ipang. Tapi ini benar-benar diluar dugaan. Para guru juga tidak bisa berbuat banyak. Hujan batu itu semakin banyak. Beberapa anak membalas kembali melempar. Tidak terlihat memang sebab ada tembok tinggi yang menghalangi.
Pihak sekolah menyelesaikan permasalahan ini bernegosiasi dengan kepala sekolah seberang. Namun apa boleh buat, tidak ada saksi yang melihat siapa-siapa saja pelakunya. Tidak sampai 5 menit anak-anak itu berhamburan entah kemana. Tapi itu kejadian pertama dan terakhir yang pernah Ipang alami selama 2 tahun terakhir.
_______
KAMU SEDANG MEMBACA
Lyra dan Toples Rindu
Romance11 tahun aku menabung rindu, 11 tahun aku menyimpan baik-baik rasa yang begitu hebatnya. 11 tahun aku menunggu keinginan yang tak kunjung menemui takdirnya. Kau tahu, sampai detik ini aku sudah mengumpulkan 76 toples yang kutata baik-baik di dinding...