"Jam berapa Lin?" Ipang menanyakan permintaan Lintang untuk mengantar Lyra di parkiran motor bersiap untuk pulang.
"Nanti jum'at gue kabarin."
"Emangnya mau ngapain? Lo kenapa gak bisa nganter dia?" diatas tunggangannya Ipang mempertanyakan permintaannya untuk mengantar Lyra. Pasalnya bukan sekali dua kali Lintang meminta Ipang untuk mengantar kekasihnya itu. sudah menjadi hal yang wajar sebagai kekasihnya Lintang mengantarkan Lyra namun yang terjadi adalah Ipang yang lebih sering menggantikan posisinya untuk jadi tukang ojeknya Lyra. Meski begitu Ipang tak pernah merasa keberatan selamanya dirinya tidak ada kegiatan.
"Mau lihat acara costplay katanya. Cuma ada setahun sekali. Dan gue harus latihan persiapan turnamen basket antar SMA se Bekasi." Bagi Lintang, Lyra adalah kekasih yang sangat dipujanya. Namun disisi lain dia tidak bisa meninggalkan Basket yang sudah menjadi jati dirinya sejak dia kecil. Dua-duanya adalah hal yang berharga bagi Lintang.
Bersyukurlah dia punya sahabat seperti Ipang yang mau menggantikannya mengantar Lyra kemanapun dia ingin jika Lintang tidak bisa mengantarnya. Terlebih setelah Ibunya tahu Lintang berpacaran, dia tak terlalu setuju dengan hubungan mereka. Lintang harus sembunyi-sembunyi jika ingin jalan bersama Lyra.
Ibu Lintang adalah sosok yang protektif dan juga tegas, bahkan ayahnya yang seorang tentara saja masih kalah tegas dengan ibunya. Pernah satu kali Lyra dibawa kerumahnya untuk dikenalkan dan Ibunya memberikan respon yang kurang bersahabat. Berbeda sekali dengan kedua orang tua Lyra yang sangat ramah. Lintang sebenarnnya menyadari bahwa Ibunya hanya ingin dia belajar dengan baik tanpa harus pacaran-pacaran segala. Buang-buang waktu, buang-buang tenaga, buang-buang uang saja katanya.
Ipang mengangguk perlahan, sebenarnya Ipang juga tahu jika Ibunya tidak setuju dengan hubungan Lintang dan Lyra. Ibunya pernah bilang pada Ipang bahwa Lintang harus belajar dengan sungguh-sungguh agar bisa menjadi tentara seperti ayahnya. Maksud Ibunya menyekolahkan Lintang di STM pun agar Lintang terbiasa dengan cara sekolah yang semi militer itu. Ibunya pernah berpesan untuk menjaga Lintang jangan sampai dia dekat-dekat lagi dengan Lyra. Tapi apa yang bisa dilakukan Ipang? Ipang tak mengiyakan pun tak menolaknya.
"Yaudah, gue nanti gak ikut dagang deh hari minggu." Demi kekasih sahabatnya itu Ipang terkadang rela untuk kehilangan sumber penghasilannya yaitu ikut berdagang saat weekend pada sepupunya yang menjajakan cemilan khas priangan di sekolah SD dan di pasar pagi saat hari minggu.
"Okelah, yuk pulang! Udah mau maghrib."
"Duluan deh, gue nunggu si Aceng." Sejak kepindahan Aceng, Ipang selalu pulang bersama. Ia merasa Iba pada temannya itu yang kadang tak dibekali uang saku sepeserpun. Jika Ipang tak ada Aceng kadang pulang sekolah nebeng ke teman lain dan berhenti di pertigaan dengan melanjutkannya jalan kaki.
"Oh ya lupa, emang kemana si Aceng?"
"Boker." Ipang menjawabnya dengan tawa yang panjang
"Pantesan dia buru-buru keluar kelas." mereka tertawa bersama membayangkan wajah si Aceng menahan boker. "Yaudah gue balik duluan, keburu macet di kawasan industrinya."
"Sip." Mereka beradu tos seperti biasa. Sejurus kemudian Lintang memacu gas nya dan berlalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lyra dan Toples Rindu
Romance11 tahun aku menabung rindu, 11 tahun aku menyimpan baik-baik rasa yang begitu hebatnya. 11 tahun aku menunggu keinginan yang tak kunjung menemui takdirnya. Kau tahu, sampai detik ini aku sudah mengumpulkan 76 toples yang kutata baik-baik di dinding...