Tidak sampai lima menit Ipang tertidur pulas dengan dengkuran yang cukup keras. Ibu Aceng datang dengan dua cangkir kopi hitam diatas nampan merah. Melihat Ipang yang tertidur pulas ia menyimpan cangkir itu dan menutup pintu perlahan agar tidak membangunkan Ipang.
"Kreek, Brak.." Pintu kamar terbuka, seketika Ipang pun terperanjat.
"Kampret kaget gue." Ipang mengucek matanya, dan sesekali menguap.
"hahaha, sory men gue gatau kalo lu tidur beneran." Aceng masuk kamar dengan telanjang dada, handuk biru dibahunya. Rambutnya basah habis keramas.
Ipang melirik ke dinding, tidak ada jam. Memperhatikan sekitar mencari waktu.
"Nyari apa lu? Jam?
"Iya"
"Jam lima. Mau mandi gak lu?"
"Gak ah, nanti aja dirumah" melirik dua cangkir coklat dengan cairan hitam didalamnya. "ngopi dulu men." Ipang meraih salah satu cangkir dan menyesap cairan hitam itu. "Ceng, boleh udud gak?" Ipang mengeluarkan sebatang kretek dari tas nya.
"Bebas Pang, bukain aja jendela yang tengah biar gak negbul" Aceng menengok ke arah pintu, menutupnya pelan. Dan menggantungkan Handuk dibalik pintu.
"Tau gak ceng? Kopi dan kretek adalah kombinasi sempurna perusak tubuh." Sambil menyulut kreteknya Ipang menerangkan.
"Tapi nikmat kan?" Timpal aceng yang sedang memilah kaos di lemari pendeknya.
"hahahah" mereka tertawa bersama-sama. Lalu Aceng mengisyaratkan untuk diam dengan jari telunjuknya dimulut.
Mereka pun berbagi kretek hisap demi hisap. Mengepul-ngepulkan asapnya dimulut bak perokok yang sudah sangat handal.
"kok lu gak pernah ketahuan bawa rokok Pang? Padahal kan sering ada razia"
"hahaha" Ipang tertawa lebar sembari meraih tas pemberian sepupunya itu. "Lihat ceng!" Ipang menunjukan sebuah saku tersembunyi di tas itu. saku itu tidak akan terasa diraba. Ada resleting tersembunyi. "Tas ini bekas sepupu gue. Udah dimodifikasi biar bisa naro rokok. Tapi Cuma bisa dua batang kalo lebih bisa keraba."
"Hahaha, gila Pang sampe sgitunya. Pantesan masih lu pake walapun udah banyak sobekan dan warnanya pudar."
Ipang mengisyaratkan agar Aceng memainkan gitarnya dan mengiringi lagunya. Sementara Ipang mengeluarkan buku birunya sambil melantunkan beberapa lirik lagu.
"lah lu tahu lagunya ceng? Ini kan lagu lama banget." Ipang kaget Aceng mampu mengiringi lagunya.
"Tahu lah, hahaha" sambil terus memetik senar gitarnya. Dan Ipang pun melanjutkan lagunya.
..........
"Tergores kembali, satu luka di hati"
"Menghendak memberai jiwaku"
"Kuingin berlari, mencoba tak tersentuh"
"Oleh hasrat angan.."
..........
Kamar Aceng memang seperti sengaja disetting kedap suara. Jarak antara kamar dan ruang keluarga pun agak jauh. Jadi mereka berdua memainkan beberapa lagu sambil menikmati duet kopi dan kretek.
Sejak kali pertama Ipang kerumah Aceng mereka hampir tiap hari bersama. Terjadi pertukaran data diantara mereka. Saling menceritakan kisah mereka satu sama lain. Selain berasal dari suku yang sama mereka berdua memiliki beragam kesamaan. Aapalgi soal lagu, mereka cocok dan nyambung.
Tak segan Ipang pun menceritakan tentang Gadis pujaannya Avnita. Gadis hasil rekayasa Imajinasinya. Sejak awal Aceng tahu bahwa gadis itu benar-benar nyata bukan hanya khayalan Ipang saja.
"Namanya Avnita Wisikaningsih ceng. Artinya Bisikan Bumi yang penuh kasih. Dialah sumber inspirasi tulisan gue selama ini. Dialah seorang yang mampu menghidupkan sajak di buku keramat ini. Ceng, Cinta itu tujuan sekaligus alasan. Dialah alasan gue jadi penulis sajak. Daialah tujuan dari semua sajak yang gue tulis."
"Sekarang dia dimana Pang?"
Dengan kuat Ipang mendekap bukunya dan menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. "Dimanapun dia semoga dia baik-baik saja ceng. Cinta ini menyakitkan ceng, sekaligus menguatkan. Sakitnya gue gak pernah tahu lagi dia dimana, apa kabarnya, masih hidupkah dia. Kuatnya gue bisa menahan rindu dan tetap menjaga agar wajahnya tak hilang dari ingatan gue. Semua rindu yang tertuang dalam sajak-sajak ini tak pernah memiliki tuan."
Aceng memetik gitarnya dan memainkan sebuah lagu.
.....
"Semua t'lah hilang, hanyut terbawa anganku"
"Jadi harapan, yang tak mungkin kumiliki"
Ipang langsung mengikuti dengan khas suara tingginya, Aceng pun seolah sudah tahu dengan segera menaikan nada nya.
"Apakah kau tahu, aku mencintaimu"
"Bila kuingat dirimu"
"Pernah kah kau sadari kucoba raih hatimu"
"Dan tak akan henti untuk tempatkan kau didalam hatiku"
.....
_______
KAMU SEDANG MEMBACA
Lyra dan Toples Rindu
Romantizm11 tahun aku menabung rindu, 11 tahun aku menyimpan baik-baik rasa yang begitu hebatnya. 11 tahun aku menunggu keinginan yang tak kunjung menemui takdirnya. Kau tahu, sampai detik ini aku sudah mengumpulkan 76 toples yang kutata baik-baik di dinding...