Bagian 7

14 3 0
                                    

"Sayang Ipang kemana kok gak pernah ikut kesini lagi?" tanya Lyra di bawah pohon kersen tempat biasa Lintang menjemputnya pulang sekolah. Sudah lebih dari satu bulan sejak libur sekolah berakhir dan memasuki semester baru dan Lyra belum jumpa dengan sahabatnya itu. Ipang tidak punya telepon genggam jadi Lyra tidak bisa saling bertukar pesan singkat.

"Ada disekolah, kayaknya dia mau bikin grup Band sama si Aceng." Mengangkat bahu Lintang lantas memasangkan helm full face nya dan menstater motor bersiap melaksanakan tugasnya sebagai pacar, yaitu mengantar. Tanpa instruksi lagi Lyra langsung paham dan segera membonceng di belakang Lyra. Mereka pun berlalu kembali meninggalkan pohon kersen sebrang pintu gerbang sekolah yang selalu sendiri.

"Sayang, nanti hari minggu antar aku ya, Ada festival costplay di pusat kota." Pinta Lyra dalam perjalanan menuju rumahnya.

Lintang mengendurkan tarikan gas ditangan kanannya, membuka kaca helmnya dan sedikit menoleh kebelakang. "Aku harus latihan Basket hari minggu ini. Turnamennya sudah makin dekat. Bisa-bisa aku dikeluarin sama pelatih kalo magnkir terus. sama Ipang aja ya, nanti aku minta dia antar kamu."

"Yaah, yaudah deh sama Ipang." Sedikit agak kecewa Lyra mendengar jawaban dari Ipang. Tapi apaboleh dikata, Basket adalah hal yang sangat dicintai Lintang selain dirinya. Memang sudah biasa Ipang mengantar Lyra jika Lintang berhalangan. Ipang sudah menjadi substitusi persamaan antara Lintang dan Lyra dalam rumus matematika. Ipang tidak pernah merasa keberatan. Selama dia kosong, dia mau mengantar Lyra kemanapun. Bahkan Mama dan Papa Lyra sudah paham betul posisi Ipang.

_____

Hari itu Lintang tidak lama dirumah Lyra, hanya mengantar, minum segelas air dingin dan kembali ke sekolah. Ada kelas bengkel di sore hari yang menunggunya. Dan memang biasanya kelas bengkel memakan waktu lebih lama dari pelajaran lain. Bahkan bisa sampai jam 8 malam tergantung situasi praktek berjalan mulus atau tidak. 

Jika beberapa salah memasang mesin dan terjadi ledakan maka mereka harus membetulkan sampai benar-benar menyala dengan baik. Meskipun itu harus membuat mereka lembur dan terlambat pulang sekolah. Guru-guru pembimbing pun tidak keberatan pulang terlambat. Terlebih sekarang mereka sudah kelas 3, mereka harus lebih giat mempersiapkan Ujian Kompetensi.

Selepas ashar di mushola dekat kelas bengkel Ipang dan Aceng bersiap mengenakan wearpack dengan handuk kecil terbalut dikepala. Lintang datang memarkirkan motornya dipelataran mushola. Disekolah ini memang bebas keluar masuk lingkungan sekolah. 

Tidak ada gerbang sekolah yang selalu tertutup sebagaimana disekolah lain. Tapi meski begitu tidak ada yang berani membolos di kelas bengkel atau harus berurusan dengan bogem pak Yitno dengan jari-jarinya yang super besar dan cincin batu akiknya yang besar akan mendarat di kepala anak yang berani membolos di kelas bengkel.

"Udah mau masuk ya Pang?"

"Belom sih, siap-siap aja."

"Gue sholat dulu deh."

"Sip." Ipang tak terlalu memperhatikan Lintang. Dia sedang membicarakan lirik lagu yang dibuatnya bersama Aceng. Kini tak hanya menulis sajak, sejak dekat dengan Aceng Ipang lebih rajin menulis lirik lagu dan Aceng akan membuatkan aransemen musiknya. Mereka terlihat kompak kalau soal lagu.

____

Di kelas yang sebenarnya tidak pantas disebut kelas juga. Bangunan besar berukuran 10 x 30 meer itu penuh dengan berbagai macam Engine Stand, dan berbagai part lain yang di desain sedemikian rupa untuk pengajaran. Kelas itu disekat-sekat dengan chasis-chasis mobil dan meja-meja yang diatasnya tertumpuk komponen-komponen kendaran ringan. Setidaknya ada 3 tempat yang bisa dikatakan kelas. Dengan bangku tanpa meja yang tersusun berantakan. Didepan ada papan tulis yang kotor penuh dengan bercakan oli. Sore itu memang hanya kelas Ipang saja yang ada jadwal.

"Pang, minggu lo kemana?" Lintang yang duduk dibelakang Ipang mendongakan kepalanya berbisik. Matanya tak lepas memperhatikan penjelasan Pak Darmin di depan. Ipang pun tak melepaskan perhatiannya. Seperti biasa Ipang akan dengan sigap menuliskan semua penjelasan yang dianggapnya penting kedalam buku tebal bersampul Kulit Sapi berwarna coklat. Dari kelas satu buku itu tak pernah diganti. Semua pelajaran kemekanikan ada dalam buku itu.

"Kalo gak dagang ya dirumah aja." Jawabnya pelan.

"Anterin Lyra ke kota ya." Pinta Lintang.

"Iya, tar aja ngomongnya kalo dah pulang."

Materi tentang kelistrikan kendaran ringan selesai dan dilanjutkan dengan praktek pada sebuah papan sirkuit yang penuh dengan diagram gambar listrik dan beberapa lampu. Prakteknya adalah semua siswa harus mampu merangkai sirkuit dan menyalakan lampu sesuai dengan fungisnya masing-masing.

____

Lyra dan Toples RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang