Bagian 3

15 2 0
                                    

Sekolah mereka tidak seperti kebanyakan sekolah pada umumnya. Konsepnya seperti kuliah. Tidak menetap dikelas yang sama. Akan berpindah-pindah sesuai dengan mata pelajaran. Pun jika salah satu guru tidak hadir mereka bisa bebas pulang tanpa harus sembunyi-sembunyi. Luasnya yang 7 hektar dan hanya dijaga 2 sekuriti tua yang sudah bau tanah memberi banyak celah untuk membolos.

Lintang dan Ipang memacu sepeda motor berwarna biru mereka. Mereka saling kebut-kebutan membelah jarak antara sekolah mereka dan sekolah Lyra. Seperti biasa Lintang menunggu kepulangan Lyra didepan gerbang sekolah dibawah pohon kersen yang rindang.

Lintang mengeluarkan Handphone CDMA pemberian Ibunya yang didapat sebagai hadiah THR dari pasar tempat biasa ibunya belanja untuk warung kelontong disamping rumahnya. Membuka Pesan singkat dari kekasihnya Lyra.

"Sebentar lagi katanya pang".

"Yaudah gue beli rokok dulu ya" Ipang memang perokok, tapi dia tidak pernah merokok disekolah. Lingkungan tempat tinggalnya yang membuat dia terbawa menjadi perokok kretek. Katanya dari rokok dan secangkir kopi lah terciptanya semua syair dan puisi yang tertuang dibuku tebalnya.

"Bu, Dji Sam Soe sebatang."

"De, gak boleh merokok dilingkungan sekolah nanti kalau ketahuan guru bisa gawat"

"Tenang bu, saya bukan murid sekolah ini." Sambil menunjukan BET STM di bahu kirinya Ipang berusaha meyakinkan Ibu warung. Seperti sudah paham bahwa anak STM rata-rata perokok Ibu itu langsung memberi sebatang kretek.

Ipang meletakan kretek itu dimulutnya, menyulutnya dengan tangan kiri yang menghalau angin yang bisa mematikan nyala korek api. Menghisapnya perlahan dan menghembuskannya dari mulutnya. Asap perlahan keluar dari mulutnya dan dengan kemahiran seorang perokok asap berputar masuk kehidungnya sebelum dikeluarkan kembali bergulung-gulung membentuk lingkaran asap. Ipang kembali mendekati sahabatnya dengan sedikit menggigit kreteknya agar tidak terjatuh.

Lintang sudah terbiasa dengan tingkah sahabatnya Ipang. Stigma anak sekolah perokok memang buruk dipandang orang. Tapi Lintang tidak pernah menanggap buruk sahabatnya. Lintang pernah bilang saat Ipang bertanya. "Lu gak risih gue ngerokok?" jawabnya "Gue gak akan nge-judje orang yang melakukan dosa yang berbeda dari gue. Ya, walapun lu ngerokok itu bukan dosa".

"Kretek gue udah mau abis ini, kok belum keluar juga dia?"

"Sabar kampret"

Ipang membuang kreteknya yang sudah melebihi batas tulisan merk. Menginjaknya dengan sepatu yang sudah robek-robek di berbagai sisi. Tak lama kemudia Lyra datang.

Ipang tertegun melihat Lyra berjalan mendekati mereka. Dalam benaknya "Bangsat, cantik benar ini cewek."

"Maaf, lama ya Lin?"

"Gak kok sayang, lagian kita gak ada kelas, jadi santai."

Lyra melirik ke arah Ipang. Dengan sejurus Ipang mengibas-ngibsakan telapak tangannya ke celana abu-abunya yang banyak noda oli bersiap bersalaman dengan bidadari.

"Oh ya kenalin sahabat aku Ipang."

"Oh ini Ipang. Lintang suka cerita. Kenalin Lyra"

Dengan sigap Ipang menyambut tangan Lyra dan menggenggamnya dengan pasti.

"Irfan Muhammad."

"Halah sejak kapan lu kenalan nyebutin nama asli, lengkap pula" Lintang menepuk pundak bahu sahabatnya.

Mereka bertiga pergi dari tempat itu meninggalkan pohon kersen yang kini hanya berteman puntung kretek yang sudah padam apinya. Ipang mengekor Lintang yang membonceng Lyra. Sesekali Lyra menatap ke belakang dan dengan sigap Ipang tersenyum. Setiba dirumah Lyra mereka bertiga berbincang, bercanda dan tertawa bersama. Ipang memang sosok yang humble dan mudah bergaul jadi tidak canggung lagi mereka bercanda.

Hari-hari berikutnya Ipang dan Lintang lebih sering membolos kelas dan pergi main bersama Lyra. Ipang hanya menjadi obat nyamuk yang menjaga mereka berdua agar tidak digigit nyamuk. Kemanapun mereka berdua pergi Ipang selalu diajak. Meski sendiri Ipang selalu mau. Ipang menjadi saksi hidup kisah cinta Lintang dan Lyra. Bahkan jika Lintang tidak bisa mengantar Lyra. Ipang selalu siap menggantikannya. Lyra sendiri pun tidak canggung lagi dengan Ipang. Mereka menjadi teman baik.

Lyra dan Toples RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang