Sabtu pagi mereka menjalankan test kecepatan menginput data. Ada 23 anak yang mengikuti test itu. 19 anak berasal dari sekolah tempat Ibunya Lyra mengajar. Dan 4 sisanya adalah Lintang, Lyra, Ipang dan Aceng. Suasana yang mereka rasakan begitu menegangkan. Setelah mendapati instruksi tentang bagaimana cara menginput data dengan cepat dari Instruktur dengan Name Tag yang terpasang di dada kirinya bertuliskan "Aprilia." Semua mata tertuju pada perempuan cantik berpakaian blazer berwarna biru tua itu. hanya Ipang yang bersikap santai. Tangannya tak henti memutar-mutarkan pena diatas pahanya.
Test input data dibagi menjadi tiga sesi karena ketersedian komputer di ruangan itu hanya ada 8 unit. Setiap sesi diberikan waktu 10 menit. Dan mereka harus berlomba-lomba menginput data terbanyak. Ipang, Lintang, Lyra dan Aceng kebagian di sesi terakhir. Sembari menunggu kedua sesi selesai. Mereka berempat bercanda bisik-bisik di ruangan.
"Taruhan yuk, siapa yang paling banyak input diantara kita." Ajak Lintang berbisik. Ketiganya langsung mendongakan kepala mendekati Lintang.
"Taruhannya apa men?" Tanya Aceng.
"Yang kalah garukin pant** yang menang." Celetuk Ipang terkekeh.
"Ah gila lu Pang. Lyra gimana?" sanggah Lintang.
"Udahlah kalian jangan taruhan segala!" sanggah Lyra. Mukanya cemberut tanda tidak setuju. Ia langsung memalingkan wajahnya melihat-lihat anak-anak lain yang terlihat lebih serius dibanding mereka berempat.
"Ya, udah gak usah ikutan!" balas Ipang.
"Mending taruhannya yang kalah pijitin yang menang. Kan lumayan tuh 10 menit jari-jari remek juga ngetik terus." Usul Lintang.
"Oke!" Ipang dan Aceng menjawab serentak.
Sesi pertama selasai. Terlihat ketegangan dari raut wajah mereka. Ada yang cemas dan pucat. Mungkin mereka menyadari tidak menginput data banyak. Sesi kedua pun selesai 12 menit kemudian. Dan tibalah gilaran Ipang, Lintang, Aceng dan Lyra. Ipang masih bersikap santai dengan gayanya yang tengil dia memutar kursi di balik meja lantas duduk. Seperti biasa ia melemaskan otot lehernya dan meremas-remas jemarinya sesaat sebelum tanda mulai dari instruktur cantik berjas biru itu.
Sesaat setelah tanda mulai jemari mereka sibuk menekan angka dan huruf yang terdiri dari kode-kode produksi. Lembaran data yang harus di input berada disamping kiri layar komputer. Dengan lihainya jemari Ipang menari-nari diatas tuts keybopard. Sesekali ia kembali melemaskan otot lehernya dan kembali pada angka-angka di lembaran kertas dan layar komputer.
Beberapa jam setelah test hasilnya langsung keluar. Dan benarlah. Ipang berada di urutan pertama kecepatan input data terbanyak. Disusul Lintang di posisi kedua dan Lyra di posisi ke 8. Sedangkan Aceng diposisi ke 16 tentu saja membuatnya tidak lulus. Beberapa nama yang disebutkan bersorak kecil. Jika ini suatu pertempuran battle royal setidaknya mereka yang berhasil lulus telah membunuh 2 orang peserta. Sedang mereka yang namanya tidak disebut beberpa menghela nafas dan teruduk lunglai. Termasuk salah satunya Aceng.
"Tenang Ceng. Ini bukan akhir dari segalanya. Dunia tidak kiamat meski lu gak lulus." Ipang menepuk-nepuk sahabatnya itu.
"Apaan sih ceng! Biasa aja kali." Sanggahnya.
"Ya kali lu prustasi terus minum baygon rasa strawbery." Ipang terbahak
"Ipang!. Fruu, fruu buka pruu!" timpal Lyra.
Aceng dan Lintang tertawa. "dasar orang sunda gak bisa bilang ef." Kata Lintang sambil membogem lengan Ipang.
"Lu juga ngapain ketawa Ceng. Sesama orang sunda gak boleh saling menertawakan!" balas Ipang yang melihat Aceng ikut tertawa terbahak. Aceng hanya menjulurkan lidahnya memelet.
"Yaudah balik yuk. Nanti senin tandatangan kontrak." Ajak Lyra berusaha mendamaikan perseteruan huruf "ef" diantara mereka.
"Mending makan Mie Ayam bangka dulu sebelum pulang." Ajak Lintang.
Aceng melihat ke arah Ipang. Memberi isyarat bahwa ia tidak punya uang. Seperti sudah mengerti keadaan sahabatnya tanpa dikatakan sekalipun Ipang langsung memberi anggukan tanda setuju bahwa dia yang akan mentraktirnya.
Setelah mendapatkan pengarahan dari instruktur cantik untuk yang sudah lulus. Mereka pun dibubarkan. Mereka berempat berjalan paling terakhir diantara anak-anak yang lain. Keluar dari kantor menuju parkiran motor.
"Oh ya Pang. Nanti pagi-pagi jam setengah 7 kamu jemput aku di pasar induk aja ya. Nggak usah kerumah kan kejauhan." Pinta Lyra. Dai melihat ke arah Lintang kekasihnya meminta perserujuan.
"Yaudah." Jawab Lintang. "Mau kan lu Pang?"
"With my pleasure Princes Lyra." Jawab Ipang dengan gesture berlagak seperti pangeran dalam dongeng.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lyra dan Toples Rindu
Romance11 tahun aku menabung rindu, 11 tahun aku menyimpan baik-baik rasa yang begitu hebatnya. 11 tahun aku menunggu keinginan yang tak kunjung menemui takdirnya. Kau tahu, sampai detik ini aku sudah mengumpulkan 76 toples yang kutata baik-baik di dinding...