Bagian 2

20 2 0
                                    

"Pang, hari ini bolos yuk." Ajak Lintang berbisik pada Ipang yang tengah sibuk merangkum pelajaran tentang Induksi Motor Listrik yang baru saja dijelaskan oleh guru mereka yang wajahnya mirip sekali dengan pelawak Jojon. Ipang tak menghiraukan ajakan temannya. Ia terlalu fokus pada buku keramatnya. Buku tebal bersampul kulit sapi berwarna coklat tua. Didalamnya terangkum semua pelajaran tentang mesin sejak dari kelas satu. Ipang adalah penggila mesin. Kalau sudah berurusan dengan mesin semua fokusnya tertuju dan abai pada hal-hal kecil disekitarnya.

Lintang merebut buku keramatitu. Ipang melotot kesal merasa kesenangannya telah dirusak. "Makanya dengerin kalo gue lagi ngomong." Lintang menutup buku itu. sementara Ipang berusaha merebutnya kembali. "Sini buku gua bangsat" buku itu sudah seperti kekasihnya saja yang tak rela direbut siapapun. Cuma Ipang yang menulis ulang dan merangkum semua pelajaran tentang mesin. Tapi untuk pelajaran umum lainnya ia seperti tidak peduli. 

Ada satu buku lagi yang lebih keramat dari buku mesin itu. Buku itu adalah kumpulan puisi, syair dan prosa yang tebalnya sama hanya saja sampulnya berwarna Biru terbuat dari bahan beludru suede. Selain gila mesin Ipang lebih gila lagi soal sastra. Bahkan Ipang sudah menulis sejak dia SMP. Buku mesin itu adalah kekasih keduanya. Kekasih pertamanya adalah buku biru itu.

"Mau bolos kemana emang? Lu mau dijemur lagi sama Nenggolan kalo bolos dipelajaran dia"

"Gue mau kenalin lu sama Lyra."

"Lu pacaran aja sana, jangan bawa-bawa gue."

"Teman macam apa lu bangke."

"Lu lah yang macam apa. Pacaran kok ngajak gue."

"Kan gue Cuma mau berbagi kebahagian sama lu yang Cuma memuja perempuan imajinasi lu si Avnita."

"Dia nyata!"

"Halah mana? sekedar fotonya aja lu gak punya. Lu kebanyakan nulis puisi, cewek Imajinasi aja lu anggap nyata."

"Lu gak ngerti Lin, terlalu dini 1000 tahun buat lu ngerti Cinta yang gue rasa."

"Mulai deh."

Sepeninggal Pak Jojon seketika kelas menjadi ribut. 30 orang dan 100 persen isinya perjaka tentu saja membuat kelas tidak sekondusif anak-anak SMA dengan isi yang proporsional antara kaum adam dan hawa. Mereka membentuk kelompok-kelompok dengan kebiasaan dan minat yang berbeda-beda.

Di deretan bangku terdepan dekat meja guru adalah kelompok gamers. Mereka langsung berkumpul membicarakan game dengan bahasa mereka yang sulit dipahami anak-anak lain. Dibelakangnya adalah kelompok alim yang tak pernah sekalipun bolos sekolah. Setiap istirahat kelompok ini akan berada di mushola.

Di deretan bangku dekat pintu kelas berkumpul kelompok pecinta Symbian. Mereka terdiri dari anak-anak orang kaya yang handphone nya bagus-bagus. Pembicaraan mereka pun seputar gadget baru, aplikasi, bertukar film porno dll. 

Dideretan bangku tengah paling depan diisi oleh anak-anak tanpa minat hanya sekolah sekedar melaksanakan kewajiban dari orang tua. Mereka tidak berkelompok duduk sendiri-sendiri terlihat seperti orang-orang yang menutup. Tapi soal pelajaran mereka nomor 1. Tepat dibelakangnya adalah kelompok atlet dengan postur tubuh yang tinggi-tinggi. Bola Voley dan Bola Sepak.

Sedangkan kelompok anak-anak pembolos dan suka bikin onar langsung keluar kelas begitu Pak Jojon terlihat cukup jauh dari kelas. Kelompok ini adalah tukang tawuran, wajah mereka beringas dengan setelan persis preman sekolah. Mereka keluar kelas langsung pergi ke WC sekolah yang sudah tidak terpakai untuk menghisap kretek sesekali diantara mereka membawa ganja.

Lintang dan Ipang tidak masuk ke golongan manapun. Mereka berdua netral. Dikelas ini tidak ada Atlet basket seperti Lintang. Pun tidak ada kelompok pecinta sastra seperti Ipang. Mereka berdua saling melengkapi satu sama lain seperti gelas dan isinya. Kemana-mana mereka selalu berdua seperti pasangan Homo. Tapi percayalah mereka berdua Normal. Punya kekasih meski Lintang selalu menanggap bahwa kekasih Ipang itu Cuma perempuan khayalannya saja. buah dari syair-syair yang selalu ia tulis.

"Woy dengerin" Dean sang ketua kelas yang berasal dari golongan anak-anak alim yang bertugas sebagai ketua kelas mengambil alih perhatian semua penduduk kelas.

"Nenggolan gak masuk hari ini, gue udah konfirmasi ke guru piket." Semua mata tertuju pada sosok kurus tinggi dan berjanggut tipis itu. Hanya sekilas saja, semua kembali pada perhatian dan p[erbincangan dengan golongannya masing-masing. Tidak ada yang peduli.

"Tuh Pang, gak masuk kan si Nenggolan. Ayo pergi aja."

"Trus gue ngapaian? Ngekorin lu berdua yang pacaran? Aku tidak segoblok itu Lin."

"Udah ikut aja, gue bensisin motor perompak lu."

"Nah kalo itu gue setuju. Dari tadi kek."


____

Lyra dan Toples RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang