Bagian 12

14 2 0
                                    

Hari-hari berlalu seperti biasa Lyra dengan kesibukannya sebagai murid teladan di sekolahnya. Tentunya ia harus mempertahankan posisinya agar tidak tergeser. Salah satu saingan Lyra dikelas IPA adalah Ayu. Seorang gadis perpaduan jawa dan sunda. Tubuhnya mungil, tingginya hanya sekitar 150 senti meter. Hidungnya mancung bangir seperti orang arab. Matanya belo bulat besar. Kulitnya kuning langsat. Dengan rambut panjang yang terurai dan bando yang selalu berganti warna setiap harinya membuatnya terlihat anggun dan cantik.

Ayu adalah teman pertama Lyra sejak SMA. Sampai sekarang kelas 3 mereka tetap sebangku. Dalam hal pelajaran Ayu hampir menyamai Lyra. Mereka berdua menjadi primadona kelas yang disatu sisi mereka berteman baik tapi disisi lain persaingan mereka sangat ketat. Meski bersaing tapi Lyra tak pernah keberatan membantu Ayu mengerjakan beberapa soal yang tidak ia mengerti. Terutama mata pelajaran kimia. Prestasi Ayu yang terus mengalami kenaikan pun sebetulnya buah dari pertemannya dengan Lyra.

"Sebenarnya gimana awalnya kamu bisa pacaran sama Lintang Ra?" pada jam istirahat Ayu dan Lyra memang jarang sekali ke kantin sekolah seperti anak-anak lain. Mereka berdua lebih senang membawa bekal dari rumah. Itu karna Ipang pernah bilang kalau dia setiap hari membawa bekal makan siang untuk menghemat uang sakunya. Meski Lyra sekolah hanya sampai jam 1 siang tidak seperti Ipang yang sampai sore tapi menurutnya itu jadi ide bagus juga. Jadi dia tidak perlu keluar uang saku. Dan melihat Lyra setiap hari membawa bekal Ayu pun ikut-ikutan.

"Singkat banget Yu, aku juga gak nyangka. Jadi ceritanya saat moment buka puasa bersama anak-anak SMP aku ketemu dia." Sambil melahap cemilan sosis goreng Lyra menceritakan. Begitupun Ayu mendengarkan sambil menyantap kentang goreng yang dibuatkan Ibunya.

"Trus?" tanya ayu penasaran.

"Ya, sebenarnya ada perempuan lain yang dia suka. Namanya Meta. Lintang minta aku biar aku bantuin dia supaya bisa deket sama Meta. Memang yang aku tahu Lintang sudah suka Meta dari zaman SMP dulu."

"Gila ya, masih SMP aja udah berani suka-sukaan. Sampai sekarang aku saja nggak pernah kepikiran tuh." Ayu memotong cerita Lyra dengan mulutnya yang kepedasan akibat dia mencolek saus sambal terlalu banyak di kentang gorengnnya.

Lyra terkekeh. "Ya begitulah."

"Eh maaf, aku nggak maksud gitu." Ayu menyadari perkataannya barusan menyindir Lyra. "Trus, lanjut Ra."

"Ya, aku bilang gini sama Lintang. Kamu tuh ya, sudahlah jangan terlalu fokus mencari atau mengejar seseorang yang kamu suka. Coba deh kamu perhatikan sekitar kamu ada yang suka sama kamu dan kamu gak sadar Lin."

"Terus dia jawab."

"Lah maksudmu apa Ra? Memang siapa yang suka sama aku?"

"Aku menjawabnya dengan terus terang tanpa merasa innocent sedikitpun. Ya aku lah."

"Dia sedikit agak kaget dan mengangkat kedua alisnya terus bilang gini."

"Oh ya? Yasudah kalau begitu kita pacaran saja."

"Biasa banget kan Yu." Lyra terkekeh kecil menceritakan kekonyolannya menyatakan perasaannya lebih dulu. Dan dia rasa itu hal bodoh yang pernah dilakukannya.

Ayu pun terkekeh mendengar cerita itu. "Nggak romantis banget Ra."

"Eh tapi jangan salah loh. Lintang tuh romantis banget tau Yu. Dia itu sering tiba-tiba datang kerumah bawa bunga mawar, bawa boneka, bawa baju couple. Ah pokonya walaupun awal pacaran dia nembak kaya gitu tapi dia konsekuen dengan perkataannya. Sampai Mama aku pernah bilang gini loh pas Lintang ngasih aku bunga mawar."

"Pa, tuh Lyra aja dapat bunga dari Lintang. Masa mama nggak pernah dapat bunga dari Papa, ah Papa mah nggak romantis." Lyra tertawa kecil saat menirukan gaya Mamanya yang protes sama Papanya. "Papa aku sampai cemberut loh Yu gara-gara itu. mungkin dalam batinnya berkata. Kurang ajar nih si Lintang gara-gara dia gue jadi kena semprot bini gue."

Lyra dan Ayu tertawa terbahak-bahak membayangkan ekspresi Papanya itu.

"Kamu sendiri kenapa belum pacaran Yu?" kini Lyra balik bertanya. Ayu tak bergeming dengan pertanyaan itu. Ia tetap asik mencocol sambal dengan kentang gorengnya.

"Eh, kalau ditanya jawab Nona cantiik!" sambil menarik kentang goreng di kotak makan berwarna biru langit Lyra protes.

"Emang aku cantik ya Ra?"

"Cantik lah, tapi tetap saja cantikan aku." Lyra tertawa.

"Iya deh tuan putri mah cantik." Jawab Ayu sebal. "Aku lebih suka menghabiskan waktu baca Novel Ra."

"Ya kan gak tiap hari juga ketemu Ayu!" Lyra melakukan pembelaan seolah-olah apa yang dikatakan temannya itu bermaksud bahwa punya pacar akan menyita waktunya.

Ayu hanya mengangkat kedua bahunya dan menggeleng perlahan. Ayu berusaha mengalihkan topik pembicaraan "Ra, nanti sepulang sekolah mau temenin aku beli novel?"

"Wah, aku nggak bisa kayaknya Yu. Aku udah janji sama Lintang dan Ipang. Mereka mau kerumah aku. Katanya jam terakhir gurunya nggak ada jadi mereka pulang lebih cepat."

"Ohh gitu ya, by the way Ipang siapa Ra?"

"Oh ya aku lupa nggak pernah cerita soal Ipang ya. Jadi dia itu sahabatnya Lintang. Dia memang sering main sama kita kok. Malah sering nganterin aku kalo Lintang lagi nggak bisa."

"Loh ada ya orang seperti itu?"

"Ya ada lah, buktinya itu Ipang."

"Ya aneh aja. emang Lintang nggak pernah cemburu kalo kamu diantar sama Ipang?"

"Ya, enggak lah. Kan mereka sahabatan. Lagian emang Lintang yang suka minta Ipang buat nganterin aku."

Ayu manggut-manggut. "Yaudah deh, aku pergi sendiri nanti."

"Maaf ya Ayu." Lyra merasa bersalah. Pasalnya dari dulu mereka berdua memang sering pergi ke toko buku bersama. Ayu adalah penggila Novel. Setiap minggunya dia pasti membeli satu Novel. Itulah yang menjadi alasan ia mengikuti Lyra untuk membawa bekal agar uang sakunya utuh dan bisa membeli Novel lebih banyak.

"Enggak apa-apa kok Ra." Ayu membalasnya dengan senyum lebar. Paras cantiknya terlihat semakin saat ia tersenyum. Sangat manis. Semua laki-laki akan terlena jika mendapati senyum Ayu. Perbincangan mereka berakhir seiring berbunyinya bel tanda istirahat telah usai. Mereka berdua merapikan sisa bekal yang mereka bawa dan menyimpannya di tas. Anak-anak lain pun mulai masuk kelas satu persatu.

Lyra dan Toples RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang