20. Kecewa

49 6 0
                                    

Cowok itu melangkah mendekati cewek yang bergeming menunduk di tempatnya. Mata tajam Foza sejak tadi terpatri pada Aliya. Dia benar-benar geram, dadanya naik turun semakin marah ketika mengingat apa yang Aliya lakukan tadi terhadap Jova. Ditambah mengingat Arion yang menggendong Jova.

Saat sudah berdiri di depan Aliya, Foza tidak bicara apa-apa, dia langsung menarik tangan cewek itu dan membawanya ke taman belakang yang sudah sepi. Langkah keduanya tidak lepas dari selidik para murid yang penasaran apa yang akan dilakukan Foza terhadap Aliya, mantannya.

Saat sampai pada taman, Foza melepas tangan Aliya dari genggamannya. Dia yang tadi jalan lebih dulu daripada Aliya, kini berbalik. Foza menatap Aliya yang masih menunduk, dia mengepalkan tangan, berusaha keras menahan emosi. Cowok itu mengalihkan pandangan, kemudian mengusap wajah kasar.

"Aliya, jelasin maksud lo apa?" Foza masih berusaha berbicara dengan suara datar. Walaupun tidak bisa berbohong, suara rendahnya itu bergetar.

"Karena lo," jawab Aliya dingin.

"Maksud lo?"

"Lo kenapa, sih, dekat-dekat anak udik itu mulu?" Kini mata Aliya menatap lekat Foza. Berharap cowok di depannya ini mengerti perasaan kecewanya.

"Kita udah putus, Aliya. Gue berhak dekat sama siapa aja, termasuk Jova," kata Foza mengingatkan, walaupun dia tahu pasti Aliya tidak akan lupa hal itu.

"Alasan lo mutusin gue itu nggak masuk akal. Lo becanda 'kan suka sama dia? Lo nggak serius, 'kan? Gue tahu selera lo nggak rendah kayak dia."

"Mulut lo, Aliya!" tekan Foza. "Gue ingatin sama lo, jangan ganggu Jova lagi. Masalah gue deketin dia, itu urusan gue, nggak ada hubungannya sama dia, apalagi lo."

"Za, lo masih suka sama gue, 'kan? Hm?" lirih Aliya. Dia meraih tangan Foza, menggenggamnya erat. "Za, gue masih sayang sama lo. Lo bohong kalau udah nggak ada perasaan sama gue." Mata Aliya sudah berkaca-kaca.

Foza melepas tangan Aliya pelan dari genggamannya. "Aliya, sori, gue nggak bisa sama lo."

"Alasannya?" Mata Aliya menatap Foza tepat, mencari masih adakah cinta di mata itu untuknya. Mencari-cari tatapan sayang yang pernah Foza berikan padanya.

Aliya tahu betul, Foza memang nakal dan usil, tetapi cowok itulah yang sudah membuatnya jatuh cinta. Membuatnya pernah merasa dicintai sebegitu dalamnya, dan sekarang Aliya tidak mau kehilangan cinta itu.

"Gue udah ketemu cewek yang nggak pernah nuntut apa-apa dari gue," jelas Foza dingin. Sebenarnya ia juga tidak mengatakan ini, tetapi hatinya benar-benar sudah tidak ada untuk Aliya. Foza memang brengsek, Foza sadar itu. Namun, Foza hanya mengikuti kata hatinya kali ini. "Sori, Aliya. Gue udah nggak bisa sama lo. Lo bisa cari cowok yang lebih dari gue dan sayang sama lo."

"Jova? Iya?!" Melihat Foza hanya diam, Aliya semakin tidak habis pikir. Bagaimana mungkin Foza, cowok yang sangat ia kenali memiliki tipe cewek yang tinggi jatuh cinta dengan Jova? "Kenapa harus dia, sih, Za? Bukannya lo cuma main-main sama dia?"

"Mungkin karma," jawab Foza santai. "Maaf, Aliya, gue nggak bisa lagi sama lo lagi. Gue sayang sama Jova," lanjut Foza.

"Bullshit!" teriak Aliya geram. Dengan air mata berlinang, Aliya menggeram kesal sambil mengepalkan tangannya. "Lo nggak cinta sama dia, Foza. Lo nggak mungkin suka sama cewek udik kayak dia, gue kenal lo!"

"Setelah lo ngomong kayak gini, gue tau lo nggak kenal gue, Aliya." Foza melangkah mundur. Perasaannya pada cewek cantik di hadapannya ini sudah benar-benar hilang. "Dan apa yang lo udah perbuat, harus lo pertanggungjawabkan." Setelah mengatakan itu, Foza pulang dan meninggalkan Aliya sendiri dengan tangisannya. Dia tidak peduli lagi dengan Aliya yang berteriak memanggil namanya.

C H E M I S T R Y ✔️ (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang