(TAMAT)
Bagaimana, sih, perasaan orang yang sedang jatuh cinta? Memilih diungkapkan atau dipendam?
Mungkin kebanyakan orang akan memilih dipendam dengan alasan harga diri. Namun tidak untuk Jova. Walaupun dirinya tidak memiliki paras yang cantik, b...
Bel istirahat pertama berbunyi. Setelah membereskan buku-buku pelajaran, semua murid berhamburan keluar seperti ayam terlepas dari kandang, tidak terkecuali Aksa. Dia pun keluar begitu saja tanpa mengajak Foza. Sudah beberapa hari sejak Foza melaporkan Aliya ke BK, Aksa tidak bertegur sapa dengan Foza.
Cukup sudah Foza menahan untuk tidak bicara dengan Aksa, kali ini dia memilih menyudahinya. Dia pun berlari mengejar Aksa yang lebih dulu berjalan ke kantin.
"Aksa!" panggil Foza sambil berlari mengejar sahabatnya itu.
Sosok yang dipanggil tidak menggubris. Bukannya tidak mendengar, tetapi dia enggan bicara dengan Foza.
"Woy, lo kayak cewek aja ngambekan," seru Foza yang sudah berhasil menyusul Aksa. Meski langkah mereka telah sejajar, Aksa tetap mempercepat laju kakinya agar Foza tidak mengejar lagi.
"Udahlah, Sa. Gue galau nggak gila-gilaan sama lo. Masa cuma gara-gara gitu aja lo mutusin persahabatan sama gue yang udah bertahun-tahun."
Tiba-tiba Aksa berhenti, dan Foza pun menjadi curiga kalau-kalau ucapannya ada yang salah.
"Cuma gitu aja lo bilang?" Rahang Aksa terlihat mengeras serta mata bulatnya melebar. "Sadar, Za. Bertahun-tahun persahabatan kita bukan tentang kita berdua, tapi bertiga. Dan demi cewek itu lo tega laporin sahabat lo sendiri. Ya, Aliya mantan lo. Tapi di samping itu, dia juga sahabat lo, sahabat gue. Gue nggak terima sahabat gue digituin," jelasnya mengeluarkan semua uneg-uneg yang berhari-hari disimpan sampai khawatir akan jadi bisul.
Foza mendesis. "Dia keterlaluan, Sa," dalihnya berusaha bersikap tenang. Foza memasukkan kedua tangan di saku celana.
"Woy!" Aksa menepuk pundak Foza, bukan tepukan bersahabat yang biasa diberikan, tetapi sebuah tepukan arti pelampiasaan. "Sejak kapan Foza menjadi Power Rangers? Yang gue tahu, Foza itu keturunan Orochimaru."
Senyuman Foza mengembang. Meski sedang marah, tetap saja Aksa adalah sahabatnya yang selalu punya bahan lelucon. "Orochimaru udah jadi baik sejak perang Shinobi melawan Madara Uciha."
"Bodo amat," sungut Aksa kembali menyambung langkah.
"Elah, Sa. Lo beneran kayak cewek, ya? Masa perlu gue gombalin gitu biar luluh dan maafin gue," bujuk Foza yang mau tidak mau kembali mengejar Aksa.
Aksa tidak menyahut dan tidak menoleh sedikit pun pada Foza.
"Aksa, maafin gue," kata Foza bersungguh-sungguh. Mungkin ini kali pertama Foza meminta maaf pada Aksa, karena mereka tidak pernah bertengkar sebelumnya.
"Gue mau maafin lo. Tapi ada syaratnya." Aksa akhirnya membuka mulut.
"Apa?" tanya Foza penuh harap.
"Lo harus minta maaf dulu sama Aliya. Maaf Aliya berarti maaf gue. Jangan ikutin gue lagi," sergah Aksa dengan melempar tatapan intimidasi.
Sesuai titah Aksa, Foza tidak lagi menyusul langkah sahabatnya itu. Dia justru bergeming di tempat sembari memikirkan persyaratan yang diberikan padanya. Dia tidak masalah bila harus meminta maaf pada Aliya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.