18. Ada Apa Dengan Foza?

49 5 0
                                    

Pergelaran pensi SMA Cendekia sebentar lagi dilaksanakan. Para anggota OSIS sudah membagi tim untuk acara nanti. Jova bagian mengurus pendaftaran. Sebenarnya bagian pendaftaran diurus Arion sendiri, tetapi cowok itu menjadikan Jova satu tim dengannya. Entah apa maksud di balik ajakan itu.

Jova dan Arion sedang duduk di sisi kiri luar pintu ruang OSIS. Mereka mencatat setiap kelas yang mendaftarkan penampilan kelas mereka.

"Udah berapa kelas yang daftar?" tanya Arion saat belum ada lagi kelas yang mendaftar.

"Sebelas," jawab Jova. Dia menjawab sembari menatap Arion.

"Udah lumayan. Nggak lapar?" tanya Arion lagi. Mengingat sejak bel istirahat tadi mereka langsung mengurus pendaftaran.

"Lapar, sih," kata Jova ragu-ragu.

Arion tersenyum. "Ya udah, ke kantin aja. Gue jaga ini. Tapi habis dari kantin langsung ke sini lagi, ya?"

"Kak Arion nggak laper?"

Arion menggeleng. "Tadi pagi sarapan, belum lapar lagi."

"Iya, deh." Setelah mengatakan itu, Jova pergi ke kantin. Cewek itu menahan senyumnya di sepanjang koridor, perhatian Arion benar-benar membuatnya melayang.

Saat sampai di mulut kantin, Jova bisa melihat ketiga temannya di dalam. Sofi yang melihat kehadiran Jova melambaikan tangan. Jova tersenyum, dia langsung berjalan menuju meja Sofi dan lainnya, tetapi tiba-tiba saja ada yang menahan tangannya dari samping.

"Duduk sini." Jova mendelik kaget pada Foza yang duduk sembari menahan lengannya. Cowok itu duduk bersama Aksa. "Duduk sini," ulang Foza. Dia menendang kursi kosong di sampingnya. Aksa terlonjak kaget saat Foza menendang kursi itu.

"Santai, Za," protes Aksa, "cewek gini doang." Nada bicara Aksa sangat meremehkan Jova. Diperlakukan seperti itu, Jova hanya diam walaupun dalam hatinya terluka.

Foza menatap Aksa tidak suka. "Diem, deh, lo nggak ngerti." Foza kembali menatap Jova. "Duduk atau gue—"

"Iya, gue duduk!" putus Jova kesal. Cewek itu sudah tahu apa lanjutan kalimat Foza. Sialan! Jova sama sekali tidak bisa melawan, ancaman Foza benar-benar membuatnya jijik kalau sampai jadi kenyataan.

"Gitu, kek, dari tadi. Mau pesan apa?"

"Bakso sama es teh," ketus Jova tanpa menatap Foza.

"Tunggu sini." Foza bangkit dari duduknya. Dia berjalan untuk memesankan bakso dan es teh untuk Jova. Aksa yang melihat itu hanya bisa geleng-geleng.

"Lo pakai pelet, ya?" tanyanya pada Jova setelah kepergian Foza.

Jova membulatkan matanya. "Gue nggak ngerti gituan."

Aksa mendecih, kemudian bangkit. Dia membawa mangkuk mi ayamnya dan memilih pindah duduk bersama Aliya. Tidak berselang lama, Foza datang dengan semangkuk bakso dan es teh di tangan kanan dan kirinya. Dia meletakkan bakso dan es teh itu di meja depan Jova.

"Makan," perintahnya.

"Nggak ada racunnya, 'kan?" curiga Jova. "Tumben."

"Makan. Nggak usah suuzon jadi orang."
Jova mberdecak. Kemudian dia mengambil saus dan kecap, serta sambel untuk pelengkap. Jova terlihat buru-buru menghabiskan baksonya, membuat Foza menatap heran.

"Pelan-pelan. Lo makin jelek makan buru-buru gitu."

Jova tidak mengindahkan ucapan Foza, dia terus saja makan dengan cepat. Yang di pikirannya sekarang hanyalah sosok Arion yang sedang menunggu. Sebagai cewek yang menyukai Arion, dia tidak mau cowok itu menunggu lama. Apalagi menurut Jova, Arion sudah memberinya lampu hijau.

Sofi, Lupi, dan Salsa melihat Jova iba dari kejauhan. Mereka sejak tadi berbincang-bincang pelan sambil menatap ke arah Foza tidak suka.

Jova menyeruput habis es tehnya. Tanpa bicara apa-apa pada Foza, Jova bangkit.

"Mau ke mana?" tanya Foza.

"Bayarlah."

"Udah gue bayar," jawab Foza santai.

"Ini gue ganti." Jova menyerahkan uang dua puluh ribuan pada Foza, tetapi cowok itu tidak kunjung menerimanya.

C H E M I S T R Y ✔️ (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang