04. Masalah baru

64 5 0
                                    

Hari pertama menjadi anggota OSIS, Jova berusaha tidak peduli dengan tatapan menyudutkan yang dilemparkan ke arahnya. Seperti saat ini, ketika dia dan anggota lain berada di ruang OSIS. Mereka diperintahkan untuk bersih-bersih, Jova dapat tugas bagian mengepel.

Cewek itu mengambil ember di toilet dan mengisinya dengan air, lalu membawanya lagi ke ruang OSIS.

"Nih, pelnya," kata salah satu anggota OSIS yang juga masih baru sembari mengangsurkan pel pada Jova.

"Makasih," jawab Jova sopan sembari menyambut pel tersebut.

Mulailah Jova mengepel bersama yang lain. Ada pula yang membersihkan kaca dan merapikan berkas-berkas.

"Ini berkasnya di lantai, entar lo kelupaan nyimpen," teriak salah satu siswi, tetapi Jova tidak begitu peduli, toh teriakan itu bukan untuknya.

Jova mengangkat embernya dengan tangan kanan, sedangkan tangan kirinya membawa pel. Cewek itu akan mengepel di bagian yang lain. Namun, karena Jova bertubuh kurang tinggi, dia agak kesusahan membawa ember berisi air dan pel yang tangkainya panjang itu.

"Aw!" pekik Jova saat merasakan tubuhnya menghantam lantai dengan keras. Dia terjatuh dan posisinya kini tengkurap. Air yang dibawanya tumpah, menyiram tubuhnya sendiri.

Kejadian itu sontak menarik perhatian orang-orang yang ada di sana. Mereka semua menatap Jova geram.

"Lo ngapain, sih, berenang di situ?!" bentak Rina yang juga dapat bagian mengepel seperti Jova.

"Gue kepeleset," jawab Jova dengan suara parau. Dia berusaha untuk duduk, dadanya sakit karena menghantam lantai.

"Di situ sudah gue pel. Ya, licinlah. Lo ngapain lagi ke situ?!" ujar Elin.

"Astaga, Jova, ini basah." Rina, siswi yang tadi marah-marah dengan Jova mengangkat buku kecil yang basah terkena air dari ember yang Jova bawa tadi.

"Gue nggak sengaja," jawab Jova takut, cewek itu masih duduk di lantai.

"Lo parah, ih. Kalau ini penting gimana? Gue nggak mau, ya, ikut dimarahin."

Jova diam saja dengan kepala menunduk. Tidak ada yang menghampiri cewek itu untuk sekadar menanyakan keadaannya. Semuanya menatap Jova muak.

Saat itu, Arion masuk ke ruang OSIS yang suasananya sedang tegang. Dilihatnya Jova yang sedang duduk di lantai kotor dan basah. Baju cewek itu juga kotor, jadi berwarna cokelat karena terkena air bekas pel.

"Ada apa?" tanya Arion bingung melihat kekacauan di ruang itu.

"Kak ...," lirih Jova. "Jova nggak sengaja," jelasnya dengan suara pelan. Kepalanya menunduk, takut.

"Itu apa?" tanya Arion pada Rina, melihat cewek itu memegang kertas yang basah sebagian.

"Ini karena Jova, Kak. Kesiram," adunya, enggan kalau-kalau dia yang disalahkan.

Rina memberikan buku itu pada Arion. Sampulnya yang kuning kini berubah cokelat karena terkena air bekas pel.

Saat melihat buku itu, Arion membuang napas berat. Ditatapnya Jova dengan emosi yang sudah sampai di kepala.

Jova yang merasa ditatap benci seperti itu berdiri dan menghadap Arion. "Maaf, Kak. Jova beneran ng—"

"Nggak sengaja?!" bentak Arion. Cowok itu menggaruk rambutnya yang tidak gatal dengan kasar. "Lo tahu, nggak, ini penting?!"

"Ma-maaf, Kak." Cuma kalimat itu yang mampu Jova lontarkan sekarang. Pikirannya juga kacau. Dia marah pada dirinya sendiri yang selalu teledor.

"Ini proyek kerja OSIS periode sebelumnya, semua catatan pengeluaran ada di sini!" Arion mendekatkan buku itu ke depan wajah Jova. "Ini harus dilaporkan ke pembina!"

C H E M I S T R Y ✔️ (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang