11. Nasihat Sahabat Jova

48 7 0
                                    

Salsa menuangkan masker ke wadah, Sofi meneliti semua perlengkapan skin care, sedangkan Lupi sibuk nyerocos menceritakan ini-itu seharian yang dilalui. Jova sang pasien, hanya rebahan sembari tertawa ringan ketika Lupi menceritakan hal lucu. Bukan sesuatu yang aneh jika ketiga sahabatnya itu akan menginap.

"Masker sudah siap." Salsa berseru sambil memperlihatkan masker bengkoang yang telah selesai diraciknya.

Jova melirik sahabatnya itu seraya tersenyum simpul.

"Gue aja yang pakein." Lupi meraih wadah masker dan bersiap melumuri wajah Jova dengan adonan putih tersebut.

"Emang butuh berapa hari wajah gue jadi sebening Lisa?" tanya Jova sambil terkekeh kecil.

"Lisa siapa?" Sofi balik bertanya.

"Lisa Blackpink." Tawa Jova meledak membuat teman-temannya ikut tertawa.

"Kalau pun bening, cuma sekelasnya Mimi Peri nggak sampai Lisa," celetuk Lupi di sisa tawanya, meladeni guyonan sang sahabat.

"Dasar, Jova." Salsa menggeleng sambil terkekeh kecil.

Lupi melanjutkan melumuri wajah Jova dengan masker. Dengan perlahan dia mengoles dari dahi lalu ke bawah dan akhirnya wajah itu penuh dengan warna putih. "Jeng-jeng, udah kelar," serunya gembira, seolah baru saja menyelesaikan tugas besar.

Mereka semua berbaring sembari menatap langit-langit kamar. Tempat tidur yang tidak terlalu lebar itu membuat mereka terpaksa berdesak-desakan. Namun, hal itu tidak masalah.

"Kenapa pertanyaan gue nggak dijawab?"

Lupi memiringkan kepalanya menatap Jova. "Apa?"

"Kapan gue bisa bening?" tanya Jova lagi, kali ini lebih serius. Dia menatap kosong ke langit-langit kamar.

"Butuh waktu, sih. Satu sampai dua bulan mungkin. Kalau menurut petunjuk kemasan, sih, 7 hari," jelas Sofi sambil tertawa. "Lo juga mesti rutin pakai semua skin care yang kita bawa. Please, ya, Jov, dipakai. Kita belinya urunan, loh."

Jova menggut-manggut pelan. "Apa dengan begini Kak Arion bisa ...."

Salsa mendeham. "Yang perlu lo lakuin adalah, lo berubah lebih baik dan bungkam mulut-mulut jahanam itu." Dia beringsut duduk, lalu menatap Jova. "Sebenarnya lo udah cantik, Jov. Semua cewek itu cantik. Tapi, mungkin standar cantik menurut mereka putih, langsing, rambut lurus, dan lainnya."

"Bener, Jov. Kalau lo, sih, cuma perlu perawatan dikit biar nggak keliatan dekil. Masalahnya bukan warna kulit kalau menurut gue." Lupi menarik napas sebelum melanjutkan, "Lo harus move on dari ketua OSIS sinting itu kalau gue bilang."

"Tapi emang iya. Lo harus lupain Kak Arion. Cowok sok yang sombongnya ngalahin Fir'aun," celetuk Salsa sebal. Mendengar cerita dari Jova bagaimana Arion dengan lantang di depan banyak orang mengatai sahabatnya, Salsa jadi sebal dengannya.

Jova menghela napas panjang. "Ya, harusnya gue bisa."

Sofi menggulingkan tubuhnya ke samping supaya dapat menatap Jova. "Maksud lo apa?" tanyanya dengan nada meninggi.

"Apa?" Jova bingung dengan sikap Sofi. Tatapannya begitu polos.

"Astaga, Jova. Lo jangan jadi budak cinta. Gara-gara cinta lo jadi terima direndahin kayak gitu. Saran gue, lo harus balas dendam." Suara Lupi terdengar tegas dan meyakinkan.

"Balas dendam 'kan dosa, Lup."

Tangan Salsa menyelonong ke depan dan menepuk lengan Lupi meski jarak mereka terpisahkan oleh tubuh Jova dan Sofi. "Ngomong itu pakai otak," sergahnya.

C H E M I S T R Y ✔️ (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang