30. Memilih (END)

87 6 1
                                    

Bab terakhir, nih.
Yang biasanya cuma jadi silent reader, ayo dong tunjukkan eksistensinya.
Sekadar vote dan komen doang kok.
Thank u.

Happy reading. ♥

****

Jova: Temui Jova di taman belakang sekolah.

Senyuman tipis penuh makna tersemat di bibir cowok itu. Wajahnya semringah dengan pandangan yang masih melekat di layar ponsel. Kepercayaan dirinya tumbuh dan dia yakin kalau Jova akan menerima perasaannya.
Arion menekan kunci ponsel, kemudian memasukkan ke saku jaketnya. Masih dengan senyuman, dia pun mulai melangkah ke luar kelas.


Jova: Temui gue di taman belakang sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jova: Temui gue di taman belakang sekolah.

"Yes!" sorak Foza berlebihan ketika dia mendapat pesan dari Jova. Niat ke kamar mandi pun cowok itu urungkan. Foza langsung merubah arah langkah menuju taman belakang sekolah.

"Woy, mau ke mana lo? Nggak jadi ke toilet?" tanya Aksa yang bingung karena Foza malah berbalik arah. Wajah ceria sahabatnya itu membuat Aksa curiga ada sesuatu.

"Ayo, ke taman," ajak Foza yang berjalan lebih dulu.

"Ngapain?" bingung Aksa.

"Ikut aja."

Dengan semangat dan penuh kepercayaan diri, Foza langsung berlari menuju belakang sekolah. Dia sudah tidak sabar bertemu dengan Jova dan mendengar jawaban cewek itu.

Sesampainya di taman belakang, Foza celingukan kiri dan kanan. Matanya menyapu seluruh tempat itu tanpa terlewat, tetapi dia sedikit kecewa karena Jova tidak ia temukan. Cowok itu menggaruk belakang kepalanya kasar karena bukannya Jova, dia malah melihat Arion.

Seketika wajah Foza berubah suram. Keningnya berkerut, tidak suka melihat Arion juga berada di taman. Dia berdecak. Hatinya jadi tidak tenang. Seketika pemikiran-pemikiran buruk memenuhi kepalanya.

"Ngapain lo ke sini?" tanya Foza mencoba santai.

Arion hanya melirik sekilas pada Foza yang melempar tatapan intimidasi. "Bukan urusan lo," ketusnya. Arion akan bertemu Jova, dia tidak mau repot-repot menjelaskan pada Foza. Sebab dia tahu hal itu hanya akan berakhir perang saraf di antara mereka.

Foza memasukkan kedua tangan ke saku celana. "Emang bukan urusan gue. Tapi karena keberadaan lo, udara berasa kayak racun."

Kini Arion balik menatap Foza, tatapannya bagai seekor harimau yang siap menerkam mangsa. "Diam lo, Sampah Masyarakat."

"Wah, ngajak gelut, nih, orang!" sungut Foza, cowok itu tersenyum miring.

"Hai, semua. Sori, gue telat."

Foza dan Arion menoleh bersamaan. Bukan lega yang didapat setelah bertemu sang pemberi kabar, justru mereka bingung.

"Semua?" Arion mengulangi.

Jova mengangguk. "Iya. Biar gue jelasin." Dia menarik napas dalam. "Jadi gue sengaja ngajak kalian ke sini karena gue mau ngasih jawaban atas pertanyaan kalian tiga hari yang lalu," jelasnya.

Salsa, Sofi, dan Lupi tiba-tiba datang. Mereka sengaja hadir atas permintaan Jova, karena cewek itu butuh semangat teman-temannya kalau-kalau akan pingsan saking gugupnya. Mereka hanya akan menjadi saksi sekaligus benteng pertahanan.

Foza menunjuk ke arah Arion. Rahangnya mengeras. "Jadi, Curut satu ini nembak lo juga?" tanyanya berang. Kepercayaan dirinya pupus sudah. Dia tidak yakin akan diterima jika kondisinya seperti ini. Karena Foza paham sekali perasaan Jova yang mengagumi Arion, bahkan dia mendengar langsung saat cewek itu menyatakan perasaannya.

C H E M I S T R Y ✔️ (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang