01. Pengakuan

384 19 12
                                    

Don't love too much
Don't trust too much
Don't hope too much
Because that 'too much', can hurt you so much

Don't love too muchDon't trust too muchDon't hope too muchBecause that 'too much', can hurt you so much

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jova Nuriyah, cewek itu menatap lekat pada gelas di genggamannya. Sedari tadi selera humornya pudar meski ketiga temannya terus melontarkan lawakan yang mengundang tawa. Tubuh memang di rumah bersama mereka, tetapi pikiran Jova berkelana ke ruang OSIS di sekolah.

Ruang OSIS, mungkin Jova sekarang membayangkannya bak taman dengan hujan bunga sakura. Kadang imajinasi seliar itu.

"Woy, lo mikirin utang?" Suara Sofi menggema di kamar Jova dengan intonasi paling tinggi di antara mereka berempat.

"Kenapa, sih, Jov? Ceritalah pada si cantik Lupi ini." Cewek berambut kuning berkarat itu ikut angkat bicara.

Jova menghela napas berat. "Gue ...."

Sofi, Salsa, dan Lupi tampak serius menatap wajah Jova. Cewek yang menjadi sorotan itu terlihat tidak merasa berdosa meski telah menggantung kalimatnya.

"Apa, Jov?!" tanya Lupi tidak sabar sambil bergelayut di lengan Jova.

"Kalian tahu Kak Arion, 'kan?" tanya Jova sebelum menceritakan perasaan yang mengganjal hatinya.

Ketiga temannya itu mengangguk bersamaan masih dengan ekspresi cengo.

"Dia udah punya pacar belum, sih?"

Pertanyaan Jova kali ini mampu membius Salsa, Lupi, dan Sofi. Mata mereka membulat, syok. Lupi seketika melepas tangannya dari lengan Jova.

Jova tidak tahan dengan wajah-wajah pengejekan milik tiga temannya itu, dia pun memberengut. "Lupain aja."

Lupi mengerjap. "Kenapa, Jov?"

"Nggak papa."

"Lo suka sama Kak Arion?" tanya Salsa frontal.

Pipi Jova memanas. "Ng-nggak," jawabnya tersipu. Namun, karena berkulit gelap, rona merah yang seharusnya ada di pipi Jova itu tidak tampak.

Lupi menggoyang-goyangkan lengan Jova dengan gemas. "Lo suka sama Kak Arion, 'kan? Iya, 'kan? Ngaku aja, deh. Ayo, cerita sama kita."

Jova melepas paksa tangan Lupi. "Iihh ... kalian."

Sofi mendusel di dekat Salsa agar bisa duduk di samping Jova. "Jov, ayo, cerita. Lo kayak sama siapa aja. Kita ini udah bareng-bareng dari kelas satu SMP, loh. Jangan memberi jarak sama kita atau nanti kita bakal jadi orang asing," jelasnya sok berteori.

Jova menyerah. Dia pun memasang wajah serius dan bersiap malanjutkan ceritanya. "Iya, gue suka sama Kak Arion. Sejak pertemuan pertama waktu MPLS, dia yang jadi pendamping kelompok gue." Lalu Jova menunduk. "Gue nggak pantes sama Kak Arion. Gue sadar diri, kok," katanya pesimis.

C H E M I S T R Y ✔️ (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang