(TAMAT)
Bagaimana, sih, perasaan orang yang sedang jatuh cinta? Memilih diungkapkan atau dipendam?
Mungkin kebanyakan orang akan memilih dipendam dengan alasan harga diri. Namun tidak untuk Jova. Walaupun dirinya tidak memiliki paras yang cantik, b...
Cewek itu memberengut di kamarnya, dia duduk di kasur. Ada perasaan yang membuat Jova bimbang. Kepalanya dipenuhi dua orang cowok yang tidak seharusnya ada, karena harusnya hanya ada satu, Arion. Namun saat ini, Foza juga ikut-ikutan mengusik ketenangan pikirannya.
"Argh!" Jova mengacak-ngacak rambutnya frustrasi. "Gue kenapa, sih?" tanyanya pada diri sendiri.
Drtt drtt
Suara getar ponsel membuat Jova menoleh kanan-kiri, mencari sumber suara getar itu. Jova melihat ponselnya di nakas yang masih bergetar, diraihnya cepat.
Nama 'Perusak Mood' tertera di layar. Jova tidak langsung menjawab, tetapi dia tidak juga berpikir, pikiran Jova kosong. Saking bingungnya, Jova tidak tahu harus memikirkan apa. Ya, Jova memang aneh.
"Halo?" Akhirnya Jova menjawab panggilan itu. "Kena—"
"Udah makan?" tanya Foza di seberang telepon menginterupsi pembicaraan Jova.
"Udah," jawab Jova malas-malasan. "Kenapa, sih?"
"Keluar."
"Hah?" Jova berdiri, dia mendongak melihat jam dinding, pukul lima sore.
"Cepat keluar, Jov."
"Iya-iya." Jova langsung beranjak. Dia berlari kecil ke luar rumah. Ponsel masih dipegangnya dekat telinga. Saat sampai pintu, cewek itu terkejut melihat Foza duduk di motornya.
"Ayo, ke sekolah."
"Ngapain?" bingung Jova. Dia memutuskan sambungan dengan Foza.
"Geladi bersih sore ini. Lo 'kan panitia. Cepetan sebelum gue berubah pikiran."
"Eh, iya. Tungguin. Gue ganti baju dulu." Setelah mengatakan itu, Jova langsung berlari ke kamar.
Foza yang melihat itu tersenyum samar. "Makin cantik," gumamnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jova langsung turun setelah Foza menstandar motornya. Dia melepas helm kemudian memberikan kasar dan buru-buru pada Foza. Sedangkan cowok itu tanpa banyak bicara mengambil helm yang disodorkan Jova, kemudian dengan mudahnya cewek itu berlari ke lapangan tanpa memedulikan Foza lagi. Foza mendengus kasar. Dia pun turun dari motor dan mengikuti langkah Jova. Dia berlari kecil agar dapat mensejajarkan langkah dengan cewek itu.
"Eh-eh!" Foza menarik kepala hoodie yang dikenakan Jova saat sudah dekat dengan cewek itu. "Nggak usah lari-lari. Lebay amat."
"Lepas, Za." Jova mengulurkan tangannya ke belakang untuk melepas tangan Foza. "Za, lepas!" sergahnya karena tidak mampu menggapai tangan cowok itu.
"Makanya nurut." Cowok itu merangkul Jova. Kini tubuh mereka sangat dekat membuat Jova risi. Jova berusaha melepas tangan Foza dari pundaknya, tetapi dia masih kalah kuat dengan cowok itu. Akhirnya Jova mengalah, dia memilih diam berada dalam rangkulan Foza sampai di lapangan.