14. Tingkah Foza

49 6 1
                                    

Cewek itu menghela napas berat. Kini meja rias di kamarnya penuh dengan barang yang disebut skin care itu, berbanding terbalik dengan biasanya yang hanya ada bedak bayi.

Jova mengambil masker, tetapi sebelum itu dia menjepit poninya ke belakang. Dia duduk di depan cermin dan perlahan mengaplikasikan masker itu ke wajahnya menggunakan kuas. Jova menghela napas berat ketika akhirnya selesai. Cewek itu melihat jam di ponsel untuk memastikan hanya memakai masker tersebut maksimal dua puluh menit.

Walaupun terasa malas melakukan ini semua, tetapi Jova tetap melakukannya. Karena faktanya, dia memilih untuk lebih nyaman dengan dirinya terlebih dahulu. Salah satu caranya adalah dengan percaya diri. Dan sekarang dia dalam proses itu.

Mungkin orang bilang, manusia harus mencintai diri sendiri, tetapi definisi mencintai diri sendiri tidak sesempit itu, 'kan? Ada berbagai cara mencintai diri sendiri, salah satunya dengan membuat diri sendiri percaya diri dan nyaman. Hal itu yang kini Jova coba tanamkan pada dirinya.

Jova dengan malas-malasan membuka helm dan meletakkannya di spion motor

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jova dengan malas-malasan membuka helm dan meletakkannya di spion motor. Hari ini dia datang lebih pagi dengan harapan bisa berjalan tenang ke kelas. Akan tetapi, dahinya berkerut saat melihat sebuah motor sport sudah ada di parkiran. Bahunya menurun karena mengenali siapa pemilik motor itu.

Jova memilih tidak memikirkannya. Dia turun dari motor lalu menuju kelas. Akan tetapi, saat di persimpangan koridor tangannya ditarik dan membuat tubuhnya berputar menatap orang yang menariknya. Terlalu cepat untuk Jova sempat melawan.

"Apaan, sih, lo!" bentak Jova karena masih kaget. Sedangkan yang dibentak malah senyum-senyum puas.

"Kayak lihat hantu aja," jawab cowok itu tanpa merasa bersalah sedikit pun.

"Diam lo!" bentak Jova lagi pada Foza. Benar-benar hilang sudah sopan santunnya. Matanya menatap Foza tepat, berharap dengan begitu Foza sadar bahwa Jova sangat merasa terganggu dengan kehadirannya.

Tangan Foza menuju kantong celananya, cowok itu mengambil ponsel. Dia membuka kunci layar dan menyerahkannya pada Jova. Tampak tidak acuh dengan sikap penolakan Jova. "Nomor HP sama nomor WA lo."

"Gak!" tolak Jova mentah-mentah. Dia sudah kembali berjalan ketika Foza lebih dulu mencengkeram tangannya.

"Aw!" pekik Jova karena cengkeraman itu sangat kuat. Dia menatap Foza tajam tanda protes.

"Makanya jangan bikin gue nyakitin lo. Apa susahnya, sih, nomor doang?" Suara Foza jadi meninggi.

Akhirnya Jova mengalah. Dia merampas ponsel Foza dan menulis nomornya. "Nih," katanya sembari mengembalikan ponsel Foza setelah menyimpan nomornya.

"Makasih, Dekil," kata Foza dengan wajah sangat menyebalkan di mata Jova. Apalagi bibir itu malah tersenyum. Jujur saja, Jova ingin merobeknya kalau boleh.

"Serah lo, deh!" Jova berbalik dan pergi. Dia melangkah dengan kaki dihentak-hentakkan kuat. Foza yang melihat itu tersenyum samar.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
C H E M I S T R Y ✔️ (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang