19. Diantar Arion

56 7 1
                                    

Foza meraih belakang tas Jova ketika cewek itu akan pergi. Dia berdecak kasar sambil memelototi Jova. "Lo itu jadi cewek ngeyel banget, sih!" sungutnya dengan bermuka masam.

Mata Jova mengerjap dan membuang napas panjang untuk menambah stok kesabaran. Hari ini Foza kembali mengganggunya. Entah kapan cowok itu akan bosan bermain-main dengannya. Jova sudah lelah menghadapi perangai kasar milik cowok itu.

"Foza, gue mau kumpul OSIS. Lo lihat sendiri, 'kan? Panggungnya udah berdiri. Gue dapat tugas mendekorasi panggung," jelasnya sembari mengarahkan tangan pada panggung, menunjuknya. Ucapan Jova tegas, berharap Foza kali ini mengerti dan mengasihaninya barang sedikit.

"Biar gue bilang sama Arion kalau lo izin nggak ikut kumpul," ujar Foza ketus dan terkesan bodo amat dengan apa yang akan dia lakukan.

"Nggak jelas banget, sih, lo," geram Jova yang memilih melanjutkan perjalanannya menuju panggung. Kaki cewek itu dihentak-hentakkan.

Foza tidak tinggal diam begitu saja. Dia justru mengekori Jova meski cewek itu tidak henti-henti menyuruhnya pulang. Bukan Foza namanya kalau tidak keras kepala.

"Hai, Kak Arion," sapa Jova semringah.

Arion melirik Foza sekilas. Melihat wajah cowok itu membuat suasana hatinya memburuk. Untung ada Jova, setidaknya dia menemukan penawar. "Hai, Jova. Langsung aja gabung sama yang lain. Tuh, mereka udah di atas panggung." Bola mata Arion bergulir, menatap ke arah panggung.

"Siap, Kak Arion." Jova sudah hendak pergi saat sebuah suara tercetus dari seorang cowok yang sejak tadi membuntutinya.

"Gue nanti minta pacar gue pulang lebih awal," tandas Foza. Dia tidak peduli dengan mata Jova yang membeliak menatapnya. Cowok itu tahu Jova akan marah—lagi. Akan tetapi, demi perasaan Foza yang Foza sendiri tidak paham apa maunya, dia tidak peduli dengan amarah Jova. Yang dia mau saat ini hanya Jova mengikuti keinginannya. Dengan cara membuat kesal cewek itu sekali pun tidak masalah.

"Apaan, sih!" gerutu Jova yang membuat Foza menatap tajam ke arahnya, sehingga mau tidak mau Jova bungkam. Ah, Jova kesal keadaan ini, di mana dia harus kalah dengan cowok sialan itu.

Aliya mengayunkan langkah kakinya lebar-lebar agar segera sampai di panggung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aliya mengayunkan langkah kakinya lebar-lebar agar segera sampai di panggung. Dia tidak menggubris panggilan Aksa yang mengejarnya sedari tadi. Mata cewek itu menatap nanar seorang cewek yang berdiri di atas sana. Sudah cukup Aliya menahan emosinya beberapa hari terakhir ini, tetapi tidak untuk sekarang.

"Aliya, lo jangan nekat," kata Aksa menasihati.
Wajah Aliya yang masih memberengut enggan untuk membalas ucapan Aksa.

"Al," panggil Aksa setelah berhasil meraih tangan Aliya dan menariknya.

Aliya menoleh, menatap Aksa tajam. "Lo diam aja. Nggak usah ikut campur!"

"Tapi, Aliya, lo sama aja kayak menjemput maut." Ucapan Aksa terdengar terlalu berlebihan di telinga Aliya. Cewek itu terkekeh sinis.

C H E M I S T R Y ✔️ (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang