Senyum cewek itu tidak hentinya tergambar sejak pulang sekolah tadi. Ini sudah malam, tetapi bibirnya tidak juga lelah. Mungkin bukan tidak lelah, melainkan karena terlalu bahagia.
Jova berguling-guling di kasur. Perasaan bahagia itu benar-benar mengganggu jiwanya. Jova telentang, dia memukul pelan kedua pipinya, memastikan saat ini dia tidak sedang bermimpi.
"Kak Arion so sweet, deh," gumamnya masih senyum-senyum. Virus jatuh cinta benar-benar menyerang dirinya.
Jova terus saja teringat ucapan Arion di sekolah tadi sore. Sikap Arion yang seperti itu benar-benar membuat hatinya berbunga-bunga. Jova merasa diberi izin untuk melangkah lebih jauh mendekati si Ketua OSIS itu. Apa boleh kali ini dia benar-benar berjuang? Melihat sikap Arion tadi, sepertinya dia tidak membenci Jova.
Jova melangkahkan kaki masuk gerbang sekolah, ternyata tatapan sinis kemarin belum reda. Cewek itu masih mendengar desas-desus yang membuat telinganya panas.
"Kok masih nggak jera, sih, deketin Kak Arion?"
"Muka tembok gitu, deh, jadinya."
"Muka dekil, bukan muka tembok. Haha."
Percakapan itu terdengar jelas di telinga Jova. Apa katanya? Jera? Jova jadi was-was, dia khawatir saat Arion menunggunya menyalin tugas kemarin ada yang melihat dan menyebarkan.
Jova kembali mengingat-ingat hari kemarin. Dia di kelas, di sana kosong saat Arion menghampirinya. Jelas sekali, Jova ingat, tidak seorang pun melihat mereka.
Akhirnya langkah pelan Jova mengantarnya sampai kelas. Sofi, Lupi, dan Salsa yang melihat temannya itu langsung berlari mendekat.
"Jov, lo nggak pa-pa?" tanya Sofi khawatir.
Jova menaikkan kedua alisnya bingung. "Gue nggak pa-pa. Emang kenapa?"
"Lo nggak tahu?" tanya Sofi lagi.
"Emang apaan?" tanya Jova lagi, gadis itu masih santai saja.
"Foto lo sama Kak Arion di kelas kesebar!" heboh Salsa.
"Hah?" kaget Jova dengan mata melotot serta kening berkerut.
"Lo ngapain, sih, berduaan sama Kak Arion? Kok bisa?" tanya Lupi.
"Ya ... gitu." Mereka berjalan menuju tempat duduk Jova. "Kak Arion datangin gue waktu lagi nyalin program kerja OSIS yang gue basahin kemarin," jelas Jova sambil memposisikan bokongnya di kursi.
Kini Jova duduk di bangkunya, sedangkan Salsa, Sofi, dan Lupi berdiri mengerumun.
Tatapan sinis para murid di kelas itu benar-benar mengganggu Jova. Dia sangat bersyukur memiliki ketiga teman yang dapat mengerti dirinya, walaupun satu sekolah menatap dia rendah.
KAMU SEDANG MEMBACA
C H E M I S T R Y ✔️ (TAMAT)
Novela Juvenil(TAMAT) Bagaimana, sih, perasaan orang yang sedang jatuh cinta? Memilih diungkapkan atau dipendam? Mungkin kebanyakan orang akan memilih dipendam dengan alasan harga diri. Namun tidak untuk Jova. Walaupun dirinya tidak memiliki paras yang cantik, b...