38

910 88 48
                                    


bahkan, hujan pun tau. Bahwa ada seorang bidadari yang sedang menangis dalam sepi
- Rigel










Kini, ia sedang berjalan menyusuri trotoar berjalan dengan sejuta luka yang melekat
Luka yang seakan enggan pergi ataupun sekedar berkurang

Tess.. Tes...

Rintik air hujan berjatuhan
Bahkan, semesta saja peka, bahwa ia sedang berduka
Semesta memberi celah antara duka
Dimana tawa, sudah tak akan lagi ada
Semesta ikut menangis, memberi Sava pelukan lewat air air yang berjatuhan
Mencoba menguatkan ia lewat dinginnya udara
Percayalah, Dunia sedang berduka

Dalam diam, Sava menangis.
Ia tak mungkin sekuat itu dalam menahan rasa sakit yang bertubi tubi

Sakit yang ia ciptakan sendiri
Dalam ruang halu yang terlalu candu untuk mencintai dia, si pengacau hati
Ia menelusuri jalan, dengan air mata yang berjatuhan bersamaan dengan air hujan
Percayalah ia rapuh, sangat rapuh.

"Rasa sakit ini, yang gak akan pernah bisa lo rasain " Monolog Sava sembari terus melanjutkan langkahnya, dengan tangan yang digunakan untuk mendekap tubuhnya dari dingin udara dan air hujan.

"Rasa, yang mungkin menurut lo cuma rasa biasa, padahal gue berjuta kali menerima luka" Susulnya.

Ia berhenti di pinggir jalan, membiarkan air hujan memeluk dirinya

Pakaian nya sudah basah kuyup
Ia tak ada niatan untuk berteduh
Baginya, hujan adalah teman

Lihatlah saat ini, hujan berusaha menghiburnya, memeluknya, dan mengerti bahwa kini ia sedang sakit hati.

"Capek, rasanya kaya sampah tau gak Sa" Monolog Sava kenapa Angkasa tak bisa melihat ketulusan Sava? Sedikit saja...

"Rasanya gue nyerah sama semua ini, muak dan gue udah gak kuat lagi, gue bukan Robot Sa, yang bahkan lo sakitin berkali kali, juga gak akan berpengaruh" Sela nya, air mata kian deras kini keadaan nya benar benar hampa.

Tiba tiba, ada seseorang yang berdiri tepat disampingnya

Dengan payung yang sudah sedari tadi berada diatas kepala Sava
Pantas saja, hujannya berhenti.

"Pantesan hujan, bidadari nya lagi bersedih dan nangis disini, semesta gak terima kalo elo nangis sendirian" Kata seseorang tersebut.

"Hujan itu temen gue, selalu ada dan siap memeluk gue" Sahut Sava tak berniat melihat siapa laki laki itu, karena tanpa melihat pun ia tahu bahwa laki laki tersebut adalah

RIGEL.

"Jangan gitu, gak selamanya hujan bisa ngertiin elo bangkit, gue tau ini susah dan gue tau banyak luka yang ada dihati lo, tapi mikir deh. Dengan lo sedih kaya gini emang bakalan merubah takdir? Enggak Sav justru cuma bisa bikin lo tanbah sakit" Kata Rigel, masih menengadahkan payung untuk melindungi tubuh Sava dari tetesan air hujan, dan membiarkan hujan yang menguyur tubuhnya.

"Gel, dia gak pernah mikir ya? Gue sayang sama dia, tulus dan gak mengharap apapun, gue cuma mau dia tahu" Ujar Sava disertai isak tangis, ayolah hatinya benar benar sakit.

"Sav, kita cari tempat buat neduh dulu, nanti lo bisa sakit" Bujuk Rigel

"Gue udah terbiasa sakit, emang semesta gak akan pernah ngizinin gue bahagia, bukankah begitu?" Jawab Sava ia muak sangat amat muak dengan luka yang selalu datang menghampirinya tanpa jeda.

"Dengan lo kaya gini, lo malah nunjukin ke dia kalo lo lemah, belajar. Belajar kuat dan ikhlasin dia, gue tau itu susah tapi buat apa lo terus terusan bertahan dtempat yang cuma bikin lo sakit terus, lo juga perlu bahagia Sav jangan terlalu jadiin dia fokus utama dan segalanya, itu bakal bikin lo lupa, kalo tuhan udah merencanakan hal terbaik buat lo, nanti" Ujar Rigel

ELANG - On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang