Chapter - 41 AppleSeed

1.6K 191 17
                                    

"Tenanglah lascrea .." ujar levi sebari menahan lengan lascrea dari belakang dan mikasa yang juga menahan tubuh lascrea agar tidak menerjang maju

"Tidak ada pilihan lain .." levi memukul tengkuk leher lascrea dan membuat gadis itu kembali memejamkan matanya, mikasa yang melihat itu kemudian mendorong pelan dada levi dan menatapnya sinis

"Apa yang kau lakukan?!"

"Dia bisa kehilangan kendali kalau masih tersadar sekarang .. mikasa" ujar levi menatap mikasa yang menyangga pinggul lascrea

"Itu sudah sering terjadi .. lascrea sangat sering mengalami mimpi buruk, berteriak jika ia tak bisa menyelamatkan teman temannya "

"Ini bukan sekali dua kali mikasa .. aku dan levi sudah sering melihatnya" ucap hanji kepada mikasa, mikasa menatap sedih ke arah lascrea yang saat ini kembali tertidur

"Dia akan baik baik saja .." lirih hanji
.
.
.
.
Jalan setapak yang penuh bebatuan dan retakan, rumah rumah penduduk yang sudah lama di tinggalkan kini penuh dengan tanaman merambat dan lumut. Mikasa dan eren berjalan ke arah rumah lama mereka dengan sedikit bernostalgia, dimana keduanya berlari mengejar ibu mereka yang baru saja pergi ke pasar

Atau hannes yang sibuk memabuk dengan teman temannya, mikasa menatap sebuah boneka usang penuh debu dan kotor itu. Hari dimana wall maria di tembus dan membunuh ibu mereka membuat mikasa kembali bergetar membayangkan bagaimana carla yeager yang dimakan titan di depan mata kepala nya sendiri.

"Dimana rumah kalian?!" Tanya levi di belakang mereka bersama hanji dan erwin

"B-baik"

Mikasa pernah berfikir, jika carla yeager tetap berada di sini dan tidak mati apakah hidupnya dan hidup eren akan mengalami perubahan? Apakah takdir kejam mereka mempunyai sebuah akhir bahagia, keranjang usang penjual buah apel yang tergeletak membuat eren dan mikasa kembali terdiam teringat bibi yang sebari menggendong anak bayinya yang sering berjualan apel dan memberikannya gratis kepada mereka berdua.

Levi melewati sebuah jendela kaca pecah yang penuh dengan noda darah, menatap samar samar serangga yang hinggap di jendela rumah lalu pandangannya beralih kepada seekor kupu kupu yang memakan seekor belalang. Membuatnya berfikir mengenai pamannya kenny yang mati di depan matanya sendiri karena mengejar kekuatan atau ibunya yang mati tanpa di ketahui orang lain karena ingin bertahan hidup di kota bawah tanah.

Mikasa dan eren berhenti di depan sebuah rumah yang menjadi saksi bisu tekat mereka selama ini, keduanya terdiam membeku menahan semua memori kelam pada saat mereka gagal menyelamatkan ibu mereka.

Erwin menatap puing puing rumah yang sudah rata dengan tanah itu dengan sebuah batu besar di atasnya
"Ini kah rumahnya?" Tanya erwin yang tak di balas oleh eren dan mikasa

'Hei ayah, kapan ayah akan memperlihatkan  ruang bawah tanah itu padaku?'

'Entah .. mungkin saat kamu menyadari sesuatu yang paling berharga bagimu '

Hanji mendekati puing puing bangunan rumah eren dan mikasa menatap pemandangan di sekitarnya yang tak menemukan tanda tanda api menjalar sama sekali ke bangunan itu

"Untung saja, apinya tak sampai merembet ke sini ya" ujarnya

Erwin yang sibuk memperhatikan eren dan mikasa yang memungut beberapa peralatan makan yang biasa mereka gunakan dulu lalu pandangannya menatap kepada levi yang sepertinya mengalami mood buruk dengan menendang nendang batu di sekitarnya.

Eren menghampiri pintu ruang bawah tanah yang tertimpa batu lalu bertatapan dengan mikasa seraya mengangguk
"Disini, di bawah sini ada tangga menuju ruang bawah tanah " ujar eren menatap erwin dan levi yang berdiri di sampingnya dan mikasa

WIEDERHOLT (END) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang