9. Ulah Karel?

618 64 0
                                    

(Namakamu) PoV

Aku tersadar dari pingsan ku. Aku menatap sekeliling dan ku yakini ini adalah gudang sekolah.

"Sayang, udah bangun?"

Sontak pandanganku mengarah ke depan, meski penerangan hanya dari lampu kecil berwarna orange di atasku aku tau itu suara dari Karel.

"Lo mau apa? Kenapa lo bawa gue kesini?"

"Kenapa ya? Hmmm,, gue pengen seneng-seneng sama lo"

Aku melihat ia tersenyum miring.

"Dasar sycho" gumamku

"Lo bilang apa" ia meremas rahangku cukup keras. Hingga ia mengeluarkan sebuah pisau lipat dari saku celana nya.

"Karel, lo mau apa?" desisku dengan air mata yang kini telah keluar deras

"Gue cuma pengen bales dendam sama lo karna lo udah berani nolak gue"

"Jangan rel, hikss-- gue mohon"

Ia berjalan ke belakang tubuhku yang terikat di kursi. Mengarahkan pisau itu ke leher ku dan menekannya.

"Awssshhh rel--hikss"

Aku merasakan bau darah segar yang ku yakini itu darahku.

Brakk

Aku menatap ke arah pintu gudang ternyata itu adalah anak buah karel.

"Bos, the brother udah pada curiga, mereka lagi cari kita"

"Sial" desis karel

"Iqbaal" gumamku

Karel melepaskan pisau nya dan menatap tajam ke arahku.

"Inget ya, jangan kasih tau siapa yang udah lakuin ini ke lo. Atau iqbaal, salsha,steffy, bahkan orang tua lo bisa habis ditangan gue"

Lalu ia keluar dari gudang bersama teman-temannya.

"Hikss-- iqbaal tolongin gue"

•••

Iqbaal PoV

Aku masih terus berlari menyusuri lorong hingga tujuan terakhir ku adalah halaman belakang sekolah. Sesampainya di sana, aku menemukan sebuah pisau lipat yang terjatuh dan segera mengambilnya. Tak lama the brother datang menemuiku.

"Kita ngga nemu apa-apa baal" ucap aldy

"Gue nemu ini" tunjukku lalu diambil alih oleh kiki

"Ada bekas darah" ucapnya

"(Namakamu)" gumamku

'Hikss'

Pandangan kita semua teralih mendengar suara tangis itu.

"Anjir, ada setan, cabut yuk" ajak yogik

"Hii,, merinding gue" saut adit

Aku beranjak untuk mencari sumber suara itu diikuti yang lain dibelakangku. Langkahku terhenti di depan pintu gudang yang terkunci.

'Hikss--tolong'

Aku segera mendobrak pintu.

Brakk

Aku melihat (namakamu) dengan tangan yang terikat di belakang kursi.

"(Namakamu)!"

Ia mendongak menatap ku.

"Iqbaal" desisnya

Aku segera berlari ke arahnya dan melepaskan ikatannya.

"(Nam), lo gapapa?" tanyaku seraya menangkup kedua pipinya.

[6] Wakil Ketua Osis [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang