12. Murid baru

560 63 0
                                    

Waktu menunjukkan pukul 18.30, setibanya di rumah, tepatnya saat menginjakkan kaki di ruang tamu, ayah,bunda dan teh ody sedang berada di sana.

"Dari mana aja kamu keluyuran sampe gatau rumah"

Siapa lagi kalau bukan suara tegas ayah.

"Iqbaal kan udah izin sama bunda kalau mau nemenin temen iqbaal yang di culik"

"Emang dia gapunya orang tua sampe kamu nungguin dia?"

"Ayah" lirih bunda

"Baal, ayah pengen kamu kayak dulu lagi. Dimana kamu selalu nurut sama ayah,bunda sama teteh, kamu rajin belajar, selalu dapetin juara 1. Sekarang? Kamu keluyuran tiap malem, kamu tawuran, bolos sekolah, kamu seneng sama sikap kamu saat ini ha? Kelak kamu yang akan jadi penerus ayah di perusahaan. Ayah malu punya anak brandalan kayak kamu"

Aku menatap bunda yang menangis di pelukan teteh. Sedangkan teh ody menunduk, aku tau mereka takut untuk membela ku di depan ayah.

"Kenapa kamu diem? Gabisa kamu ngerubah sedikitpun cara berpikir kamu? Bahagiain orang tua ka--

"Ayah, ini hidup iqbaal, iqbaal capek harus turutin semua kemauan ayah. Apa ayah tau gimana iqbaal dulu yang selalu lemah, selalu di bully temen gara-gara belajar,belajar,dan belajar? Iqbaal selalu mimisan gara-gara belajar. Ayah tau ngga? Iqbaal gapernah bisa pergi main sama temen-temen karna ayah ngelarang iqbaal. Iqbaal capek yah, iqbaal pengen hidup kayak yang lain. Iqbaal manusia, bukan robot"

Aku segera beranjak dan memasuki kamarku.

"Iqbaal ayah belum selesai"

Aku tak peduli aku menutup pintu kamar dan mengunci nya. Aku terduduk di samping ranjang dan menelungkupkan kepala ku di antara kaki ku.

"Gue capek. Gue capek. Gue benci sama hidup gue" gumamku

•••

(Namakamu) PoV

Keesokan pagi nya, aku kembali ke sekolah dan kini aku tengah bersama yang lain di meja makan.

"Kamu beneran sekolah nak? Beneran udah sembuh?" tanya mama

"Iya ma. Aku gapapa kok"

"Abang anter ya"

Aku menatap bang ari dan tersenyum.

Ting Nong

Bel rumah berbunyi, bi inah langsung ke depan dan membukakannya. sedangkan kita melanjutkan sarapan.

"Pagi om,tante,bang"

Aku menoleh ke belakang dan ternyata --

"Iqbaal?" gumamku

"Iqbaal? Ngapain lo pagi-pagi kesini?" tanya bang ari

"Hehe,, mau jemput masa depan"

"Belum ngelamar main nyebut masa depan aja kamu" saut papa

"Hehe,, iqbaal kerja dulu om, kalau udah sukses baru lamar anak om"

"Ini bahas apaan sih" ketusku

"Emm,, nak iqbaal, tante mau ketemu sama orang tua kamu bisa? Tante mau ngucapin makasih soal kamu nginep di rumah sakit buat anak tante"

"Gapapa kok tante"

"Tante minta alamat nya ya sayang"

"Ha? Oh iya tante nanti saya kirim di wa tante"

"Emang lo punya nomer mama?" tanyaku

"Jangankan mama lo, papa sama bang ari aja gue punya" sombongnya

[6] Wakil Ketua Osis [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang